Saat jamaah menunaikan ibadah haji atau umroh maka kita pasti akan melintasi perjalanan dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah. Karena hal ini merupakan salah satu dari rukun yang wajib dilaksanakan, yaitu berjalan kaki dan berlari-lari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwah sebanyak 7 kali.
Kisah Bukit Shafa dan Marwah
Jauh sebelum peristiwa pelaksanaan ibadah haji atau umroh sekarang ini, antara 2 bukit ini memiliki sejarah yang amat bermakna. Jarak kedua bukit tersebut 450 meter. Dikisahkan bahwa istri dari Nabi Ibrahim a.s yaitu Siti Hajar yang ditinggalkan suaminya karen perintah dari Allah SWT.
Setelah keduanya ditinggalkan, tak lama anaknya Ismail tiba-tiba menangis kehausan. Kemudian Siti Hajar mencari air kesana kemari sambil berjalan dan berlari-lari kecil. Siti Hajar telah berusaha mencari dengan sekuat tenaga namun belum menemukan sumber air. Sampai akhirnya setelah berlari sebanyak 7 kali antara 2 bukit tersebut betapa terkejut Siti Hajar melihat ada suara air di dekat telapak kaki Ismail. Inilah yang sekarang kita kenal dengan nama air zam-zam.
Bukit Shafa dan Marwah Sekarang
Sebelumnya antara kedua bukit ini hanyalah tanah tandus dan gersang serta berkerikil. Untuk saat ini area dalam pelaksanaan sa’i mengalami perubahan yang lebih luas berbentuk 2 tingkat dan menjadi satu area dengan Masjidilharam. Hal ini tidak lain untuk kenyamanan para jamaah. Yang sebelumnya jalan yang penuh dengan kerikil, kini sudah berubah menjadi lantai dari batu pualam dan difasilitasi dengan pendingin udara. Namun ditepi 2 ujung jalan tersebut masih tidak berubah masih terjaga keasliannya, disana terdapat bagian yg mendaki berupa kumpulan batu-batu alam asli.
Peristiwa dari Siti Hajar di antara bukit Shafa dan Marwah melambangkan sikap bahwa kita harus berikhtiar dan berusaha dan jangan cepat berputus asa dalam melakukan sesuatu kegiatan atau pekerjaan. Sambil berdoa dan berharap kepada Allah SWT dan yakin akan diberikan jalan keluar disaat kita kesulitan.
Baca juga : Sejarah Jabal Rahmah
Doa Saat di Bukit Shafa-Marwah
Bacaan saat Rasulullah SAW berada di bukit Shafa :
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَآئِرِ اللَّهِ. أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ
Innash-shofaa wal marwata min sya’aa-irillah. Abda-u bimaa bada-allaahu bih.
Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah termasuk sy’iar agama Allah. Aku memulai sa’i dengan apa yang didahulukan oleh Allah.
Setelah itu ketika beliau memandang Ka’bah diatas bukit tersebut dan menghadap kiblat, beliau membaca tauhid dan membaca takbir 3x, kemudian membaca :
لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ
Laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamd, wa huwa ‘alaa kulli syai-in qodiir, laa ilaaha illallaahu wahdah, anjaza wa’dah, wa nashoro ‘abdah, wa hazamal ahzaaba wahdah.
Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Maha Esa, Tiada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan dan pujian. Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Maha Esa, yang melaksanakan janjiNya, membela hambaNya (Muhammad) dan mengalahkan golongan musuh sendirian.
Demikianlah kisah dari Bukit Shafa dan Marwah yang menjadi awal mula dari salah satu rukun haji dan umroh.
Baca juga : Kisah Jabal Uhud