Kisah Abu Bakar As Shiddiq Sang Khalifah Pertama

Kisah Abu Bakar As Shiddiq Sang Khalifah PertamaAbu Bakar Ash-Shiddiq merupakan seorang sahabat Nabi yang terkenal dengan kepribadiannya yang senantiasa menunjukkan kedisiplinan, ketaatan, dan kejujuran luar biasa dalam segala hal. Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, umat Islam mempercayakan Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk menjadi pengganti Beliau dalam memimpin agama Islam. Berikut ini kisah Abu Bakar As Shiddiq sang khalifah pertama selengkapnya.

Abu Bakar Ash-Shiddiq dilahirkan pada tahun 573 Masehi yang diberi nama Abdullah bin Abi Quhafa, dan meninggal dunia pada tanggal 23 Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah setelah Tahun Gajah, bersamaan dengan usianya yang ke-63 tahun. Beliau adalah keturunan dari keluarga bangsawan terhormat di Makkah. Sebelum memeluk Islam, ia dikenal dengan nama Abdul Ka’bah. Ayahnya, yang bernama Utsman bin Amir, memeluk Islam saat peristiwa Penaklukan Kota Mekah (Fathu Makkah) berlangsung.

Berdasarkan sumber dari kitab Hayatus Sahabah, tercatat bahwa Abu Bakar memeluk agama Islam setelah diundang secara langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Pasca peristiwa tersebut, Abu Bakar aktif sebagai seorang pendakwah ajaran Islam kepada beberapa individu berpengaruh, di antaranya Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan banyak lagi lainnya. Namun sayangnya, istri Abu Bakar yang bernama Qutailah binti Abdul Uzza menolak untuk memeluk Islam, sehingga Abu Bakar akhirnya harus menceraikannya. Sementara istri lainnya, yaitu Ummu Ruman, dengan tulus menerima kepercayaan Islam.

Mengenai pernikahan, Abu Bakar telah menikahi dua orang istri di Makkah. Mereka adalah Qatilah binti al-’Azy dan Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimar. Dari istri pertamanya, beliau dikaruniai dua anak yang diberi nama Abdullah dan Asma. Dari istri keduanya, beliau juga diberkahi dua anak, yaitu Abdurrahman dan Aisyah.

Setelah memeluk agama Islam dan pindah ke Madinah, Abu Bakar melangsungkan pernikahan lagi dengan dua wanita, yaitu Habibah binti Kharijah dan Asma’ binti Umais. Dari istri ketiganya, Abu Bakar diberkahi dengan seorang anak perempuan bernama Ummu Kultsum yang lahir setelah beliau meninggal dunia. Ketika Ummu Kultsum mencapai usia dewasa, ia menikah dengan salah satu sahabat Rasulullah SAW, yakni Thalhah bin Ubaidillah. Sementara itu, dari istri keempatnya, Abu Bakar dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad.

Baca juga : Kisah Nabi Musa AS Dan Mukjizatnya

Mendapat Julukan As Shiddiq Dan Al ‘Atiq

Kisah Abu Bakar As Shiddiq Sang Khalifah Pertama-Terdapat sebuah cerita yang mengisahkan bagaimana Abu Bakar memperoleh gelar “Ash Shiddiq” dan “Al-’Atiq”. Di dalam budaya Arab, sudah menjadi lazim bahwa nama seseorang akan diikuti dengan laqab, yakni julukan. Fungsi dari julukan ini adalah sebagai wujud penghargaan terhadap keutamaan budi pekertinya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga kerap memberikan julukan kepada para sahabatnya sebagai wujud penghormatan. Seperti halnya julukan “al-Faruq” yang diberikan kepada Umar bin Khattab, yang mengandung makna pembeda antara kebenaran dan kebatilan. Selanjutnya, terdapat pula julukan “Saifullah” yang disematkan pada Khalid bin Walid, merujuk pada perannya sebagai pedang Allah. Tidak ketinggalan, Hamzah bin Abdul Muthalib juga diberi gelar “Asadullah”, menggambarkan keberaniannya seperti seekor macan dalam jalan Allah.

Bisa dikatakan bahwa semua sahabat Rasulullah SAW diberi julukan individu, termasuk Abu Bakar yang dikenal dengan gelar “ash-Shiddiq” dan “al-‘Atiq”. Makna dari “As Shiddiq” adalah seseorang yang sangat jujur dan cenderung untuk selalu mengakui kebenaran. Inilah yang membuat Abu Bakar dipilih sebagai sahabat Nabi Muhammad SAW yang paling dipercayai, bahkan dalam situasi-situasi yang tidak masuk akal sekalipun.

Terjadi suatu kisah, tepatnya setelah Peristiwa Isra Mi’raj. Pada saat itu, Rasulullah SAW menjalani sebuah perjalanan yang sangat cepat dari Makkah ke Baitul Maqdis. Setelah itu, beliau melanjutkan perjalanan ke langit yang penuh dengan keajaiban. Pada hari berikutnya, Rasulullah SAW menceritakan pengalaman ini kepada penduduk Makkah.

Namun, tidak seperti yang diharapkan di mana kehadiran-Nya seharusnya memperkuat iman dan mendapatkan pendengaran yang penuh perhatian, penduduk Makkah justru menunjukkan sikap ketidakpercayaan. Ironisnya, beberapa di antara mereka yang memiliki iman yang rapuh bahkan sampai pada titik murtad, serta mencemooh Nabi Muhammad SAW. Bahkan dalam keadaan yang semakin pelik ini, muncul lah Abu Bakar dengan penuh keyakinan, menganggap benar semua kabar yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Maka, sejak saat itulah, ia dijuluki dengan sebutan “Ash-Shiddiq”, yang berarti “yang sangat membenarkan”.

Tidak hanya dikenal dengan sebutan Ash-Shiddiq, Abu Bakar juga dijuluki Al-’Atiq. Beberapa ulama berpendapat bahwa ini disebabkan oleh paras tampan Abu Bakar. Namun, ada juga yang mengklaim bahwa julukan ini diberikan karena Abu Bakar selalu berada di garis depan dalam melakukan kebaikan. Versi lain berpendapat bahwa julukan tersebut berasal dari nasab suci Abu Bakar, di mana nenek moyangnya terhindar dari perbuatan zina. Pendapat lain menyatakan bahwa Abu Bakar diberi julukan ini karena diyakini telah dijamin terhindar dari siksa api neraka.

Walaupun Abu Bakar menjadi mertua Nabi Muhammad SAW, namun ia juga dipilih sebagai salah satu sahabat Nabi yang senantiasa menemani dalam perjuangan dakwah Rasulullah SAW di berbagai tempat. Ia dengan tulus bersedia mengorbankan harta maupun nyawanya guna menyebarkan risalah dakwah. Karena itu, nama Abu Bakar Ash Shiddiq menduduki posisi istimewa dalam hati Rasulullah SAW dan dalam lembaran sejarah Islam.

Sebelum masuk Islam, Abu Bakar mengalami masa pertumbuhan di lingkungan suku Quraisy di kota Makkah. Ia berasal dari keturunan terhormat dalam kabilah Tayim. Sebelum memeluk agama Islam, ia telah dikenal sebagai individu yang jujur dan memiliki akhlak baik. Ia menjauhkan diri dari kebiasaan negatif yang umum di kalangan kaum jahiliyah, seperti bermain-main dengan wanita dan mabuk-mabukan.

Bukan hanya itu saja, Abu Bakar juga berasal dari keluarga yang berkecukupan karena ia menjalani profesi sebagai seorang pedagang. Telah banyak rute dagang yang telah ia lalui. Dalam berbisnis, Abu Bakar senantiasa mengamalkan prinsip jujur dan keramahannya, sehingga dihormati sebagai seorang pedagang terhormat di kalangan bangsa Quraisy.

Dalam catatan Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam juga mengungkapkan bahwa Abu Bakar diakui sebagai sosok yang lemah lembut dan sopan santun dalam pergaulannya dengan kaumnya. Sebagai seorang pedagang dengan etika yang luhur, ia seringkali menjadi tempat para pemimpin kelompok mencari pandangan. Abu Bakar dikenal karena keilmuannya yang luas dan keahlian berdagang yang kokoh, yang membuat kedudukannya semakin tinggi di tengah-tengah bangsa Quraisy.

Setelah masuk Islam, Abu Bakar adalah pribadi yang tetap menjaga akhlaknya dari kelakuan buruk yang umum terjadi pada zaman jahiliyah, walaupun pada saat itu agama Islam belum ditegakkan. Meskipun memiliki posisi terhormat di tengah masyarakat Quraisy, ia enggan terjerumus dalam kelemahan moral yang melanda mereka. Setelah memeluk Islam, Abu Bakar menjadi pendamping setia Rasulullah SAW dalam setiap tahapan dakwahnya. Ia bahkan dengan tulus menggunakan sebagian dari kekayaannya untuk menyebarkan agama Allah. Kedekatan luar biasa antara Abu Bakar dan Rasulullah SAW juga tertuang dalam hadis-hadis dalam kitab Bukhari.

Sebagai figur yang berperan sebagai “penopang” dalam dakwah Rasulullah SAW, Abu Bakar mengelompokkan dakwah menjadi dua bagian. Pertama, ia mengarahkan dakwah kepada kelompok Quraisy yang memiliki fitrah yang bersih, pemikiran yang jernih, dan tidak terpengaruh oleh perilaku buruk dari zaman jahiliyah. Kedua, ia juga mengarahkan dakwah kepada kelompok fakir miskin di antara hamba sahaya, serta individu-individu yang telah mengalami penindasan dari kalangan non Quraisy.

Wafatnya Abu Bakar As Shiddiq

Saat berusia 63 tahun, Abu Bakar Ash Shiddiq meninggal dunia akibat penyakit yang sedang dihadapinya. Ia dikebumikan di lokasi dekat Masjid Nabawi, tepatnya di kompleks pemakaman rumah putrinya, Aisyah. Abu Bakar dikenal sebagai individu yang senantiasa menemani Nabi Muhammad SAW sejak awal pengislaman hingga beliau wafat. Abu Bakar Ash Shiddiq merupakan ayah dari Aisyah, yang juga merupakan istri dari Nabi Muhammad SAW. Sebelum memeluk agama Islam, namanya adalah Abdul Ka’ab, namun belakangan berganti menjadi Abdullah.

Sebelum wafat, Abu Bakar Ash Shiddiq telah mengalami penyakit selama kurang lebih 15 hari. Saat itu, ia hanya bisa berbaring lemah di tempat tidur dan tidak mampu melaksanakan shalat berjamaah bersama sahabat-sahabat lainnya. Karena Abu Bakar selalu menjadi imam masjid, namun pada saat itu sedang sakit, peran tersebut digantikan oleh Umar bin Khattab agar pelaksanaan shalat berjamaah tetap berjalan lancar.

Abu Bakar wafat pada usia 63 tahun. Jenazahnya disucikan oleh istrinya, yang bernama Asma’ binti Amisy, sesuai wasiatnya. Terkait asal-usul penyakitnya, beberapa sumber menyatakan bahwa Abu Bakar mungkin telah mengonsumsi makanan beracun yang disajikan oleh seorang Yahudi. Pada saat itu, Abu Bakar sedang bersantap dengan al-Harist bin Kaladah dan al-Atab bin Usaid. Keduanya juga jatuh sakit dan meninggal pada hari yang sama.

Demikianlah kisah Abu Bakar As Shiddiq sang khalifah pertama, semoga menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam ajaran Islam.

Baca juga : Kisah Umar Bin Khattab Dan Kepemimpinannya 

Shares
Butuh Bantuan ?