Zubair bin Awwam, yang merupakan sahabat paling setia Nabi Muhammad SAW, memiliki hubungan darah dengan Rasulullah SAW. Kenaikan derajatnya terjadi sebagai hasil dari perjuangan dan pengabdian yang tulus kepada Allah SWT, Rasul, dan agama yang sangat dicintainya. Berikut ini kisah Zubair bin Awwam dan keteladanannya selengkapnya.
Zubair terkenal sebagai seorang komandan perang Islam yang berani dan kuat. Ia juga dihormati di kota Mekkah karena keahliannya dalam perdagangan.
Zubair selalu menghadapi banyak hambatan dalam upayanya untuk mempertahankan kebenaran agama Islam. Meskipun demikian, ia tetap menjadi individu yang berani dan teguh dalam prinsip-prinsipnya.
Artikel ini akan merinci lebih lanjut mengenai Zubair, salah satu sahabat Rasulullah yang paling setia. Untuk memahami lebih mendalam tentang Zubair, mari kita ikuti kisahnya yang disajikan di bawah ini.
Baca juga : Kisah Sahabat Rasul Thalhah Bin Ubaidillah
Kisah Zubair Bin Awwam
Menurut buku “10 Sahabat Rasul Penghuni Surga” yang disusun oleh Ariany Syurfah, Zubair memiliki nama lengkap Abu Abdullah Zubair ibn Awwam ibn Khuwaylid ibn Asad ibn Abdul Uzza ibn Qusayy ibn Kilab al Qurashi al Asadi. Kelahirannya terjadi pada tahun 594 di Mekkah, dan ia merupakan putra dari Awwam ibn Khuwaylid dan Safiyyah binti Abd al-Muttalib.
Zubair, yang merupakan keponakan dari Khadijah binti Khuwaylid dan sepupu pertama Muhammad, memeluk agama Islam pada usia 15 tahun, menjadikannya salah satu dari tujuh orang pertama yang memeluk agama tersebut.
Pada usia yang masih muda, Zubair sudah mendapatkan bimbingan, pencerahan, dan kebaikan, serta keahlian dalam menunggang kuda. Keberanian, kedermawanan, dan pengorbanan yang membara dalam diri Zubair berasal dari sikap tawakalnya yang sepenuhnya kepada Allah SWT.
Zubair menjalankan aktivitas sehari-harinya dengan berdagang sambil menyampaikan dakwah kepada siapa pun yang ia temui. Apabila perintah untuk berperang diumumkan, ia akan segera bergabung dan terlibat dalam pertempuran.
Peranan Zubair Bin Awwam Pada Perang Islam
Dikutip dalam buku “10 Orang Pertama yang Memeluk Islam” karya Rhea Ilham Nurjanah dan beberapa sumber lainnya, Zubair sering mengalami gangguan dan hambatan selama perjalanan memperkenalkan agama Islam kepada masyarakat sekitarnya.
Setelah kepergian ayahnya, Zubair diasuh oleh pamannya, Naufal bin Khuwailid, yang juga merupakan tokoh terkemuka dan pahlawan Quraisy yang sangat terkenal. Bahkan, pamannya dianugerahi gelar “Singa Quraisy” oleh orang-orang kafir Quraisy. Pamannya yang marah dengan penuh kejam mengurung Zubair dalam sebuah kurungan berisi asap api yang sedang menyala, karena Zubair menunjukkan kecintaan dan pengabdian kepada Rasulullah SAW.
Pamannya berencana melepaskan Zubair jika ia mau meninggalkan Islam dan kembali menyembah berhala. Meskipun demikian, Zubair tetap kukuh pada keyakinannya dan menolak tawaran tersebut. Keputusan ini mengejutkan Zubair, mengingat rasa kasih sayang yang mendalamnya terhadap pamannya.
Dalam berbagai pertempuran, Zubair memberikan kontribusi yang sangat signifikan, seperti dalam Pertempuran Uhud. Saat itu, Zubair bin Awwam selalu setia mendampingi dan melindungi Rasulullah, serta menjadi salah satu individu yang patuh terhadap perintah Rasulullah. Meskipun dalam pertempuran ini, saudara kandungnya, Hamzah, meninggal dunia.
Selama Perang Khandaq, situasi kaum Muslimin berada dalam keadaan sulit. Keadaan semakin memburuk ketika kaum Yahudi melanggar perjanjian mereka dengan Rasulullah SAW. Dalam menghadapi situasi yang sangat menakutkan itu, tidak ada seorang pun dari kaum Muslimin yang memiliki keberanian untuk keluar dan menghadapi musuh.
Hanya Zubair satu-satunya yang memiliki keberanian dan tekad yang kuat untuk mengajukan dirinya kepada Rasulullah SAW agar dapat turut serta dalam Perang Khandaq. Keberanian dan keteguhannya sangat membanggakan Rasulullah SAW.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, kepemimpinan umat Islam diserahkan kepada Abu Bakar ash-Shiddiq dan kemudian dilanjutkan oleh Umar bin Khattab. Saat itu, Zubair menonjol sebagai salah satu prajurit Islam yang tangguh, selalu berada di barisan terdepan dalam upaya menaklukkan kaum Musyrikin.
Zubair Bin Awwam Wafat
Zubair bin Awwam meninggal pada usia 66 atau 67 tahun, tepatnya pada bulan Rabiul Awal tahun 36 H. Kepergiannya disebabkan oleh tusukan yang dilakukan oleh seorang pendukung Ali bin Abi Thalib yang bernama Amr bin Jurmuz saat Zubair sedang menjalankan shalat.
Setelah membunuh Zubair bin Awwam, Amr bin Jurmuz membawa pedang Zubair untuk diperlihatkan kepada Ali bin Abi Thalib dengan harapan agar Ali merasa gembira. Akan tetapi, Ali segera mengusirnya setelah mengetahui bahwa Amr adalah pelaku di balik pembunuhan Zubair.
Keteladanan Zubair Bin Awwam
-
Istiqomah Memeluk Islam
Zubair, sebagai generasi pertama dalam keluarganya yang memeluk agama Islam, menghadapi kemarahan besar dari pamannya yang berencana untuk mencelakainya. Meskipun demikian, keyakinan Zubair tidak tergoyahkan, dan ia tetap setia pada pilihannya.
-
Menghunuskan Pedang Petama di Jalan Allah
Aurah dan Ibnu al-Musayyib menyatakan bahwa Zubair adalah individu pertama yang berani menarik pedangnya dalam perjuangan di jalan Allah SWT. Tindakan tersebut dilakukannya terhadap individu-individu yang mengganggu Nabi Muhammad SAW.
-
Pembawa Kabar Hasil Perang Raja Najasyi
Ketika umat Islam melakukan hijrah ke wilayah Habasyah (Ethiopia), mereka juga tengah menyaksikan konflik antara Raja Najasyi dan kelompok pengikutnya yang melakukan pengkhianatan. Perang ini bermula karena sang raja memutuskan untuk memberikan perlindungan kepada kaum Muslim.
Sebelum rombongan sampai di Ethiopia, umat Islam berkeinginan untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan perang. Dengan tekad yang kuat, Zubair memutuskan untuk menyeberangi sungai Nil dengan menggunakan balon, meskipun pada saat itu beliau tidak memiliki keterampilan berenang.
Akhirnya, berkat keberanian tersebut, rombongan menerima kabar gembira tentang kemenangan Raja Najasyi. Inilah yang membuat umat Islam dapat lebih mudah dan aman memasuki Habasyah.
-
Memecah Kekuatan Malik Bin Auf
Perang Hunain berhasil merusak kekuatan umat Muslim melalui perangkap-perangkap yang terpasang di dalam gua. Kehadiran Zubair berhasil memecah kekuatan pemimpin kelompok Hawaza dalam pertempuran, yang dipimpin oleh Malik bin ‘Auf. Sebagai hasilnya, dengan perlahan kekuatan umat Islam mulai bangkit kembali, dan akhirnya mereka berhasil mengalahkan pasukan Malik bin ‘Auf.
-
Setia Dalam Militer
Zubair bin Awwam turut serta dalam setiap kampanye militer, terlibat dalam beberapa pertempuran signifikan seperti Khaybar, Palung, Yarmuk, Badar, Uhud, dan bahkan dalam pembebasan Makkah. Pada masa itu, perang diizinkan karena motif yang terdefinisi dengan jelas.
Dalam Al-Qur’an, pada ayat 39 surah al-Hajj dijelaskan bahwa izin untuk berperang diberikan sebagai respons terhadap penganiayaan yang dialami oleh umat Islam. Namun, perang hanya diizinkan jika umat Islam menjadi sasaran serangan terlebih dahulu. Jika tidak ada ancaman atau serangan terhadap umat Islam, maka pelaksanaan perang tidak diperbolehkan. Al-Qur’an juga menyampaikan petunjuk mengenai tata cara berperang.
Itulah kisah Zubair Bin Awwam dan keteladanannya sebagai salah satu sahabat setia dari Rasulullah SAW, semoga bermanfaat.
Baca juga : Sejarah Masjid Al Aqsa Dan Bagian-bagiannya