Khalid bin Walid terkenal sebagai seorang panglima perang yang tangguh dan berani. Gelar yang disandangnya adalah Saifullah atau Pedang Allah yang Terhunus. Seiring perjalanan kariernya, dia memimpin pasukan Muslim yang menakutkan dalam medan perang. Berikut ini kisah Khalid bin Walid sang panglima perang Islam selengkapnya.
Dalam sejarah, Khalid bin Walid dikenal sebagai seorang pahlawan yang gigih mempertahankan umat Islam. Beliau adalah saudara dekat dari Rasulullah dan Umar bin Khattab. Salah satu dari pertempuran terbesarnya adalah Perang Yarmuk, di mana beliau memimpin pasukan Muslim melawan pasukan Romawi yang sangat terlatih dan dilengkapi dengan persenjataan yang kuat.
Menurut buku Kisah Seru para Sahabat Nabi, pedang yang dikenakan oleh Khalid bin Walid disimpan di museum Topkapi, Istanbul, Turki. Selain itu, museum tersebut juga menampilkan artefak sejarah lainnya seperti pedang yang pernah digunakan oleh Rasulullah SAW dan Ali bin Abi Thalib.
Kisah Khalid Bin Walid
Khalid bin Walid dilahirkan pada tahun 585 Masehi. Ayahnya ialah Al Walid bin Al Mughirah dan ibunya adalah Lubabah binti Al Harits. Dia dikenal sebagai Pedang Allah, panglima perang yang tak terkalahkan.
Khalid bin Walid berasal dari keluarga berkecukupan. Sejak kecil, dia telah melatih dirinya dalam gulat dan memberikan kontribusi pada pekerjaan keluarganya. Khalid juga memperdalam kemahirannya dalam bermain pedang, memanah, dan menguasai berkuda. Selain itu, dia juga terampil dalam merancang strategi perang.
Saat Khalid bin Walid mulai memasuki masa dewasa, menitikberatkan perhatiannya pada perang, taktik, serta strategi-strategi pertempuran yang akhirnya memperoleh kepercayaan untuk menjadi panglima perang. Di awal karir kepemimpinannya dalam dunia militer, ia dikenal sebagai pemimpin pasukan Quraisy.
Baca juga : Kisah Sahabat Nabi Abu Ubaidillah Bin Jarrah
Pasukan tersebut berjuang melawan umat Muslim. Saat pertempuran Uhud, pasukan Muslim yang hampir meraih kemenangan malah menderita kekalahan yang telak. Hal ini disebabkan oleh kemampuan Khalid bin Walid dalam membaca situasi pada pertempuran Uhud.
Pasukan Muslim mengalami kekalahan karena mereka yang bertugas sebagai pemanah sedang berjaga di atas bukit. Ketika mereka melihat harta rampasan perang, mereka turun dari pos penjagaan mereka, sehingga memungkinkan pasukan Quraisy untuk mengubah situasi pertempuran.
Setelah perang Uhud berakhir, Khalid bin Walid datang kepada Rasulullah S.A.W dan memeluk agama Islam. Setelah itu, dia menjadi panglima perang utama bagi kaum Muslim. Dengan strategi dan kecerdasannya, Khalid berhasil memenangkan beberapa pertempuran penting bagi kaum Muslim, sehingga dia dijuluki “pedang Allah yang selalu terhunus”.
Sebelumnya, telah muncul pertanda-pertanda yang menunjukkan bahwa ia telah diberi hidayah oleh Allah SWT, yang menginspirasi rasa cinta terhadap Islam dalam diri Khalid serta membangkitkan kesadarannya akan kebenaran Islam. Pada akhirnya, beliau memilih untuk masuk agama Islam.
Pasukan Khalid berhasil meraih kemenangan terbesar dalam Pertempuran Yarmuk. Menurut kutipan dari buku “Kisah Seru Para Sahabat Nabi”, sekitar 46.000 pasukan Muslim berhasil mengalahkan pasukan Byzantium yang jumlahnya sekitar 240.000 orang, hampir enam kali lipat lebih banyak dari pasukan Muslim.
Khalid bin Walid Wafat
Di saat awal tahun 18 Hijriah atau sekitar tahun 639 Masehi, terjadi epidemi besar yang menyebar di wilayah Syria. Epidemi ini melanda hampir seluruh populasi Syria, termasuk para komandan utama Muslimin. Di antara komandan utama yang meninggal dunia akibat epidemi tersebut adalah Abu Ubaidilah, Syurahbil, Yazid, Dhirar, dan Khalid bin Walid.
Pada tahun 21 Hijriah atau 642 Masehi, Khalid bin Walid, seorang panglima terkemuka, meninggal dunia. Setelah kematiannya, harta yang ditinggalkannya diserahkan kepada khalifah Umar bin Khatab untuk dibagikan kepada kaum Muslimin.
Keteladanan Seorang Khalid Bin Walid
-
Taubat yang diterima
Khalid bin Walid menunjukkan bahwa taubat yang tulus mampu mengubah jalan hidup seseorang. Meskipun awalnya berlawanan dengan Islam, taubatnya menjadi peristiwa penting dalam sejarah agama ini. Hal ini mengingatkan kita bahwa setiap orang, tak peduli seberapa besar dosanya, selalu memiliki peluang untuk bertaubat dan mendekatkan diri kepada Allah.
-
Ketajaman Strategi Militer
Sebagai seorang panglima perang yang sangat terampil, Khalid bin Walid menonjolkan kemahiran dan kecerdikan strategisnya di medan pertempuran. Pengalaman belajar dari taktiknya dapat diadopsi dalam situasi kehidupan sehari-hari, terutama untuk menghadapi berbagai tantangan dengan kebijaksanaan dalam menyelesaikan masalah.
-
Ketangguhan Dalam Menghadapi Rintangan
Menghadapi banyak rintangan dalam hidupnya, Khalid menunjukkan keteguhan dan keyakinannya pada Allah dengan terus mengatasi setiap ujian yang datang, tanpa menyerah.
-
Ketegasan dalam Keislaman
Khalid bin Walid menampilkan keberanian dalam menerapkan prinsip-prinsip Islam setelah memeluk agama tersebut. Keberanian dan keteguhannya menjadi sumber inspirasi bagi umat Islam untuk mempertahankan keimanan mereka, bahkan ketika dihadapkan dengan cobaan dan hambatan.
Demikianlah kisah Khalid bin Walid sang panglima perang Islam yang dijuluki sebagai Pedang Allah, semoga dapat memetik hikmahnya dan dapat menambah wawasan bagi kita.
Baca juga : Destinasi Baru Museum Al Wahyu Di Mekah