Salahuddin Ayyubi merupakan tokoh yang amat memengaruhi perjalanan sejarah Islam. Beliau tak hanya dihormati oleh teman-temannya, tetapi juga diperhitungkan oleh lawan-lawannya. Keberadaannya dikenal sebagai figur yang cerdas dan kuat dalam bertindak. Dalam artikel berikut ini akan diulas kisah Salahuddin Ayyubi sang penakluk Perang Salib.
Salahuddin Ayyubi atau Salahuddin Al Ayyubi adalah tokoh Perang Salib yang sangat dihormati dan dihargai, baik oleh umat Muslim maupun Kristen. Ia merupakan figur kunci dalam kesuksesan pasukan Islam dalam merebut kendali atas Baitul Maqdis.
Salahuddin Ayyubi, dikenal juga sebagai Salah Aladin al-Ayyubi/Saladin/Salah ad-Din, adalah figur yang adil dan selalu memprioritaskan kemaslahatan umat dan masyarakat tanpa membedakan siapapun.
Mengenal Salahuddin Ayyubi
Salahuddin Ayyubi, juga dikenal sebagai An-Nashir Salahuddin Yusuf Ibn Ayyub, merupakan seorang panglima perang dan pejuang Muslim asal Kurdi dari Tikrit, sebuah wilayah di utara Irak pada masa kini. Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyyah yang berkuasa di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, serta wilayah Hejaz di Makkah-Madinah dan Diyar Bakr Oman Palestina.
Pada masa berperang melawan Ksatria Salib, Salahuddin Ayyubi dikenal di dunia Islam sebagai pemimpin yang mempunyai strategi militer yang cemerlang. Sifat ksatria dan keadilan dalam dirinya sangat dihargai. Selain itu, ia juga merupakan seorang Ulama yang memberikan catatan kaki dan penjelasan pada kitab hadits Abu Dawud dalam catatan sejarahnya.
Baca juga : 7 Peristiwa Penting Di Bulan Jumadil Akhir
Salahuddin Ayyubi dilahirkan pada tahun 1137 Masehi di Tikrit, sebuah benteng di tepi sungai Tigris, sekitar 140 Km di barat laut Baghdad. Abul Muzhaffar Yusuf bin Najmuddin Ayyub adalah nama aslinya, dan ayahnya, Ayyub Najmuddin, adalah pemimpin di benteng Tikrit.
Salahuddin Ayyubi menghabiskan masa kecilnya di Balbek pada tahun 534 H/ 140 M. Seperti kebanyakan anak-anak di kota tersebut, dia rajin mengunjungi tempat-tempat belajar untuk memperdalam kemampuan membaca, menulis, dan menghafal Al-Qur’an. Ketika berusia 14 tahun, ia melanjutkan pendidikannya ke Damaskus untuk fokus pada studi teologi Sunni. Selama sepuluh tahun di Damaskus, ia tinggal dalam lingkungan istana Sultan Nurrudin.
Terkontribusi selama waktu itu, Salahuddin Ayyubi menggali pengetahuan dalam tata bahasa Arab, retorika, dan teologi Islam. Dalam perjalanannya, ia mendalami fiqih madzhab Syafi’i dan hadist melalui guru-guru seperti Abu Thahir as Silafi dan cendekiawan lainnya, yang membentuknya menjadi seorang pakar fiqih yang ulung. Tidak hanya fokus pada bidang keagamaan, Salahuddin Ayyubi juga menimba ilmu dalam bidang olahraga, seperti sepak bola, berburu, dan seni menunggang kuda.
Prestasi Salahuddin Ayyubi
Saat Salahuddin Ayyubi dilahirkan, Baitul Maqdis masih dipegang oleh tentara Salib setelah mereka menang dalam Perang Salib pertama. Awal kariernya sebagai tentara dimulai saat ia ditunjuk sebagai wakil pamannya, Asadudin Syirkuh, untuk mendampinginya ke Mesir. Karena berhasil menjalankan tugasnya dengan baik, Salahuddin Ayyubi kemudian dipercayakan sebagai pemimpin keamanan Mesir. Suksesnya membawanya naik jabatan menjadi Perdana Menteri Mesir.
Setelah mengambil alih pemerintahan Mesir, Salahuddin Ayyubi berhasil menyatukan negara-negara Islam. Pada tahun 1174, ia berhasil menaklukkan Damaskus, diikuti oleh Aleppo pada tahun 1185 dan Mosul pada 1186. Selain itu, wilayah kekuasaannya berkembang meliputi Yaman, Tripoli, Suriah, dan Maghrib. Puncaknya adalah penaklukan Baitul Maqdis dalam Perang Salib.
Pada tanggal 10 Februari 1144 Masehi, Balian of Ibelin menyerahkan Baitul Maqdis kepada pasukan Salib. Penyerahan ini terjadi setelah pengepungan oleh Salahuddin Ayyubi selama 12 hari. Dengan jatuhnya Baitul Maqdis, banyak kota dan wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh kaum Salib juga turut jatuh ke tangan pihak lain.
Akhir Hayat Salahuddin Ayyubi
Pada tanggal 4 Maret 1193 di Damaskus, Salahuddin Ayyubi meninggal. Saat wafat, dia mewariskan seluruh kekayaannya—sepotong emas dan empat puluh keping perak—kepada orang-orang miskin. Meski hidupnya berakhir, ternyata Salahuddin Ayyubi hidup dalam kemiskinan. Hanya ada selembar kain kafan usang yang selalu dia bawa dalam setiap perjalanannya dan uang senilai 66 dirham.
Kematian Salahuddin Ayyubi pada masa itu menjadi misteri karena hanya disebutkan bahwa ia menderita demam. Namun, belakangan misteri tersebut terpecahkan setelah seorang dokter menganalisis catatan gejala medis yang tercatat lebih dari 800 tahun yang lalu. Dengan menggunakan petunjuk dari catatan tersebut, dokter akhirnya berhasil menentukan jenis penyakit yang dialami oleh Sultan yang kuat itu.
Menurut Dr. Stephen Gluckman dari Perelman School of Medicine di University of Pennsylvania, Amerika Serikat, penyebab kematian Salahuddin Ayyubi kemungkinan besar adalah penyakit tifus. Gluckman juga mengemukakan bahwa diagnosis pasti terkait kematian Salahuddin mungkin tidak akan pernah ditemukan, mengingat kehidupannya pada masa ketika alat diagnostik modern belum ada. Meskipun demikian, dugaan kuat menunjukkan bahwa tifus, sebuah penyakit yang timbul dari konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonella typhi, adalah jawabannya.
Sebelum itu, Gluckman memiliki daftar penyakit ‘kandidat’ yang bisa menjadi penyebab akhir kehidupan Salahuddin Ayyubi. Wabah atau cacar, sebagai contoh, tidak mungkin menjadi alasan dari kematian Salahuddin. Karena penyakit-penyakit tersebut dapat merenggut nyawa manusia dengan cepat.
Itulah kisah Salahuddin Ayyubi sang penakluk Perang Salib secara singkat, semoga menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang sejarah Islam di masa lampau.
Baca juga : 12 Larangan Sebelum Dan Saat Umrah