7 Suku Besar Di Jazirah Arab Zaman Rasulullah SAW

7 Suku Besar Di Jazirah Arab Zaman Rasulullah SAW7 suku besar di jazirah Arab zaman Rasulullah SAW. Di seluruh wilayah tanah Arab, terdapat berbagai suku bangsa yang beraneka ragam. Pada masa Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam, beberapa suku besar juga terdokumentasikan di Jazirah Arab.

Menurut Sirah Nabawiyah karya Shafiyurrahman Al Mubarakfuri, suku-suku bangsa dibagi menjadi tiga kelompok dalam kaum Arab, yang diklasifikasikan berdasarkan asal-usul keturunan mereka. Tiga kelompok tersebut melibatkan Arab Ba’idah, yang merupakan kaum Arab kuno yang telah punah, sehingga sulit untuk melacak rincian sejarah mereka, seperti suku ‘Ad, Tsamud, Judais, dan Imlaq. Selanjutnya, terdapat Arab Aribah, yang terdiri dari kaum Arab yang berasal dari garis keturunan Ya’rib bin Yasyjub bin Qahthan, yang juga dikenal sebagai Arab Qahthaniyah.

Dan Musta’ribah adalah kelompok Arab yang berasal dari keturunan Nabi Ismail, yang dikenal sebagai Arab Adnaniyah. Dari dua kelompok Arab, yaitu Aribah dan Musta’ribah, muncul beberapa kabilah yang menurunkan berbagai anak kabilah atau suku di jazirah tersebut. Beberapa di antaranya mencakup:

  1. Jurhum

Suku Jurhum berasal dari Yaman dan mendiami Mekkah, di mana mereka menjadi penguasa suci kota tersebut. Menurut buku “Muhammad” karya Martin Lings, Jurhum menetap di Mekkah dengan izin keturunan Nabi Ibrahim, karena istri kedua Nabi Ismail berasal dari suku Jurhum.

Meskipun berada di Mekkah, kelompok Jurhum bersikap sewenang-wenang, sehingga pada akhirnya mereka diusir. Sebelum meninggalkan kota, mereka sengaja menutup sumur Zamzam, mungkin sebagai bentuk balas dendam. Mereka berharap dapat kembali ke Mekkah suatu saat nanti untuk memanfaatkan kekayaan yang mereka timbun, termasuk berbagai harta benda. Harta tersebut berasal dari sumbangan jemaah haji yang telah terkumpul di Ka’bah selama beberapa tahun.

Baca juga : Sejarah Singkat Perkembangan Islam Di Asia Tenggara

  1. Khuza’ah

Khuza’ah adalah suku yang mengambil alih posisi penguasa suci di Mekkah setelah Jurhum. Suku ini berasal dari keturunan Ismail dan telah bermigrasi ke Yaman sebelum kembali ke wilayah utara. Meskipun demikian, serupa dengan Jumhur, mereka juga melakukan kesalahan dengan kepala suku mereka yang meminta bantuan berhala kepada kaum Moabit selama perjalanan pulang dari Suriah.

Kaum Moabit juga menghadirkan berhala Hubal bagi mereka, yang kemudian dipasang di dalam Ka’bah sebagai objek pemujaan. Sejak saat itu, Hubal menjadi figur utama di antara berhala yang disembah di Mekkah.

  1. Suku Aus dan Khazraj

Dua suku keturunan Ismail yang membentuk kelompok Anshar adalah Aus dan Khazraj. Mereka sebelumnya bersekutu dengan beberapa suku Yahudi yang tinggal di sekitar Yatsrib alias Madinah. Hubungan antara suku Aus dan Khazraj sering kali tegang, bahkan hingga mencapai titik pertempuran yang menyebabkan pertumpahan darah akibat perselisihan mereka.

Setelah melihat situasi ini, para pemimpin Aus merencanakan pengiriman delegasi ke Mekkah dengan maksud meminta dukungan dari suku Quraisy dalam menghadapi Khazraj. Akan tetapi, Quraisy menolak permintaan bantuan tersebut, sehingga delegasi Aus harus kembali ke Madinah tanpa mendapatkan dukungan.

Kedua kelompok yang masih memiliki hubungan kekerabatan tersebut disatukan oleh Nabi Muhammad SAW melalui Piagam Madinah. Melalui piagam tersebut, keduanya menyatu dan bersama-sama memeluk agama Islam. Setelah bergabung dalam Islam, kelompok ini dikenal sebagai kaum Anshar.

  1. Bani Qainuqa

Salah satu dari tiga suku Yahudi yang mendukung Islam bersama dengan suku Nadhir dan Quraizhah adalah Qainuqa. Suku ini merasa tidak puas dengan berita kemenangan Islam dalam Pertempuran Badar.

Setelah kembali dari Pertempuran Badar, Nabi Muhammad SAW mengunjungi kaum Qainuqa di pasar di sebelah selatan Madinah. Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW berharap bahwa hasil dari Pertempuran Badar akan membuka hati mereka dan mengingatkan akan azab yang mungkin menimpa mereka jika membuat Allah SWT murka.

Meskipun penuh dengan kesombongan, Qainuqa menyatakan bahwa mereka akan menang dalam perang jika berhadapan dengan pasukan Rasulullah SAW. Suatu ketika, terjadi konflik yang menyebabkan pertumpahan darah antara pria Muslim dan pria Yahudi. Keluarga pria Muslim kemudian menuntut balas dendam dan meminta bantuan kaum Anshar untuk melawan kelompok Qainuqa.

Kaum Qainuqa kemudian meminta pertolongan dari sekutu mereka di Khazraj, yaitu Bin Ubayy dan Ubadah bin Shamit. Mereka berharap bantuan dari sekutu-sekutu tersebut dapat membantu mereka meraih kemenangan. Namun, bantuan yang diharapkan tidak kunjung tiba karena Ubadah enggan melanggar janji yang telah dibuat bersama Nabi Muhammad SAW untuk menjaga perdamaian dengan umat Muslim.

Sementara itu, Bin Ubayy, yang memiliki keterkaitan erat dengan suku Qainuqa, tidak diterima oleh Rasulullah ketika ia meminta kepada Nabi agar memperlakukan kaum Qainuqa dengan baik.

Walaupun demikian, Bin Ubayy tidak menyerah dan terus memohon kepada Rasulullah sampai akhirnya Nabi Muhammad tergerak. Rasulullah berkomitmen untuk menjamin keselamatan kaum Qainuqa. Namun, bersamaan dengan kejadian tersebut, turunlah wahyu yang memerintahkan umat Islam untuk menghadapi Qainuqa dan menumpas mereka jika suatu saat terlibat dalam pertempuran.

  1. Bani Nadhir

Suku Bani Nadhir terkenal sebagai kelompok bangsa Yahudi yang makmur. Nabi Muhammad pernah meminta bantuan mereka untuk membayar diyat. Meskipun demikian, pemimpin Bani Nadhir, Huyay, malah berencana menghadirkan ancaman terhadap Rasulullah dengan maksud membunuhnya. Rencana tersebut kemudian terungkap setelah Jibril memberitahukannya secara langsung kepada Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW kemudian mengirim utusan ke benteng Bani Nadhir untuk memberitahu bahwa beliau telah mengetahui rencana pembunuhan tersebut, serta meminta Bani Nadhir untuk meninggalkan wilayah karena telah melanggar perjanjian damai. Sayangnya, sikap mereka tidak responsif, bahkan malah bersiap-siap untuk berperang melawan Rasulullah SAW.

Namun, pasukan Nadhir tidak mampu menahan serangan pasukan Rasulullah. Akhirnya, mereka menyerah dan dipersilakan untuk meninggalkan wilayah oleh Nabi Muhammad SAW. Saat meninggalkan pemukiman, mereka berjalan dengan angkuh seolah sedang melakukan perarakan. Langkah mereka diiringi oleh dentingan genderang dan rebana.

Di mana pun mereka pergi, mereka akan terus memperlihatkan kekayaan mereka seolah-olah masih memiliki beragam kekayaan lain yang luar biasa setelah diusir.

  1. Bani Quraizhah

Kaum Quraizhah pernah melanggar perjanjian damai dengan Rasulullah, yang menyebabkan umat Islam mengepung mereka. Pemberitahuan tentang pengkhianatan tersebut diberikan oleh Malaikat Jibril, yang kemudian meminta Nabi Muhammad untuk segera pergi ke wilayah Quraizhah, bahkan meminta Rasulullah menunda shalat Ashar.

Pengepungan berlangsung selama 25 hari. Ka’b bin Asad, pemimpin Bani Quraizhah, akhirnya tidak tahan dengan situasi tersebut dan mengemukakan tiga saran kepada kaumnya. Saran pertamanya adalah untuk mengikuti ajaran Rasulullah. Meskipun demikian, seorang anggota Bani Quraizhah menolak dan bersikeras untuk tetap mematuhi hukum Taurat daripada Al Qur’an.

Ka’b kemudian mengusulkan solusi kedua, yaitu menghilangkan nyawa anak-anak dan istri mereka agar tidak ada keturunan yang menjadi kekhawatiran jika mereka dibunuh oleh pasukan Rasulullah. Namun, usulan tersebut ditolak kembali karena penduduk Quraizhah enggan melibatkan diri dalam tindakan membunuh anak-anak dan istri.

Ka’b pada akhirnya memberikan saran ketiga, yakni untuk menyerang pasukan Nabi Muhammad. Meskipun demikian, saran tersebut sekali lagi ditolak. Meski begitu, akhirnya, suku Quraizhah menyerah dan tunduk pada keputusan hukum Nabi Muhammad SAW.

  1. Suku Quraisy

Quraisy adalah salah satu suku Arab yang berasal dari keturunan Ibrahim dan dianggap sebagai salah satu suku yang paling kuat. Suku Quraisy mencapai derajat tertinggi di antara suku-suku Arab lainnya karena mereka bertanggung jawab sebagai penjaga Rumah Suci Ka’bah. Sejarah awal mereka di Mekkah dimulai ketika Qushay, seorang lelaki dari suku Quraisy, menikahi anak perempuan Hulail, yang merupakan pemimpin Khuza’ah.

Qushay kemudian mengambil alih kepemimpinan Mekkah dan menjadi penjaga Ka’bah setelah kematian Hulail. Selama masa tersebut, keluarga dekat Qushay menetap di Mekkah, berdekatan dengan Rumah Suci, sehingga semua keturunannya dikenal sebagai Quraisy Lembah. Sementara itu, kerabat jauh Qushay menetap di wilayah sekitar Mekkah dan dikenal sebagai Quraisy Pinggiran.

Itulah 7 suku besar di jazirah arab zaman Rasulullah SAW semoga menambah wawasan bagi kita semua.

Baca juga : 6 Peristiwa Penting Di Bulan Jumadil Awal

 

Shares
Butuh Bantuan ?