Kisah kelam meliputi perjalanan Hindun binti Utbah sebelum dia memeluk agama Islam. Hindun adalah nama yang sangat dikenal sebagai anak salah satu pemimpin Quraisy. Berikut ini kisah Hindun binti Utbah dan hidayahnya yang dia terima, tersaji dalam artikel berikut.
Hindun dilahirkan di Mekah sebagai anak salah satu pemimpin Quraisy, yaitu Utbah bin Rabi’ah dan Shafiyyah binti Umayyah bin Haritsah bin al-Auqashi bin Murah bin Hilal bin Falih bin Dzikwan bin Tsa’labah bin Bahtah bin Salim. Ia memiliki nama lengkap Hindun binti Uthbah bin Robi’ah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al-Umawiyah al-Qurasyiyah.
Hindun adalah seorang perempuan yang cerdas, cantik, baik, fasih berbicara, dan berpengetahuan dalam ilmu sastra. Tidak hanya itu, dia juga ahli dalam berkuda. Salah seorang anaknya yang bernama Muawiyah bin Abu Sofyan menggambarkan ibunya sebagai wanita yang sangat berbahaya pada masa jahiliyah, namun setelah ia menjadi seorang muslimah, ia menjadi seorang perempuan yang mulia dan baik.
Hindun adalah bukti nyata bahwa hanya Allah yang mampu mengubah hati manusia secara drastis. Bagaimana bisa seseorang yang sebelumnya sangat anti terhadap Islam berubah sepenuhnya menjadi seorang pembela Islam yang gigih? Kun fa yakun! Inilah yang terjadi dalam kisah hidup Hindun binti ‘Utbah.
Hindun pernah mengalami dua kali pernikahan. Yang pertama adalah dengan Al-Fakih bin Al-Mughirah Al-Makhzumi, seorang pemuda Quraisy yang terhormat. Namun, karena perilaku buruk suaminya, Hindun akhirnya bercerai darinya. Dari pernikahan ini, Hindun memiliki seorang putra yang diberi nama Aban. Setelah itu, Hindun menikah dengan Abu Sufyan bin Harb dan dikaruniai dua putra, yaitu Mu’awiyah dan ‘Utbah. Pada masa tersebut, Islam mengalami masa kejayaannya di Jazirah Arab.
Sayangnya, Hindun dan suaminya tetap enggan memeluk Islam dan menolak untuk mengikuti agama tersebut. Bahkan, keduanya merencanakan tindakan jahat untuk menghancurkan Islam sepenuhnya. Kisah Hindun mencapai puncaknya selama perang Badar.
Pada saat itu, pasukan Quraisy mengalami kekalahan yang telak. Allah Ta’ala memberikan bantuan kepada umat Muslim dengan mengirimkan malaikat-malaikat untuk berperang bersama mereka. Dalam pertempuran tersebut, ‘Utbah, Syaibah, dan Al-Walid bin ‘Utbah, yang merupakan ayah, paman, dan saudara kandung Hindun, tewas oleh tangan Hamzah, paman Nabi SAW. Setelah insiden tersebut, satu-satunya fikiran yang menghantui Hindun adalah rasa dendam yang mendalam.
Baca juga : Kisah Nabi Isa AS Dan Mukjizatnya
Pembalasan Dendam Hindun Kepada Hamzah
Kisah Hindun Binti Utbah Dan Hidayahnya-Saatnya untuk membalaskan dendam telah tiba. Pasukan Quraisy, yang terdiri dari 3.000 orang di bawah kepemimpinan Abu Sufyan bin Harb, bergerak menuju Uhud. Dalam rangka misi ini, mereka mempersiapkan seorang budak bernama Wahsyi untuk melaksanakan tugas membunuh Hamzah. Wahsyi dikenal sebagai seorang yang sangat mahir dalam melempar tombak. Sebagai imbalannya, Wahsyi dijanjikan pembebasan dari status budaknya jika ia berhasil membunuh Hamzah.
Di samping itu, perhiasan-perhiasan mewah juga akan diberikan. Saat pertempuran di Uhud membara, di bawah komando Hindun binti ‘Utbah, wanita-wanita dari suku Quraisy menyusup di antara barisan tentara, memainkan rebana untuk menggugah semangat pasukan, dan memicu semangat perang. Dengan puisi-puisi yang membara, mereka berseru kepada seluruh pasukan. Sementara itu, di pihak kaum Muslim, Hamzah ra, yang dijuluki Singa Allah, bersemangat membara di medan pertempuran.
Ketika kaum Muslim akan memenangi peperangan, namun sayangnya para pemanah di atas bukit meninggalkan posisi mereka dan turun ke medan pertempuran untuk mengumpulkan barang rampasan yang ditinggalkan oleh pasukan musuh yang kalah. Ketika kaum Muslim lengah, tiba-tiba pasukan berkuda Quraisy muncul dari arah belakang dan menghancurkan mereka. Kaum Muslim menjadi bingung. Hamzah meningkatkan kekuatannya dan meningkatkan serangannya terhadap musuh-musuhnya.
Namun ternyata, Wahsyi memantau Hamzah. Wahsyi bersembunyi di balik pohon atau batu, menunggu jarak Hamzah semakin mendekat. Lalu, Wahsyi melemparkan tombaknya yang menembus perut Hamzah hingga tembus ke belakang. Hamzah tewas di medan perang Uhud. Yang lebih tragis, para wanita Quraisy, termasuk Hindun, menghina mayat para prajurit Muslim yang tewas dengan tindakan yang sangat kejam.
Selanjutnya, Hindun mendaki ke puncak batu yang besar dan dengan lantang berteriak, “Kami telah membalas kekalahan kami dalam perang Badar.” Perang kedua ini jauh lebih ganas daripada yang pertama. Aku tak sanggup menahan kesedihan atas kematian ‘Utbah, serta kehilangan saudara, paman, dan putra sulungku. Kesumat yang berkobar di dalam hatiku telah lenyap. Wahsyi telah membebaskan rasa sakit di dalam hatinya.”
Selama lebih dari dua dekade, Hindun tetap mempertahankan kesyirikannya hingga Allah Subhanahu wa ta’ala membuka hatinya untuk menerima Islam saat kota Makkah dibebaskan.
Hikmah Dari Kisah Hindun
Kepribadian Hindun binti ‘Utbah luar biasa, jarang ditemui pada perempuan lain. Saat hidayah Allah datang kepada dia, noda-noda jahiliyah segera hilang. Hatinya mencair, dan dia menjadi sahabat perempuan yang istimewa. Allah Ta’ala membersihkan jiwanya dari kedengkian dan kebencian serta membuka wawasannya dari kabut jahiliyah. Sebentar setelah menerima Islam, dia segera mengambil palu dan menghancurkan berhala yang ada di rumahnya sampai hancur berkeping-keping seraya berkata, “Selama ini, kami telah tertipu olehmu.”
Setelah memeluk agama Islam, Hindun binti ‘Utbah mengalami transformasi menjadi seorang penganut yang tekun, rajin menunaikan shalat malam, dan berpuasa dengan sungguh-sungguh. Ia tetap teguh dalam keyakinan barunya sebagai seorang muslimah hingga datangnya saat kelam bagi seluruh dunia ini, yaitu ketika Rasulullah SAW wafat.
Hindun merasa sangat terpukul karena menyadari bahwa dirinya telah lama memusuhi Rasulullah SAW dan baru menerima Islam beberapa waktu yang lalu. Walaupun begitu, Hindun tetap dengan tekun mempertahankan keislamannya. Setelah wafatnya Rasulullah SAW, dia terus beribadah dengan tekun dan memenuhi janji setia yang pernah diucapkannya di depan Rasulullah SAW ketika berbaiat di atas bukit Shafa.
Dari Hindun binti ‘Utbah, anak dari Utbah bin Rabi’ah, seorang pemuka Quraisy, dan Safiya binti Umayya, kita dapat mengambil dua pelajaran berharga yang dapat menjadi contoh bagi kaum Muslimah. Hindun dikenal sebagai seorang wanita yang mulia, cerdas, dan bijak dalam masyarakat Quraisy.
Kisah pertama adalah pernikahannya dengan Abu Sofyan. Saat akan menikah dengan Abu Sufyan, dia dihadapkan pada dua pilihan. Pilihan pertama adalah seorang lelaki dari keluarga terhormat namun mudah dipengaruhi yang tidak akan meninggalkan Hindun, apa pun yang Hindun lakukan. Pilihan kedua adalah seorang lelaki yang terhormat, cerdas, dan berwibawa.
Walaupun Hindun adalah seorang wanita yang pintar dan mampu mengatasi kelemahan calon suaminya yang pertama, dia tetap menolak lamaran pria tersebut. Baginya, suami yang kurang cerdas hanya akan menjadi beban bagi istrinya karena akan hidup di bawah dominasi istrinya. Akhirnya, Hindun memilih untuk menikahi Abu Sufyan.
Kisah kedua berkisah tentang perjuangannya di medan perang. Hindun adalah seorang perempuan yang penuh keberanian, yang turut terlibat dalam medan perang. Perannya sebagai penabuh gendang tidak hanya untuk menginspirasi tetapi juga untuk menghadang pasukan yang berencana untuk mundur dari pertempuran. Sebelum memeluk Islam, ia menggerakkan kaum kafir Quraisy untuk melawan Islam, tetapi setelah memeluk Islam, ia menjadi sumber semangat bagi komunitas Muslim.
Salah satu perang terkenal lainnya adalah Pertempuran Yarmuk, di mana umat Islam bertempur melawan pasukan Romawi yang sangat besar. Selama pertempuran ini, beberapa individu mencoba untuk melarikan diri, namun Hindun dan para perempuan Muslim menghalangi mereka dan memberikan teguran keras kepada siapa pun yang berusaha kabur.
Tak terkecuali Abu Sufyan, suaminya sendiri yang ingin mundur dari medan perang. “Kemana tujuannya, wahai putra Shakhr?” Ajakannya, “Mari kembali ke medan perang! Bertarunglah sekuat tenaga untuk memperbaiki kesalahan masa lalu, ketika kamu berupaya menghancurkan Rasulullah.” Abu Sufyan dan rekan-rekan Muslim lainnya pun kembali ke pertempuran dan bersatu berjuang hingga akhirnya mereka berhasil memenangkan pertempuran tersebut.
Hikmah terbesar yang bisa dipetik dari perjalanan hidup Hindun binti ‘Utbah adalah bahwa tak peduli seberapa besar dosa yang kita lakukan, kita tidak boleh pernah takut untuk bertaubat, karena Allah adalah Maha Penerima Taubat. Hindun, meskipun dikenal karena semangatnya dalam memusuhi Rasulullah, akhirnya berbalik arah dan mendukung kaum muslim dengan sepenuh hati. Ia membuktikan penyesalannya dengan memberikan segala upayanya dan berjihad di jalan Allah, bahkan meriwayatkan beberapa hadis dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Itulah kisah Hindun Binti Utbah dan hidayahnya yang dia terima sampai akhirnya masuk Islam, semoga menambah wawasan dan dapat memetik hikmah dalam kisah ini.
Baca juga : Kemenag Meminta Masyarakat Tidak Umrah Backpacker