Dari beberapa orang yang menentang ajaran Nabi Muhammad SAW, Abu Lahab adalah salah satu yang paling terkenal. Bahkan, namanya dicatat dalam Al-Qur’an sebagai salah satu yang dikutuk. Inilah kisah Abu Lahab paman Rasulullah SAW selengkapnya tertuang dalam artikel berikut ini.
Abu Lahab adalah paman Rasulullah SAW, tetapi hubungan keluarga tidak menghentikannya untuk menentang dakwah yang disampaikan keponakannya. Ia tetap gigih melawan Islam sejak awal.
Mempunyai Nama asli Abdul Uzza bin Abdul Mutholib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab adalah dikenal juga sebagai Abu ‘Utaubah. Namun, karena memiliki wajah yang cerah dan merona merah, ia lebih sering dipanggil dengan nama Abu Lahab.
Lahab memiliki arti menyala-nyala atau api yang bergejolak. Beberapa orang berpendapat bahwa gelar “Abu Lahab” diberikan oleh ayahnya, yang tak lain adalah kakek dari Nabi, yaitu Abdul Muthalib.
Abu Lahab adalah salah satu dari empat paman Nabi Muhammad SAW yang masih hidup saat Nabi mulai berdakwah. Namun sayangnya, ia menentang ajaran kebenaran yang disampaikan oleh keponakannya itu.
Selama 12 tahun setelah agama Islam berdiri, Abu Lahab masih hidup. Selama periode ini, banyak tokoh terkemuka, termasuk beberapa saudaranya seperti Umar bin Khattab, memeluk Islam. Namun, Abu Lahab tetap tidak pernah mengikuti agama tersebut.
Baca juga : Sejarah Masijd Bilal Bin Rabbah
Bukan hanya Abu Lahab yang membenci Nabi Muhammad SAW, tetapi juga istrinya, Ummu Jamil Aura’. Pada suatu kesempatan, Ummu Jamil Aura’ bahkan menempatkan duri dan kayu di jalur yang sering dilewati oleh Rasulullah SAW dalam upaya untuk mencelakainya.
Karena perilaku yang kejam, Ummu Jamil diabadikan oleh Allah sebagai perempuan pembawa kayu bakar dalam Surah Al-Masad. Abu Lahab dan istrinya juga memerintahkan dua orang anak mereka yang telah menikah dengan putri Rasulullah SAW untuk menceraikan istri-istri mereka. Salah satu dari mereka, Utaibah, menceraikan anaknya, Ummu Kultsum, dan bahkan ia menghina serta meludahi wajah Rasulullah SAW.
Setelah kejadian itu, Utaibah menerima balasan atas tindakannya. Ketika tiba di wilayah al-Ghadirah, ia diserang oleh seekor singa dan mengalami luka-luka parah yang pada akhirnya mengakibatkan kematiannya.
Pada awalnya, dia sangat mencintai keponakannya yang satu itu. Dia bahkan mengirim salah satu pembantunya untuk memberikan ASI kepada keponakannya. Dia juga menjodohkan kedua putranya dengan putri Rasulullah, yaitu Ummu Kultsum dan Ruqayyah.
Dia merasa sangat bahagia ketika mendengar berita bahwa Nabi Muhammad telah dilahirkan ke dunia. Nabi Muhammad diyakini lahir pada hari Senin, tanggal 20 April 570. Abu Lahab dengan segera membebaskan Tsuwaibah, seorang budak, saat ia merasakan kegembiraan yang luar biasa atas kelahiran sang keponakan, Nabi Muhammad. Ia pun berseru dengan kata-kata pujian untuk merayakan momen bahagia tersebut.
Dia bahkan mengajak tetangga, teman-teman, dan kerabatnya untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad. Karena kebaikan Abu Lahab pada saat Nabi Muhammad dilahirkan, Allah SWT meringankan hukuman baginya setiap hari Senin.
Kematian Abu Lahab
Abu Lahab meninggal tujuh hari setelah Pertempuran Badar. Dia menderita penyakit kulit berupa bisul yang menyebar di seluruh tubuhnya, dan orang-orang tidak mau mengurus jenazahnya. Setelah tiga hari dibiarkan begitu saja, tubuh Abu Lahab akhirnya dimakamkan dengan metode yang tidak biasa. Tubuhnya didorong ke dalam liang dengan bantuan sebatang kayu panjang, lalu jasadnya diselimuti oleh hujan batu kerikil hingga tertutup sepenuhnya.
Beberapa anak laki-laki dan perempuan Abu Lahab, yaitu Utba dan Durrah, akhirnya memeluk agama Islam. Nabi Muhammad SAW menerima keduanya dengan hangat.
Sebab Turunnya Surat Al Lahab
Surat Al Lahab adalah surat ke-111 dalam Al-Qur’an, terdiri dari 5 ayat, dan termasuk dalam golongan surat Makkiyah. Surat ini menggambarkan simbolisasi gejolak api yang mengilustrasikan kebinasaan Abu Lahab, salah satu paman Nabi Muhammad SAW, dan istrinya.
Surat Al Lahab diturunkan karena Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil binti Harb, sangat membenci ajaran tauhid yang disampaikan oleh Rasulullah.
Berdasarkan buku Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an yang dikarang oleh Taufik Adnan Amal, setelah wafatnya Khadijah dan Abu Thalib, Rasulullah kehilangan dukungan yang sangat penting selama menyebarkan dakwah. Sebaliknya, pemimpin baru dari suku Bani Hasyim, yakni Abu Lahab, justru menolak memberikan perlindungan kepada Nabi Muhammad. Tindakan ini dikatakan telah mendatangkan kemurkaan Allah.
Ketika dihadapkan pada situasi kritis seperti itu, Rasulullah dengan tekun dan tanpa ragu berusaha mencari dukungan untuk perjuangan dan misinya dengan melakukan kunjungan ke kota Thaif dan memulai berdakwah di sana. Namun, di kota tersebut, beliau tidak hanya mengalami perlakuan yang sangat kasar, termasuk dilempari dengan batu, dan akhirnya terpaksa kembali ke Makkah.
Pada awalnya, Nabi Muhammad melakukan dakwah secara rahasia dan hanya kepada orang-orang terdekatnya. Namun, setelah menerima perintah Allah melalui Surat Al Hijr ayat 94, beliau melanjutkan dakwahnya secara terbuka kepada seluruh penduduk Makkah.
Beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari kisah Abu Lahab, di antaranya adalah:
- Dalam Surat Al-Lahab, Allah telah menegaskan kebinasaan Abu Lahab dan menggugurkan rencana tipu dayanya terhadap Rasul-Nya.
- Penggambaran siksaan neraka dalam surat Al Lahab menginspirasi rasa takut kepada Allah dan mencegah orang dari perilaku durhaka, menciptakan ketakutan akan berbuat dosa.
- Dalam Surat Al Lahab, terdapat ayat yang mengisahkan peran istri Abu Lahab, Ummu Jamil, yang menjadi kayu bakar. Ini mencerminkan bahaya kolaborasi dalam tindakan jahat, di mana Ummu Jamil turut berperan dalam merugikan Nabi Shallalahu alaihi wa sallam.
Itulah kisah Abu Lahab paman Rasulullah SAW yang menentang ajaran Islam dan tidak mau memeluk ajaran yang diberikan oleh keponakannya tersebut hingga akhirnya meninggal dalam keadaan yang mengenaskan.
Baca juga : Sejarah Masjid Abu Bakar Shiddiq