Gempa di Turki dan Suriah berkekuatan 7.8 SR pada hari Senin 06 Februari 2023, gempa tersebut sangat mematikan dan melanda wilayah tenggara Turki, dekat perbatasan Suriah. Akibatnya, lebih dari 4.000 orang tewas hingga Selasa pagi dan ribuan lainnya terluka. Gempa yang terjadi di dekat kota Gaziantep, dilanjutkan oleh banyak gempa susulan, salah satunya memiliki kekuatan hampir sama besar dengan gempa pertama.
Gempa besar yang mengguncang Turki ini memiliki magnitudo 7,8. Getaran ini sangat kuat hingga mencapai jarak 100 kilometer dari garis patahan, sehingga menyebabkan kerusakan serius pada bangunan-bangunan di sekitarnya.
Pada dini hari, sebuah gempa mengguncang wilayah itu membuat orang-orang yang sedang tidur terbangun. Faktor lain yang memperburuk situasi adalah kelemahan struktur bangunan yang tidak kuat. Ribuan bangunan runtuh dan terkena dampak, beberapa rumah sakit dan sekolah hancur, dan puluhan ribu orang menderita luka atau kehilangan tempat tinggal di kota-kota Turki dan Suriah akibat gempa bumi yang memiliki magnitude 7,8. Gempa ini disebut sebagai yang paling mematikan di Turki sejak tahun 1999.
Sayangnya, kualitas infrastruktur di bagian selatan Turki, khususnya Suriah, kurang memadai. Hal ini mengakibatkan bahwa pemeliharaan keselamatan saat ini sangat tergantung pada tingkat respons yang diberikan. Dalam 24 jam mendatang, penting untuk secepatnya menemukan korban yang terjebak. Setelah lewat dari 48 jam, jumlah korban yang dapat diselamatkan akan menurun drastis.
Musim dingin yang sangat ekstrem memperburuk situasi para korban gempa. Cuaca yang buruk mempersulit usaha penyelamatan dan pengiriman bantuan. Kondisi ini menimbulkan kesulitan bagi warga yang sudah kekurangan bahan bakar dan harus hidup tanpa listrik. Keadaan mereka semakin menyedihkan.
Wilayah ini tidak pernah mengalami gempa bumi besar selama lebih dari 200 tahun sehingga membuat masyarakat kurang siap dan memiliki tingkat kesiapsiagaan yang lebih rendah dibandingkan wilayah yang lebih biasa menghadapi gempa.
Pemerintah Turki mengumumkan masa berkabung selama tujuh hari untuk memperingati para korban yang meninggal. Penyelamatan terhambat oleh badai salju musim dingin yang membuat jalan utama tertutup oleh es dan salju. Tiga bandara utama di daerah tersebut tidak dapat beroperasi akibat gempa, membuat pengiriman bantuan vital menjadi sulit. Para pejabat setempat mengatakan hal ini.
Di Suriah, bantuan tidak dapat dilaksanakan dengan lancar karena adanya perang saat ini dan kendala akses ke wilayah yang dikuasai oleh pemberontak di sepanjang perbatasan. Kasasan ini dikelilingi oleh tentara pemerintah yang dibekingi oleh Rusia. Suriah sendiri masih terkena sanksi dari Barat akibat konflik yang terjadi.
Baca juga : Wadi Fatimah Di Mekah
Penyebab Gempa
Bumi terbagi menjadi beberapa lempeng yang berdampingan dan bergerak. Meskipun ada gesekan antar lempeng yang membatasi gerakan mereka, terkadang ada tekanan yang meningkat yang menyebabkan satu lempeng bergerak tiba-tiba. Dalam hal ini, lempeng Arab bergerak ke arah utara dan bersentuhan dengan lempeng Anatolia.
Gempa bumi yang disebabkan oleh gesekan antara lempeng-lempeng memiliki dampak yang sangat merusak pada masa lalu. Pada tanggal 13 Agustus 1822, pergerakan lempeng yang ada memicu gempa bumi dengan magnitudo 7,4, yang masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan gempa bumi berkekuatan 7,8 pada hari Senin lalu. Walaupun demikian, gempa bumi pada abad ke-19 tersebut menyebabkan kerusakan besar pada kota-kota yang ada di wilayah tersebut.
Di kota Aleppo, tercatat ada sebanyak 7.000 yang tewas akibat gempa. Bencana ini masih berlanjut hampir setahun setelah gempa utamanya terjadi pada hari Senin, diikuti oleh berbagai gempa susulan. Para ahli memprediksi bahwa tren gempa susulan akan sama dengan gempa besar yang pernah terjadi sebelumnya di wilayah tersebut.
Banyak pemerintah dan organisasi internasional di seluruh dunia memberikan dukungan setelah terjadi gempa bumi dengan magnitudo 7,8 yang menghantam wilayah Turki dan Suriah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan dukungan kemanusiaan bagi pengungsi gempa di Turki dan Suriah.
Sudah Diprediksi Sebelumnya
Seorang peneliti bernama Frank Hoogerbeets memprediksi gempa bumi yang terjadi di Turki pada 6 Februari 2023. Ia menulis sebuah status di Twitter tiga hari sebelum kejadian tersebut.
Cuitan Hoogerbeets menyebutkan, empat wilayah akan terkena dampak dari goyangan, yaitu wilayah Tengah-Selatan Turki, Yordania, Suriah, dan Lebanon. Akan ada gempa 7,5 magnitudo di wilayah ini, cepat atau lambat tuturnya.
Banyak orang yang terkejut saat ramalan Hoogerbeets terbukti menjadi kenyataan, sehingga mereka bertanya-tanya teknik apa yang digunakan oleh Hoogerbeets untuk memprediksi bencana alam. Menurut profil Twitter-nya, Hoogerbeets adalah seorang peneliti di SSGEOS dan tinggal di Belanda.
SSGEOS, yaitu sebuah lembaga pemantau geometri antar benda langit, bahwa gempa bumi memang dapat dipantau melalui pergerakan tata surya. Dalam laman resminya, SSGEOS memprotes syarat penentuan gempa yang terdiri dari tanggal, waktu, lokasi dan magnitudonya. Menurut mereka, fokus utama harus ditempatkan pada gempa dengan magnitudo 6 dan lebih besar karena gempa bumi dengan magnitudo tersebut lebih sering terjadi saat planet berada pada posisi tertentu di tata surya, dan hal ini menjelaskan pengelompokan gempa bumi besar dalam waktu tertentu.
Kami menemukan bahwa kunci untuk memahami aktivitas gempa bumi adalah kondisi kerak bumi. Ini tergantung pada jumlah tekanan yang terjadi antara lempeng tektonik dan apakah bagian patahan sudah mencapai batas regangannya atau belum. Logika menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antara penumpukan tekanan di kerak bumi dan muatan elektromagnetik yang dihasilkan oleh geometri planet yang kritis.
Walau begitu, ramalan SSGEOS banyak ditentang dalam kalangan ilmuwan. Argumentasi mereka sangat sederhana: bagaimana mungkin gempa yang terjadi di permukaan bumi dapat diprediksikan dengan hanya memperhatikan posisi tata surya?
Argumen ini berdasar pada fakta bahwa ilmu pengetahuan sampai saat ini belum dapat memprediksi kedatangan gempa, bahkan bencana yang mengikutinya seperti tsunami atau longsor.
Ramalan Gempa Metode Baru
Gempa bumi adalah salah satu bencana alam yang kerap terjadi di seluruh dunia. Pada tahun 2023, beberapa gempa sudah terjadi di Indonesia, meliputi wilayah dari Banten hingga Maluku.
Peneliti dari Universitas Northwestern mengklaim telah menemukan sebuah metode baru untuk memprediksi gempa besar sebelum mereka terjadi. Meskipun metodenya mirip dengan seismologi yang saat ini digunakan, pendekatannya sudah dimodifikasi.
Seismologi adalah cabang ilmu geofisika yang memfokuskan pada studi tentang mekanisme terjadinya gempa bumi. Para ahli seismologi melakukan perhitungan dan analisis mengenai gelombang seismik yang tercipta selama gempa bumi. Tujuannya adalah untuk memprediksi waktu rata-rata dan waktu terakhir gempa bumi yang terjadi, sehingga dapat membantu menentukan potensi bencana di masa depan.
Northwestern University memperkenalkan metode baru untuk memprediksi gempa. Ini adalah hasil kerja sama antara ahli seismologi dan ahli statistik yang menggunakan rekam jejak sejarah gempa sebagai dasar analisis.
Atas kejadian gempa di Turki dan Suriah berkekuatan 7.8 SR, mudah-mudahan kita selalu dalam lindungan Allah SWT supaya terhindar dari segala bencana di alam dunia ini, amin.
Baca juga : Cara Membuat Visa Umroh