Bangsa Rum merupakan salah satu kelompok masyarakat yang disebutkan dalam tulisan suci. Mereka adalah keturunan Romawi Timur yang memiliki pusat kekuasaan di Konstantinopel. Berikut ini akan diulas bangsa Rum dalam Islam di akhir zaman selengkapnya.
Amirulloh Syarbini dan Sumantri Jamhari menyatakan dalam buku “Kedahsyatan Membaca Al-Qur’an” bahwa bangsa Rum disebutkan pada awal surat Ar-Rum. Dalam ayat 2-3, Allah berfirman:
غُلِبَتِ الرُّوْمُۙ (٢) فِيْٓ اَدْنَى الْاَرْضِ وَهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُوْنَۙ
Kemudian timbul pertanyaan, siapakah sebenarnya bangsa Romawi dan apa makna yang terkandung dalam ayat Al-Quran yang membahas mereka? Berikut adalah informasi mengenai bangsa Romawi yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber.
Kisah Bangsa Rum
Dalam bukunya yang berjudul “Which Nation Does Rum in The Ahadith of the Last Days Refer To?”, Musa Cerantonio menyatakan bahwa dalam Al-Quran, istilah “bangsa Rum” merujuk pada Kekaisaran Bizantium. Penamaan ini berasal dari nama ibu kota mereka, yaitu Byzantion, yang kemudian dikenal sebagai Konstantinopel.
Baca juga : 19 Tempat Bersejarah Di Madinah
Bizantium adalah kelanjutan dari Kekaisaran Romawi yang pertama kali berdiri di kota Roma dan kemudian meluas ke sebagian besar wilayah Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Karena besarnya kekaisaran tersebut, wilayah administratifnya terbagi menjadi dua.
Ada suatu daerah yang disebut Kekaisaran Romawi Barat yang berpusat di Roma, sementara yang lainnya adalah Kekaisaran Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel. Pada tahun 476 M, Kekaisaran Romawi Barat mengalami keruntuhan yang disebabkan oleh invasi bangsa Jermanik. Akibatnya, Kekaisaran Romawi hanya bertahan sebagai Kekaisaran Romawi Timur.
Bangsa yang disebutkan dalam ayat 2 surat Ar-Rum Al-Quran adalah bangsa Rum, yang dalam tafsir Kementerian Agama (Kemenag), diidentifikasi sebagai Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel dan menganut agama Nasrani. Pada periode tersebut, bangsa Rum dipimpin oleh Flavius Heraclius Augustus atau Heraklius. Sejarah mencatat bahwa Heraklius memimpin Kekaisaran Romawi dari tahun 610 hingga 641 M.
Menurut penjelasan Dr. Abdullah dalam Tafsir Ibnu Katsir Volume 6, Al-Quran menyebut bangsa Romawi sebagai keturunan al-‘Ish bin Ishaq bin Ibrahim. Mereka termasuk Bani Ashfar, yang merupakan bagian dari keturunan Bani Israil dan menganut agama Yunani.
Bangsa Rum Di Akhir Zaman
Kehadiran bangsa Rum atau Bani Ashfar juga dipertautkan dengan peristiwa akhir zaman. Dalam karya “Isa dan al-Mahdi di Akhir Zaman,” Muslih Abdul Karim merinci bahwa munculnya al-Mahdi akan diiringi oleh pertempuran antara umat Islam dan Bani Ashfar.
Pada awalnya, umat Islam dan Bani Ashfar bersekutu untuk menghadapi ancaman bersama. Tetapi seiring berjalannya waktu, Bani Ashfar membelot dari perjanjian damai dan melawan umat Islam.
Dalam pertempuran itu, umat Islam mengalami kekalahan dan mencari perlindungan di sekitar Ka’bah. Pada saat yang bersamaan, pasukan yang dikirim dari arah Syam datang untuk mengejar mereka, tetapi Allah menjatuhkan pasukan tersebut di padang pasir yang disebut Baida’.
Pada saat tersebut, Allah memberikan bantuan dengan hadirnya seorang pemimpin yang adil, yaitu al-Mahdi, yang menjadi salah satu tanda kedatangan Hari Kiamat.
Penghianatan Bangsa Romawi
Sebelum kedatangan Dajjal pada akhir zaman, kelompok Romawi mendominasi sebagai salah satu populasi terbesar di dunia. Masyarakat Muslim dan mereka hidup bersama dengan damai.
Namun, sayangnya, bangsa Romawi akhirnya mengingkari umat Islam dengan melancarkan serangan besar-besaran menggunakan pasukan sebanyak 960.000 orang, yang memicu perang besar antara umat Islam dan bangsa Romawi. Pertempuran epik ini terjadi di wilayah Syam, yang melibatkan Suriah, Palestina, Yordania, dan Lebanon, sebelum masa kemunculan Dajjal.
Benteng pertahanan umat Islam terletak di Guthah, Damaskus. Sejauh mana intensitas konflik ini, hanya Allah Yang Maha Tahu.
Kemenangan Umat Islam
Dalam wahyu Rasulullah SAW, disampaikan bahwa umat Muslim akan meraih kemenangan dalam pertempuran dahsyat pada akhir zaman. Meski demikian, perlu dicatat bahwa berita tentang konflik ini harus diambil dengan serius karena pada waktu itu, pasukan Romawi yang terlibat akan sangat besar. Pertempuran ini diperkirakan akan berlangsung selama empat hari, namun korban jiwa dari kedua belah pihak akan sangat banyak.
Saat perang terjadi, diketahui bahwa tidak ada burung yang melintasi medan perang tanpa menemui mayat. Kemenangan diberikan oleh Allah kepada umat Muslim, tetapi karena banyaknya syuhada Muslim, harta rampasan perang menjadi tidak berguna.
Setelah berhasil mengalahkan Bangsa Romawi, pasukan Muslim kemudian dipandu oleh Allah untuk menaklukkan Konstantinopel. Allah SWT memberikan kemenangan kepada umat Islam dalam pertempuran kedua ini. Setelah penaklukan Konstantinopel, Dajjal muncul membawa fitnah yang mengerikan.
Keturunan Esau Bin Ishaq Bin Ibrahim
Dikutip dari karya “Bangsa Romawi dan Perang Akhir Zaman” yang ditulis oleh Manshur Abdul Hakim, ada indikasi bahwa bangsa Romawi dianggap sebagai keturunan Esau, yang merupakan keturunan Ishaq dan cucu Ibrahim ‘alahissalam. Dalam masyarakat Arab, Esau juga dikenal dengan sebutan Al-Aish, dan dianggap sebagai leluhur bangsa Romawi. Di sisi lain, Nabi Yakub, yang merupakan saudara seayah Esau, diyakini sebagai nenek moyang Bani Israil.
Menurut keyakinan kaum Yahudi, keturunan Esau, yang disebut juga Al-Aish, secara luas menetap di wilayah Pegunungan Seir sebagaimana tercatat dalam Kitab Taurat. Pada periode Arab Jahiliyah, banyak warga Romawi mendiami Konstantinopel (Istanbul), yang kini merupakan bagian dari negara Turki.
Ketika Sultan Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel, terjadi migrasi massal bangsa Romawi yang menyebabkan perubahan signifikan dalam demografi dan etnis penduduk bangsa Turki.
Itulah kisah bangsa Rum dalam Islam di akhir zaman yang akhirya berkhianat kepada umat Islam, semoga bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan.
Baca juga : Mengenal 10 Masjid Waqaf Di Dunia