Kiswah Ka’bah mungkin belum begitu dikenal oleh beberapa orang. Meskipun demikian, kiswah adalah bagian integral dari Ka’bah, tempat di mana umat Islam melakukan ibadah haji. Berikut ini sejarah kiswah Ka’bah lengkap dari zaman ke zaman.
Kiswah Ka’bah adalah sehelai kain berwarna hitam yang menutupi seluruh bagian Ka’bah. Saat ini, kiswah Ka’bah dibuat dari kain sutra berwarna hitam yang dihiasi dengan tulisan Arab yang dijahit menggunakan benang emas.
Kiswah Ka’bah mengalami berbagai perubahan seiring perkembangan zaman. Mungkin masih sedikit yang mengetahui bahwa Kiswah Ka’bah telah mengalami perubahan pada warna, jenis kain, ornamen hiasannya, dan bahkan waktu pergantiannya.
Mengenal Kiswah Ka’bah
Sejarah Kiswah Ka’bah Lengkap-Bangunan suci Ka’bah dibangun oleh Nabi Ibrahim dan anaknya, Nabi Ismail. Saat menjalankan sholat, umat Islam menghadap Ka’bah sebagai kiblat. Struktur asli Ka’bah terdiri dari batu dan ditutupi oleh kiswah, sehelai kain berlapis emas.
Kata “kiswah” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah penutup selubung permadani Ka’bah. Kata kiswah berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘selubung’ (kain yang dikenakan pada peti). Setiap tahun pada tanggal 9 Zulhijah, kain ini biasanya diganti ketika jamaah haji berjalan menuju Bukit Arafah selama musim Haji. Namun, pada tahun lalu dan tahun ini, kiswah Ka’bah diganti pada tanggal 1 Muharam, yaitu pada tahun baru Hijriah.
Kiswah adalah jenis kain yang dipakai untuk melapisi Ka’bah di Makkah, Saudi Arabia. Setiap tahun secara rutin, kiswah lama diangkat dan dipotong menjadi beberapa bagian kecil. Kemudian, potongan-potongan kiswah tersebut dihadiahkan kepada beberapa individu, pejabat Muslim asing yang berkunjung, dan organisasi asing. Pada masa lalu, Umar bin Khattab juga melaksanakan tradisi ini. Namun, ada perbedaan, kini potongan kecil kiswah tersebut dibagikan kepada para jemaah yang akan menggunakannya sebagai pelindung dari panasnya suhu kota Makkah.
Kain ini mempunyai luas 658 meter persegi dan dibuat dari sutera berat 670 kilogram. Jahitannya menggunakan benang emas. Jahitan ayat-ayat Al-Quran dilakukan secara manual, kadang-kadang dengan bantuan komputer.
Baca juga : Kisah Nabi Ishaq AS Lengkap
Ornamen atau hiasan di dalam Ka’bah tidak bersifat permanen, sehingga dapat diganti dengan memperhatikan hal-hal yang lebih baik. Biaya yang digunakan untuk pembuatan kiswah mencapai 17 juta riyal atau sekitar 66,3 miliar rupiah, termasuk upah untuk para pengrajinnya.
Sejarah Kiswah Ka’bah
Sejarah Kiswah Ka’bah Lengkap-Berdasarkan laporan dari NU Online, Ka’bah telah mengalami berbagai perubahan sejalan dengan perkembangan zaman. Perubahan tersebut tidak hanya mencakup jenis kain dan warna kiswah saja, tetapi juga meliputi tanggung jawab pihak yang menyediakannya, ornamen-ornamen yang menghiasinya, dan waktu pergantiannya.
Ada banyak pendapat tentang siapa yang pertama kalinya menutup Ka’bah menggunakan kiswah, mulai dari Nabi Ismail AS sampai dengan Adnan bin Udd, yaitu buyut dari Nabi Muhammad SAW. Namun, berdasarkan catatan sejarah yang sah, orang pertama yang menyelimuti Ka’bah dengan kain adalah Raja Dinasti Himyariyah Yaman, yakni Abu Karb As’ad. Pada mulanya, As’ad menutupi Ka’bah dengan menggunakan kulit dan khasf, sejenis kain kasar.
As’ad dikatakan pernah bermimpi menutupi Ka’bah dengan kain. Setelah pulang dari peperangan di Yatsrib, 220 sebelum Hijriyah, dia menjalankan mimpi tersebut saat melewati Makkah. Dalam catatan lain, disebutkan bahwa As’ad menutupi Ka’bah menggunakan daun kurma, serta dilapisi dengan bunga Ma’afir yang memiliki aroma yang harum. Namun, karena khawatir kiswah tersebut akan memberatkan struktur bangunan Ka’bah, maka ia menggantinya dengan kain yang dijahit dari Yaman (al-mala wal washa’il).
Setelah As’ad menyelimuti Kakbah, selanjutnya dalam tahun-tahun berikutnya, banyak orang yang memberi hadiah kain untuk Ka’bah. Dari kain-kain tersebut, kiswah Kakbah diambil. Apabila satu kain mengalami kerusakan, maka digantikan dengan kain lainnya. Hal ini dianggap sebagai tugas agama dan kehormatan besar bagi mereka untuk memasang kiswah.
Pada saat Fathu Makkah (pembebasan Kota Makkah), Nabi Muhammad SAW memilih untuk tetap menggunakan kiswah lama yang digunakan sejak zaman Jahiliyah, yang merupakan kain putih yang dibuat di Mesir, untuk menutupi Ka’bah.
Ketika seorang wanita mencoba mengharuminya dengan dupa, Ka’bah pun terbakar. Setelah insiden itu, Ka’bah ditutup dengan kain bergaris putih dan merah (burud) yang berasal dari Yaman. Khalifah Umar bin Khattab dan Khalifah Ustaman bin Affan melapisi Ka’bah dengan kain putih, sedangkan Abdullah bin Zubair menghiasnya dengan brokat merah.
Dalam masa Dinasti Umayyah, kain kiswah yang baru diletakkan di atas kain yang lama, menyebabkan bertumpuknya lapisan kain tersebut. Tradisi ini berlanjut hingga masa Khalifah al-Mahdi dari Dinasti Abbasiyah. Namun, al-Mahdi khawatir bahwa kain-kain tersebut akan memberi beban berlebih pada bangunan Ka’bah. Selanjutnya, ia memerintahkan untuk melepaskan kain kiswah yang lama dan menggantinya dengan yang baru setiap tahun sekali.
Ketika al-Makmun dari Dinasti Abbasiyah memerintah, kebijakan terkait kiswah Ka’bah mengalami perubahan. Tidak seperti sebelumnya, dia mengganti kiswah Ka’bah tiga kali setahun dengan menggunakan kain dan warna yang berbeda: pada hari tarwiyah menggunakan sutra merah, awal Rajab dengan kain qabathi, dan pada hari ke-27 Ramadhan menggunakan sutra putih.
Khalifah al-Nassir dari Dinasti Abbasiyah dahulu mengubah warna kain kiswah menjadi hijau. Namun, di masa akhir pemerintahannya, para khalifah Dinasti Abbasiyah memutuskan untuk menggunakan kiswah berbahan sutra berwarna hitam karena dianggap lebih tahan lama dan awet.
Sejak zaman Khalifah Umar bin Khattab, Mesir diberi kehormatan untuk membuat kiswah untuk Ka’bah di Mekkah. Setiap tahun selama masa kekhalifahan Umar bin Khattab, ia mengirim surat kepada Gubernur Mesir untuk memproduksi kiswah Ka’bah yang khusus. Seiring berpindah-pindahnya ibu kota Mesir, lokasi pembuatan kiswah juga berkembang dan mencakup wilayah seperti Fayum, Tanis, dan Kairo (distrik Kharnafasy).
Pada tahun 362 H (972 M), al-Muiz li Dinillah, seorang Khalifah Dinasti Fatimiyyah di Mesir, memerintahkan pendirian tempat khusus untuk pembuatan kiswah di distrik Kharnafasy, Kairo. Dia berkeinginan agar kiswah yang diproduksi kali ini menjadi lebih unggul daripada sebelum-sebelumnya. Kiswah tersebut kemudian dibuat menggunakan sutra merah yang selebar 144 jengkal, dengan 12 pita emas di setiap sisinya. Tiap pita dihiasi dengan hiasan buah utrujah yang terbuat dari emas, serta 50 permata berukuran sebesar telur burung dara.
Di samping itu, kiswah juga diperkaya dengan permata-permata berharga, minyak wangi kasturi, dan ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengan haji yang dituliskan dalam kaligrafi. Biaya yang diperlukan untuk menciptakan kiswah sangatlah besar, bahkan pada awal abad ke-20, anggaran pembuatannya mencapai 4.550 pound sterling.
Produksi Kiswah Di Mekkah
Kemudian pengiriman kiswah Ka’bah dari Mesir dihentikan pada tahun 1924, dan Raja Abdul Aziz dari Dinasti Saud mulai memproduksi kiswah tersebut sendiri. Ia memerintahkan pendirian pabrik pembuatan kiswah di Ajyad, sebuah daerah dekat Masjidil Haram. Inilah tempat di mana kiswah pertama di era Kerajaan Saudi diproduksi di Makkah, tepatnya pada tahun 1926.
Setelah produksi kiswah, kiswah dipindahkan ke Umm al-Joud. Pada tahun 1935, pemerintah Mesir dan Arab Saudi menandatangani perjanjian mengenai produksi kiswah. Mulai dari tahun tersebut hingga tahun 1963, produksi Ka’bah dilaksanakan di Mesir.
Arab Saudi kemudian membangun kembali pabrik kiswahnya pada tahun 1972. Saat itu, Fahd bin Abdul Aziz, yang menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Kabinet dan Menteri Dalam Negeri Saudi di pemerintahan Raja Faisal, meletakkan batu pertama pabrik kiswah di pinggiran Kota Makkah. Pabrik ini didirikan di atas lahan seluas 10 hektare dan diresmikan pada tahun 1977, saat Raja Khalid berkuasa. Lebih dari 240 orang dipekerjakan di pabrik ini.
Pabrik yang dibangun oleh Raja Fahd berbeda dengan pabrik kiswah era Raja Abdul Aziz. Pabrik ini dilengkapi dengan peralatan modern dan canggih. Di samping membuat kain kiswah, pabrik ini juga memproduksi tirai bagian dalam Ka’bah dan kamar Nabi Muhammad SAW sampai saat ini.
Hingga kini, kain kiswah Ka’bah berwarna hitam sutra diproduksi melalui pabrik khusus yang didirikan oleh otoritas Arab Saudi. Penggantian kain kiswah ini dilakukan setiap tahun pada tanggal 1 Muharam, sebelumnya 9 Zulhijah.
Demikianlah sejarah kiswah Ka’bah lengkap dari zaman ke zaman hingga saat ini, sebagai tempat pelaksanaan ibadah haji dan umrah.
Baca juga : 7 Amalan Sunnah Bulan Muharram