Masjid Al Jum’ah di Madinah merupakan salah satu dari sekian banyak di kota ini yang mempunyai nilai sejarah. Masjid ini merupakan salah satu dari saksi hijrahnya Rasulullah SAW dari kota Mekkah ke kota Madinah.
Bagi jamaah yang pergi haji ataupun umrah biasanya dibawa oleh pihak Travel untuk City Tour mengunjungi ke Masjid Al Jum’ah di Madinah. Jika tak ada jadwal mengunjungi masjid ini, jamaah haji atau umrah masih tetap bisa memandang masjid ini dikarenakan rute ke masjid ini akan dilewati ketika akan ke Masjid Quba, dari Masjid Nabawi. Biasanya akan dijelaskan secara singkat oleh muthawif tentang masjid Al Jum’ah.
Lokasi Masjid Al Jum’ah ada di tengah-tengah kebun kurma Bani Salim bin ‘Auf di lembah Ranauna. Dari Masjid Quba jaraknya sekitar 900 m sedangkan dari Masjid Nabawi jaraknya sekitar 6 km. Jika dari kota Madinah jaraknya sekitar 2,5 km.
Sejarah Masjid Al Jum’ah
Seperti diriwayatkan dalam perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW dengan sahabatnya, di waktu Senin 12 Rabiul Awal 1 H, Rasulullah SAW beserta para muhajirin sampai dan mampir di Quba semasa 4 hari.
Kemudian di hari Jum’at Rasulullah SAW dan para sahabatnya meneruskan perjalanannya ke kota Madinah. Saat tiba di daerah Ranauna, beliau menghentikan perjalanannya untuk melaksanakan shalat Jum’at di tengah daerah tersebut.
Inilah merupakan shalat Juma’t yang pertama dilakukan oleh Rasulullah SAW sesudah meningalkan Mekkah, dan merupakan shalat Jum’at yang pertama kalinya dilakukan secara terbuka. Ini berbeda saat Nabi Muhammad SAW masih bermukim di Mekkah yang mendapat tekanan dari kafir Quraisy karena ketika itu Rasulullah dan umat Islam menunaikan ibadah shalat Jum’at dengan cara sembunyi.
Baca juga : Sejarah Makam Baqi
Kemudian di tempat ini dibangun masjid yang diberi nama Masjid Al Jumu’ah. Hingga saat ini kegiatan di dalam masjid tersebut masih berlanjut dan saat ini bangunan masjid ini semakin bagus.
Namun sayangnya tidak ada data yang dapat diketahui siapakah yang pertama kalinya membuat masjid ini. Untuk pembangunan pertamanya dibuat dari batu dengan bentuk yang cukup sederhana dan telah mengalami beberapa kali renovasi.
Dalam sejarahnya masjid ini mengalami proses renovasi sebagai berikut :
- Renovasi kedua dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz
- Renovasi selanjutnya terjadi antara tahun 155 – 159 Hijriyah pada masa khalifah Abbasiyah
- Masjid ini direnovasi kembali pada tahun 9 H oleh Syamsudin Qawan di masa khalifah Utsmaniyah dibawah pimpinan Sultan Bayazid
- Kemudian direnovasi kembali oleh Sayyid Hasan Asy Syarbatli pada tahun 14 Hijriyah
- Masjid ini kembali mengalami renovasi atas perintah Pelayan Dua Raja Fahd bin Abdul Aziz pada tahun 1409 Hijriyah oleh Kementrian Wakaf Arab Saudi dengan memusnahkan bangunan yang lama. Masjid ini sebelum direnovasi mempunyai panjang 8 m dan lebar 4,5 m dengan tinggi 5,5 m serta memiliki 1 kubah yang dibuat dari bata merah. Juga di bagian timur masjid ada area halaman dengan panjang 8 m, dan lebar 6 m.
- Pada tahun 1412 Hijriyah, selanjutnya masjid ini terbuka untuk umum
Sesudah mengalami beberapa renovasi Masjid Al Jum’ah semakin besar dan mempesona. Daya tampung masjid ini mencapai 650 jamaah. Masjid ini mempunyai satu kubah utama dan empat kubah kecil. Dan sebagai penambah daya pikat, masjid ini mempunyai satu menara yang tinggi.
Adapun fasilitas di dalam masjid ini terbilang cukup lengkap. Ada tempat tinggal yang diperuntukkan bagi Imam, Muadzin, Madrasah tahfidz Qur’an, perpustakaan, kamar mandi dan tempat shalat bagi perempuan.
Demikianlah sejarah singkat tentang Masjid Al Jum’ah di Madinah semoga menjadi wawasan bagi kita semua.
Baca juga : Apakah Umroh Wajib Vaksin Meningitis?