Kisah Sahabat Rasul Thalhah Bin Ubaidillah

Kisah Sahabat Rasul Thalhah Bin UbaidillahCerita tentang Thalhah bin Ubaidillah adalah bagian penting dari sejarah Islam yang sebaiknya dikenal oleh umat Muslim. Riwayat kehidupan Thalhah bin Ubaidillah tercatat dalam berbagai kitab dan buku Islam. Kisah sahabat Rasul Thalhah bin Ubaidillah tersaji dalam artikel berikut ini.

Thalhah bin Ubaidillah adalah seorang sahabat Rasulullah SAW yang meninggal dalam peristiwa Perang Jamal, di mana beliau berjuang dengan penuh keberanian melindungi Nabi Muhammad saw. Pengorbanan heroiknya menjadikannya sebagai salah satu pahlawan Perang Uhud yang diakui sebagai syahid dan dijanjikan surga.

Kisah Thalhah bin Ubaidillah dimulai ketika ia dilahirkan di Mekkah pada tahun 28 sebelum hijrah. Garis keturunannya bersilangan dengan keturunan Rasulullah saw di Murrah dan juga dengan keturunan Abu Bakar Ash-shiddiq di Ta’im bin Murrah, keduanya berasal dari Kabilah Ta’im.

Thalhah bin Ubaidillah, seorang sahabat Nabi yang berasal dari suku Quraisy, dikenal dengan nama lengkap Thalhah bin Ubaidillah bin Usman bin Kaab bin Said. Beliau termasuk salah satu dari enam konsultan utama Nabi Muhammad dan termasuk dalam sepuluh orang yang dijanjikan masuk surga.

Pada masa itu, Thalhah bin Ubaidillah dijuluki sebagai Elang Peperangan Uhud oleh masyarakat. Julukan tersebut diberikan karena kepekaannya yang tajam, mirip dengan burung elang. Thalhah, sepupu dari khalifah pertama Abu Bakar bin Abu Quhafah, secara konsisten berpartisipasi dalam berbagai pertempuran pada awal periode Islam, menunjukkan keberanian dan keheroikannya.

Thalhah adalah seorang pengikut Rasulullah SAW dalam gelombang pertama orang yang memeluk Islam. Selama hidupnya, Rasulullah SAW memberikan berbagai gelar kepadanya sebagai pengakuan atas keistimewaannya, seperti Thalhah Al-Khair (Thalhah yang baik), Thalhah Al-Fayyadh (Thalhah yang murah hati), dan Thalhah Al-Jud (Thalhah yang dermawan).

Baca juga : Sejarah Masjid Al Aqsa Dan Bagian-bagiannya

Sebelum memeluk Islam, Thalhah awalnya mengetahui tentang Rasulullah dari seorang pendeta di wilayah Basrah. Dalam berbulan-bulan pencariannya untuk menemukan pribadi yang sering disebut-sebut oleh orang lain sebagai seorang nabi, hatinya tidak dapat merasa tenang tanpa bertemu dan berbincang dengan Rasulullah SAW.

Pendeta tersebut memberi kabar bahwa seorang nabi telah diutus di negeri Haram (kini Makkah) dengan nama Ahmad bin Abdullah. Ungkapan ini menanamkan ingatan yang mendalam di pikiran Thalhah bin Ubaidillah.

Setelah kembali ke Mekah, ia mengajukan pertanyaan tersebut kepada penduduk setempat, “Apakah terjadi peristiwa istimewa selama saya berada di Syam?” Mereka menjawab, “Iya, ada.” Orang tersebut adalah Muhammad bin Abdullah yang menganggap dirinya telah menjadi seorang Nabi.

Memiliki Kekayaan Berlimpah

Thalhah bin Ubaidillah, selain menjadi pejuang yang membela jalan Allah SWT, juga merupakan seorang pedagang kaya dengan kekayaan yang melimpah. Pada masa muda, Thalhah meraih kesuksesan sebagai pengusaha hingga mencapai gelar hartawan. Meskipun usianya masih muda, Thalhah memiliki keunggulan dalam strategi dagangnya. Kecerdikan dan kecerdasannya memungkinkannya mengatasi pesaing-pesaing yang lebih tua di bidang perdagangan.

Meskipun memiliki kekayaan yang melimpah, Thalhah tidak menjadi sombong, sebaliknya dia sangat dermawan. Keinginan Thalhah untuk bersedekah muncul karena ia merasa dilema dalam mengelola harta kekayaannya.

Kemewahan Thalhah tidak main-main. Pada saat itu, Thalhah menerima kekayaan dari Hadramaut, sebuah lembah di Yaman, senilai 700 ribu dirham (setara dengan Rp 35 miliar saat ini). Su’da binti Auf, istrinya, kemudian menyarankan untuk membagikan harta tersebut kepada fakir miskin. Dengan setuju atas saran istrinya, Thalhah dengan sukarela membagikan seluruh kekayaannya hingga tidak tersisa sedikit pun. Thalhah juga terkenal karena kecenderungannya membantu pemuda Muslim yang telah cukup usia untuk menikah namun belum mampu, dengan memberikan dukungan finansial agar mereka dapat segera menikah.

Selalu Disamping Rasulullah

Kisah Sahabat Rasul Thalhah Bin Ubaidillah-Setelah Thalhah bin Ubaidillah mengucapkan syahadat dan memeluk Islam, ia menyadari bahwa statusnya berubah menjadi seorang saudagar terkemuka di tanah Arab. Namun, hal ini juga membawanya mengalami penganiayaan dari kaum Quraisy, kelompoknya sendiri, karena keputusannya memeluk agama Islam.

Selanjutnya, Naufal bin Khuwailid, yang dikenal sebagai Singa Quraisy, memberikan perlindungan kepada Thalhah, memungkinkannya dengan lebih leluasa untuk memeluk agama Islam. Thalhah, sesuai dengan ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah, konsisten dalam membela kebenaran dan selalu berada di samping Rasulullah SAW.

Hanya pada hari Perang Badar, dia absen dari pertempuran melawan kaum musyrik karena harus menunaikan tugas ke Madinah bersama Sa’id bin Zaid. Meskipun awalnya merasa sedih karena tidak turut berpartisipasi dalam perang tersebut, Rasulullah mengingatkannya bahwa pahala yang diterimanya setara dengan para pejuang, karena dia berada di jalur Islam. Dengan demikian, Thalhah diakui sebagai Ahli Badar, meskipun secara fisik tidak hadir dalam pertempuran, karena ia tengah melaksanakan misi memata-matai kekuatan kaum Quraisy.

Terluka Parah Ketika Perang Uhud

Setelah menyelesaikan tugas memata-matai kaum Quraisy, Thalhah bin Ubaidillah kembali menyertai Rasulullah dalam pertempuran di Gunung Uhud. Di sana, pertempuran dengan kaum kafir dimulai, dan Rasulullah menjadi sasaran empuk. Anak panah dari pihak musuh pun turun menyambar ke arah Rasulullah, namun Thalhah berdiri sebagai tameng, melindungi tubuh mulia Rasulullah SAW.

Sejarah mencatat bahwa hujan panah seolah-olah ditujukan secara langsung kepada Rasulullah SAW, menyebabkan tubuh Nabi terlumuri oleh darah. Ketika Thalhah bin Ubaidillah menyadari bahwa Nabi Muhammad SAW menjadi target dari serangan panah orang kafir, dengan cepat ia melonjak ke depan, merangkul Rasulullah dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya menegakkan pedangnya. Thalhah bin Ubaidillah bertekad untuk menjadikan dirinya sebagai perisai hidup Nabi, melindungi Beliau dari serangan panah yang datang.

Pada saat itu, semua non-Muslim berpikir bahwa Rasulullah telah meninggal. Rasul yang tertutup darah kemudian dibawa oleh Thalhah ke puncak bukit di ujung medan pertempuran. Thalhah dengan penuh kasih mencium tangan, tubuh, dan kaki Nabi Muhammad SAW, seraya menyatakan, “Saya bersedia mengorbankan segalanya untukmu, wahai Rasulullah.” Nabi Saw. tersenyum dan bersabda, “Engkau sungguh Thalhah yang saleh, pasti Surga Allah telah menanti untukmu.”

Ada sekitar 70 anak panah yang menancap di tubuh Thalhah setelah diketahui oleh Abu Bakar Ash Shidiq menghitungnya, bahkan jari tangannya putus akibat perang Uhud. Pengalaman itu membuat Abu Bakar mengungkapkan, “Setiap kali teringat perang Uhud, saya selalu teringat Thalhah bin Ubaidillah.” Rasulullah Saw. juga pernah bersabda, “Jika ada seseorang yang ingin melihat seorang syahid yang masih hidup dan berjalan di atas bumi, maka lihatlah Thalhah bin Ubaidillah.”

Thalhah bin Ubaidillah masih bertahan hidup meskipun tubuhnya penuh dengan luka. Di antara luka-luka tersebut terdapat 70 anak panah, 79 luka tebasan pedang, tusukan tombak, dan bahkan pergelangan tangannya putus sebelah. Meskipun banyak yang mengira bahwa Thalhah bin Ubaidillah telah gugur, kenyataannya ia hanya pingsan. Oleh karena itu, Thalhah bin Ubaidillah diakui sebagai syahid yang masih hidup.

Thalhah Bin Ubaidillah Syahid

Dengan izin-Nya dalam mempertahankan Rasulullah SAW dan dengan keberanian melawan musuh di jalan Allah, Thalhah menjadi salah satu dari sepuluh sahabat Nabi Muhammad SAW yang dijanjikan masuk surga oleh Allah SWT. Janji tersebut diberikan setelah Rasulullah menyebut nama Ali bin Abi Thalib sebagai ahli surga sebelum dirinya.

Thalhah meninggal dalam pertempuran Jamal pada usia enam puluh tahun. Saat berhadapan dengan Ali bin Abi Thalib, Thalhah diberi peringatan untuk mundur ke barisan belakang. Meskipun ia dipindahkan ke Basra setelah terkena panah pada betisnya, kematian Thalhah tidak lama kemudian disebabkan oleh luka yang cukup serius.

Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan kepada para sahabat, “Orang ini adalah di antara yang gugur, dan siapa pun yang ingin melihat seorang syahid berjalan di atas Bumi, maka perhatikanlah Thalhah.”

Terdapat sumber lain yang menyatakan bahwa Thalhah meninggal pada hari Khamis, 10 Jamadil Akhir 36 H. Beberapa juga mengklaim bahwa terdapat anak panah yang menusuk lehernya dari arah barat. Thalhah kemudian mengucapkan, “Bismillah, sesungguhnya takdir Allah adalah sesuatu yang telah ditetapkan.”

Itulah kisah sahabat Rasul Thalhah bin Ubaidillah, semoga menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang para sahabat Rasulullah SAW terdahulu.

Baca juga : Sejarah 7 Tiang Di Raudhah

Shares
Butuh Bantuan ?