Danau Tiberias, yang juga dikenal sebagai Danau Thabariyah, telah menjadi topik pembicaraan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh debit airnya yang terus menyusut. Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya menyebutkan bahwa danau yang dikuasai Israel ini merupakan salah satu tanda datangnya hari kiamat. Dalam artikel berikut akan diulas sejarah Danau Thabariyah selengkapnya.
Danau ini berada dekat dengan Dataran Tinggi Golan. Selain dikenal dengan nama Thabariyah atau Tiberias, danau ini juga sering disebut Galilea, Genesaret, Kineret, dan Kinerot. Ini adalah danau air tawar terbesar di wilayah Palestina. Secara geografis, Danau Tiberias berbatasan dengan Palestina dan Suriah, tetapi secara politik, berada di bawah kendali Israel.
Danau Thabariyah adalah danau air tawar terbesar di Israel. Danau ini memiliki luas sekitar 166 km persegi dan kedalaman 43 meter. Danau ini juga merupakan danau air tawar terendah di dunia, bahkan lebih rendah dari Laut Mati.
Letak Geografis Danau Thabariyah
Sejarah Danau Thabariyah-Di sebelah barat laut danau ini, terdapat sebuah kota yang mengambil nama yang sama dengan danau itu sendiri. Menurut catatan sejarah, Kota Tiberia didirikan pada tahun 20 Masehi dan diberi nama Tiberia untuk menghormati Kaisar Tiberius dari Romawi. Kota yang terletak di tepi Pantai Kinneret ini merupakan hasil pembangunan oleh Herodes Antipas, yang merupakan anak dari Herodes Agung. Tiberia juga termasuk salah satu dari empat kota yang dianggap suci oleh komunitas Yahudi.
Letak kota Tiberias berada pada ketinggian lebih dari 200 meter di atas permukaan laut dan dekat dengan sumber air panas serta mineral alam. Iklim di daerah ini merupakan perbatasan antara musim panas Mediterania dan musim semi, dengan curah hujan sekitar 400 mm setiap tahun.
Tiberias memiliki suhu yang bervariasi sepanjang tahun. Pada musim panas, suhu tertinggi mencapai 37 derajat Celsius, sedangkan suhu minimumnya sekitar 21 derajat. Pada musim dingin, suhu di kota tersebut mulai dari 18 hingga 8 derajat.
Al-Muqqadasi menceritakan bahwa pada masa kekuasaan Islam, di Tiberia terdapat sebuah masjid yang luas dan indah di pusat perdagangan. Lantainya terbuat dari kerikil dan batu yang disusun rapat. Menurut al-Muqqadasi, orang-orang yang menderita kudis atau borok dapat datang ke Tiberia untuk berendam di air panas selama tiga hari.
Baca juga : Kisah Nabi Yunus AS Dan Mukjizatnya
Pada tahun 1220, Yakut, seorang ahli geografi dari Suriah, menggambarkan Tiberia sebagai kota yang kecil, panjang, dan sempit. Ia juga menyebut adanya mata air panas dan asin di kota tersebut. Menurut Yakut, Tiberia merupakan bekas kuburan kuno yang dianggap najis oleh bangsa Yahudi. Hal ini menyebabkan bangsa Yahudi tidak mau tinggal di sana.
Antipas memaksa beberapa orang Yahudi yang tinggal di Galilee untuk menetap di kota tersebut, namun, dalam beberapa tahun berikutnya, mereka dihindari oleh penduduk setempat.
Kota ini diperintah oleh 600 dewan kota dan 10 komite hingga 44 Masehi, ketika prokurator Roma mengambil alih kota setelah kematian Raja Agripa I. Pada 61 Masehi, Agripa II merebut kembali kota tersebut dan menjadikannya bagian dari kerajaannya. Namun, perang antara Yahudi dan Romawi menjadikan kota ini sebagai salah satu pusat orang-orang Yahudi.
Pada Perang Salib Pertama, kaum Frank segera menguasai Tiberias setelah menaklukkan Yerusalem. Kemudian, Tancred menjadikan kota tersebut sebagai ibu kota Kerajaan Galilea. Wilayah ini kemudian dikenal sebagai Kerajaan Tiberias.
Menurut hadis yang disampaikan Ibnu Asakir dari Damaskus, Tiberia termasuk dalam “empat kota neraka”. Hal ini menunjukkan bahwa kota tersebut memiliki populasi non-Muslim yang sangat besar pada saat itu.
Memasuki abad ke-20, terdapat sekitar 50 keluarga Yahudi tinggal di wilayah tersebut, sementara sebuah naskah Torah ditemukan di sana. Pada tahun 1265, pasukan Salib dipaksa meninggalkan kota oleh Dinasti Mamluk. Tiberia kemudian dikuasai oleh Dinasti Mamluk hingga akhirnya direbut oleh Kekhalifahan Turki Usmani.
Di bawah kepemimpinan Sultan Selim I, wilayah kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah meluas hingga mencakup pantai selatan Mediterania. Banyak orang Yahudi yang melarikan diri karena takut terhadap kekuatan Kesultanan Utsmaniyah. Pada tahun 1558, seorang warga Portugal bernama Dona Gracia mengumpulkan pajak dari Tiberias dan desa-desa sekitarnya atas nama Sultan Sulaiman Yang Agung.
Dia berupaya menjadikan kota itu sebagai tempat perlindungan yang aman bagi Yahudi dan mempromosikan kemandirian komunitas Yahudi di sana. Pada tahun 1561, keponakannya, Josef Nasi, naik takhta di Tiberias dan mendorong Yahudi untuk menetap di sana.
Tiberias merupakan daerah yang rawan gempa karena kondisi geografisnya. Sepanjang sejarah, gempa telah terjadi di Tiberias sebanyak 16 kali, yaitu pada tahun 30, 33, 115, 306, 363, 419, 447, 631, 1033, 1182, 1202, 1546, 1759, 1837, 1927, dan 1943 Masehi.
Pada tahun 1837, gempa bumi di Tiberias menewaskan 600 orang, termasuk 500 orang Yahudi. Namun, kota tersebut dibangun kembali dan pada tahun 1842, terdapat setidaknya 4.000 penduduk, yang terdiri dari orang Yahudi, Turki, dan orang Kristen.
Pemerintah Israel berencana mengisi danau yang telah mengalami kekeringan bertahun-tahun dengan air laut yang telah disuling menjadi air tawar. Hal ini menguntungkan bagi Israel karena posisi danau berada di bawah permukaan laut, sehingga memudahkan proses pompa air laut.
Tempat Kemunculan Dajjal
Dalam Islam, Danau Tiberias dianggap sebagai salah satu tanda kemunculan Dajjal. Air di danau ini akan habis diminum oleh Ya’juj dan Ma’juj. Ketika airnya sudah habis, maka tanda kiamat telah tiba.
Hadis Riwayat Imam Muslim dari Fatimah binti Qais menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, seorang bernama Tamim ad-Dari datang kepadanya dan menceritakan tentang pertemuannya dengan Dajjal.
Selama 30 hari, Tamim berlayar dan akhirnya terdampar di sebuah pulau di arah timur matahari. Di pulau tersebut, Tamim bertemu dengan seseorang bernama Dajjal dan mulai bertanya tentang danau Tiberias.
Demikianlah sejarah Danau Thabariyah, semoga menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita.
Baca juga : Mengenal Jabal Abu Qubais