Sejarah perkembangan Islam di benua Afrika berkaitan erat dengan perjalanan hijrah Rasulullah SAW pada awal periode kenabian. Pada waktu itu, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke Habasyah (Ethiopia). Usman bin Maz’un memimpin perjalanan hijrah ini dengan maksud menghindari persekusi dari kaum kafir dan sekaligus menyebarkan ajaran agama Islam.
Pada tahun 640 M, Masuknya Islam ke Mesir terjadi setelah Amru bin Ash memimpin. Selanjutnya, agama Islam menyebar ke wilayah Barqah dan Tripoli pada masa kepemimpinan Khalifah Usman bin Affan. Kemudian, dakwah Islam terus berkembang pesat di bawah kepemimpinan Musa bin Nusair.
Berdasarkan kutipan dari buku “Islam: The Key Concepts” yang ditulis oleh Oliver Leaman dan rekan-rekan, disebutkan bahwa penyebaran Islam ke benua Afrika dipengaruhi oleh ekspansi besar-besaran selama periode Kekhalifahan Rasyidin dan Dinasti Umayyah. Pertumbuhan agama Islam pada waktu itu sangat cepat, sehingga berdampak signifikan pada beberapa negara di Afrika, termasuk Mesir, Aljazair, dan Sudan.
Sejarah perkembangan Islam di benua Afrika di beberapa negara diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Mesir
Perkembangan Islam di Mesir dimulai melalui kedekatan Rasulullah SAW dengan Gubernur Mukaukis di wilayah tersebut, yang kemudian berlanjut hingga masa kepemimpinan Umar bin Khattab sebagai khalifah.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Mesir berhasil direbut oleh umat Islam dengan dukungan panglima Amru bin Ash. Amru bin Ash berhasil menaklukkan benteng Tondanisus di Ainun Syams dan mengendalikan seluruh wilayah Mesir.
Kemudian, Amru bin Ash dan Mukaukis sepakat dalam sebuah perjanjian. Kesepakatan tersebut menetapkan bahwa Mesir akan menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Islam. Seiring berjalannya waktu, banyak penduduk Afrika yang mengakui agama Islam.
Pada tahun 1952, Muhammad Najib mengumumkan pembentukan Republik Mesir setelah sebelumnya berstatus sebagai monarki. Ia menjabat sebagai presiden inaugural. Seiring berjalannya waktu, Jamal Abdul Nasser menggantikan Muhammad Najib dan memegang kekuasaan dari tahun 1953 hingga 1970.
Pada tahun 1882, Mesir mengalami penjajahan oleh Inggris dan berhasil meraih kemerdekaannya pada tahun 1922. Pada tahun 1956, negara tersebut menghadapi konflik dengan tiga kekuatan, yakni Inggris, Prancis, dan Israel. Kemudian, Mesir mengumumkan kesatuannya dengan Suriah dalam periode 1958-1961 M.
Sekarang, mayoritas penduduk di negeri ini memeluk agama Islam. Dengan jumlah total penduduk mencapai 58.630.000 orang, Mesir menempati peringkat ketujuh sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.
Baca juga : Sejarah Perkembangan Islam Masa Dinasti Umayyah
2. Aljazair
Selama perjalanan sejarahnya, Aljazair telah menjadi wilayah yang diperintah oleh kerajaan Islam. Dimulai dari masa Dinasti Umayah, Dinasti Abbasiyah, Khawarij, Dinasti Murabitun, hingga Dinasti al-Muwahhidun. Setelah itu, Aljazair jatuh di bawah kekuasaan Kesultanan Turki Usmani sejak tahun 1516 dan terus berlangsung hingga tahun 1830.
Sejak masa penjajahan oleh Perancis pada sekitar tahun 1839-1847, muncul gerakan perlawanan yang dipimpin oleh seorang tokoh pejuang, yaitu Amir Abdul Qadir, dengan tujuan mengusir penjajah. Perjuangan tersebut akhirnya membuahkan hasil, dan Aljazair berhasil meraih kemerdekaannya pada tahun 1962 M, setelah mengalami penjajahan oleh Prancis selama 130 tahun.
Ahmad bin Bella menjabat sebagai Presiden pertama sebelum digulingkan oleh Kolonel Hawari Baumidin pada periode 1965-1978. Setelah kematiannya, Syadzali bin Jadid menggantikannya dalam jabatan tersebut.
Pada era tersebut, sebuah krisis politik terjadi, memicu penyelenggaraan pemilu pada tahun 1992. Partai FIS (Front Pembebasan Islam) berhasil meraih kemenangan dalam putaran pertama pemilu. Sayangnya, pihak militer menolak hasil pemilu, menyebabkan gejolak politik di negara tersebut. Akhirnya, pemilu ditunda dan krisis politik terus berlanjut.
Mulai dari tahun 1980, Aljazair memasuki periode kebangkitan Islam yang dicirikan oleh peningkatan semangat kehidupan beragama. Pengakuan ini secara resmi diumumkan dalam kongres partai tunggal Aljazair, yaitu Front Pembebasan Nasional (The National Liberation Front), pada tanggal 27-31 Januari 1979.
3. Sudan
Kedatangan Islam ke Sudan dimulai setelah penaklukan Mesir oleh Amru bin Ash. Dia mengutus Abdullah bin Saad bin Abi Sarah untuk menyebarkan agama ini di wilayah selatan tersebut.
Pada tahun 31 Hijriah, Abdullah bin Sa’ad sampai di Dungalah. Setelah itu, kabilah Arab ini memulai perjalanan mereka menuju Sudan sekitar tahun 750 Masehi.
Sebanyak 1000 individu dari kelompok Bani Umayyah melarikan diri ke Sudan ketika Bani Abbasiyah menyerang penguasa Bani Umayyah. Pada abad ke-2 Hijriyah, umat Islam berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan Nasrani di Sudan, termasuk Kesultanan az-Zarqa dan Kerajaan Fuwang yang berpusat di Sinar.
Kerajaan Islam terbesar yang pernah berdiri di Sudan adalah Kesultanan ini. Selain itu, terdapat Kerajaan Fauri yang pusat pemerintahannya berada di Tarah.
Setelah runtuhnya Kesultanan az-Zarqa pada masa pemerintahan Muhammad Ali Pasha, Mesir berhasil menguasai Sudan sekitar tahun 1821. Meskipun demikian, kekuasaan mereka tetap berlanjut hingga berdirinya pemerintahan Mahdiyah di bawah kepemimpinan Muhammad Ahmad al-Mahdi.
Sejarah perkembangan Islam di Sudan dimulai sejak negara ini meraih kemerdekaannya pada tahun 1956 di bawah kepemimpinan Ismail Azhari. Setelah terjadi kudeta militer, kepemimpinan Sudan beralih kepada Fariq Ibrahim Abboud.
Kemajuan Islam Di Afrika
Setelah tersebarnya Islam dan perkembangannya di wilayah Afrika, penguasa Muslim di sana memutuskan untuk menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi. Bahasa Arab diadoptasi sebagai sarana komunikasi lintas suku dan bangsa, serta sebagai bahasa pengantar di institusi pendidikan.
Penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa resmi di Afrika menjadi landasan bagi kemajuan Islam di wilayah tersebut. Sejak saat itu, perjuangan Islam tidak hanya dilakukan dengan senjata, tetapi juga melibatkan penggunaan bahasa dan pengetahuan.
Dalam ranah administrasi, keberadaan Islam di Afrika memberikan kontribusi signifikan terhadap sistem pemerintahan. Contohnya dapat dilihat pada Dinasti Fatimiyah, di mana mereka mengadopsi istilah khalifah sebagai pemimpin dalam urusan pemerintahan dan agama.
Dalam struktur pemerintahan, khalifah memegang peranan penting dalam menunjuk dan memberhentikan pejabat di tingkat bawahnya. Dalam lingkup jabatan pendukung khalifah, seperti di kementerian negara, terdapat dua kelompok utama, yaitu kelompok ahli militer dan ahli keilmuan.
Pejabat yang memiliki keahlian dalam bidang militer menempati posisi keamanan dan sebagai pengawal pemerintahan khalifah. Sementara itu, pejabat yang ahli dalam bidang keilmuan menempati jabatan di berbagai sektor, termasuk hukum, pendidikan, lembaga ilmu pengetahuan, ekonomi dan perdagangan, keuangan, urusan rumah tangga istana, dan urusan agama.
Di samping itu, terdapat elemen yang menjadi sangat signifikan dalam kemajuan peradaban Islam di Afrika, yaitu pentingnya sikap toleransi terhadap beragama. Saat menaklukkan wilayah di Afrika, pasukan Islam tidak mengimpose kepercayaan Islam kepada penguasa setempat, kecuali jika mereka secara sukarela memilihnya.
Kemudian, mereka diberi izin untuk menjalankan pemerintahan otonom dengan tanggung jawab membayar pajak perlindungan atau Jizyah kepada khalifah. Warga Afrika yang menganut agama selain Islam juga mendapatkan jaminan perlindungan terkait hak kebebasannya dari khalifah.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Setelah Masuknya Islam
Kedatangan Islam ke Afrika tidak hanya mendorong kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan kontribusi gemilang dalam pembangunan peradaban. Pengaruh agama Islam juga turut mendorong perkembangan arsitektur dan bangunan di benua Afrika.
Pertumbuhan pengetahuan di Afrika terlihat melalui perkembangan Kota Kairo di Mesir selama Dinasti Fatimiyah. Pemerintah Dinasti Fatimiyah berhasil mengubah Kota Kairo menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan kecerdasan Islam.
Salah satu warisan yang bertahan dari Dinasti Fatimiyah hingga saat ini adalah Universitas Al-Azhar di Kairo. Dinasti Fatimiyah, yang berkuasa di Mesir dari tahun 909 hingga 1171, menonjol sebagai pemerintahan yang sangat memprioritaskan kemajuan keilmuan.
Pemerintah Fatimiyah bahkan mendirikan beberapa lembaga pendidikan dan memberikan subsidi besar setiap bulannya untuk mendukung pengembangan keilmuan. Selain itu, kemajuan dalam ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Fatimiyah di Afrika berhasil menciptakan beberapa ilmuwan Muslim.
Beberapa cendekiawan tersebut mencakup Muhammad Al-Tamim (fisikawan), Al-Kindi (sejarawan), Ali bin Yunus (ahli astronomi), dan Ali Al-Hasanbin Al-Khaitani (ahli optik). Selain Dinasti Fatimiyah, kerajaan Islam di Afrika seperti Dinasti Muwahidun dan Dinasti Murabithun juga memberikan perhatian besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Meskipun demikian, kemajuan di Afrika kemudian mengalami penurunan seiring kedatangan bangsa Barat yang kemudian menjajah negara-negara di wilayah tersebut.
Itulah sejarah perkembangan Islam di benua Afrika, semoga bermanfaat.
Baca juga : Sejarah Islam Masa Dinasti Bani Abbasiyah