Madinah Dalam Sejarah Peradaban Islam

Madinah Dalam Sejarah Peradaban IslamMadinah, sebuah kota yang namanya sangat familiar di telinga umat Muslim, adalah tempat yang menyimpan begitu banyak kisah bersejarah. Dari peristiwa hijrah Rasulullah SAW hingga menjadi pusat peradaban Islam di masa awal, Madinah telah memainkan peran penting dalam sejarah Islam. Mari kita jalan-jalan santai melalui sejarah Madinah, melihat bagaimana kota ini berkembang dari masa ke masa dan menjadi salah satu kota paling penting dalam dunia Islam. Inilah Madinah dalam sejarah peradaban Islam selengkapnya.

7 Peristiwa Sejarah Peradaban Islam

  1. Hijrah: Awal dari Sebuah Perubahan Besar

Cerita tentang Madinah tidak bisa dimulai tanpa menyebutkan peristiwa hijrah. Hijrah adalah momen bersejarah ketika Rasulullah SAW dan para sahabatnya pindah dari Mekkah ke Yatsrib (nama Madinah sebelum hijrah) pada tahun 622 Masehi. Peristiwa ini bukan hanya sekadar perpindahan fisik, tetapi juga menjadi titik awal berdirinya masyarakat Islam yang solid dan terorganisir.

Saat Rasulullah tiba di Yatsrib, kota ini menyambut beliau dengan tangan terbuka. Penduduk Yatsrib, yang dikenal sebagai kaum Anshar, menerima Rasulullah dan para Muhajirin (orang-orang yang berhijrah dari Mekkah) dengan penuh kehangatan. Hubungan ini tidak hanya menguatkan persaudaraan antara dua kelompok tersebut tetapi juga menjadi dasar bagi pembangunan masyarakat yang adil dan damai.

Hijrah juga menandai dimulainya kalender Islam, yang menunjukkan betapa pentingnya peristiwa ini dalam sejarah peradaban Islam. Di Madinah, Rasulullah mendirikan Masjid Nabawi yang menjadi pusat kegiatan sosial, politik, dan keagamaan. Dari sinilah, syiar Islam mulai menyebar ke seluruh penjuru dunia.

  1. Piagam Madinah: Konstitusi Tertulis Pertama dalam Islam

Setelah hijrah, salah satu langkah besar yang diambil oleh Rasulullah adalah menyusun Piagam Madinah. Piagam ini adalah perjanjian yang mengatur hubungan antara berbagai suku dan kelompok di Madinah, baik yang Muslim maupun non-Muslim. Ini adalah dokumen yang luar biasa karena mengatur tentang hak-hak dan kewajiban semua warga Madinah tanpa memandang latar belakang agama atau suku mereka.

Piagam Madinah dianggap sebagai salah satu konstitusi tertulis pertama di dunia. Dokumen ini menjadi dasar bagi masyarakat Madinah yang pluralis dan inklusif, di mana setiap individu dilindungi hak-haknya. Piagam ini juga menunjukkan bagaimana Islam mendorong toleransi, keadilan, dan kerjasama di antara berbagai kelompok masyarakat.

Banyak ahli sejarah yang memandang Piagam Madinah sebagai contoh awal dari pemerintahan yang demokratis dan adil, di mana hukum berlaku untuk semua orang tanpa kecuali. Keberadaan piagam ini menunjukkan betapa Madinah di bawah kepemimpinan Rasulullah adalah model masyarakat yang harmonis dan berkeadilan.

Baca juga : 10 Tempat Wisata Di Madinah Al Munawwarah

  1. Pertempuran Badar, Uhud, dan Khandaq: Ujian dan Kemenangan

Tidak lama setelah hijrah, umat Islam di Madinah dihadapkan pada beberapa ujian besar dalam bentuk pertempuran. Pertempuran Badar, Uhud, dan Khandaq adalah beberapa peristiwa penting yang terjadi di sekitar Madinah dan memiliki dampak signifikan pada perkembangan Islam.

Pertempuran Badar adalah kemenangan besar pertama bagi umat Islam, yang memperkuat posisi mereka di Madinah dan meningkatkan kepercayaan diri mereka. Meskipun pasukan Muslim jauh lebih kecil dibandingkan dengan pasukan Quraisy dari Mekkah, mereka berhasil meraih kemenangan yang spektakuler. Kemenangan ini bukan hanya sekadar kemenangan militer, tetapi juga dianggap sebagai tanda dukungan Allah terhadap kaum Muslim.

Namun, tidak semua pertempuran berakhir dengan kemenangan. Pertempuran Uhud adalah contoh di mana umat Islam mengalami kekalahan, yang menjadi pelajaran berharga bagi mereka tentang pentingnya ketaatan dan disiplin. Meskipun mengalami kekalahan di Uhud, umat Islam tidak patah semangat dan terus memperkuat pertahanan mereka.

Pertempuran Khandaq, di sisi lain, adalah momen di mana umat Islam menunjukkan kecerdikan dan strategi yang luar biasa. Dengan menggali parit besar (khandaq) di sekitar Madinah, mereka berhasil menahan serangan gabungan pasukan Quraisy dan sekutunya. Akhirnya, Madinah berhasil dipertahankan dan menjadi simbol ketangguhan dan kecerdasan dalam menghadapi ancaman.

  1. Madinah sebagai Pusat Pemerintahan Islam

Setelah berbagai pertempuran dan ujian yang berhasil dilalui, Madinah menjadi pusat pemerintahan Islam. Dari sinilah Rasulullah SAW memimpin umat Islam, menyebarkan ajaran Islam, dan menjalin hubungan diplomatik dengan berbagai suku dan kerajaan di Jazirah Arab.

Madinah menjadi contoh ideal dari sebuah negara Islam yang adil dan makmur. Sistem pemerintahan yang dibangun oleh Rasulullah di Madinah didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, kesejahteraan, dan persaudaraan. Masyarakat Madinah yang pluralis hidup berdampingan dengan damai, di bawah naungan hukum Islam yang adil.

Setelah wafatnya Rasulullah, Madinah tetap menjadi pusat kekhalifahan Islam di bawah kepemimpinan Khulafaur Rasyidin (empat khalifah pertama). Di sini, keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi perkembangan Islam diambil, dan Madinah menjadi pusat intelektual dan spiritual yang menarik perhatian umat Muslim dari berbagai penjuru.

  1. Masa Khulafaur Rasyidin: Madinah yang Semakin Berkembang

Setelah wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 632 Masehi, Madinah tetap menjadi pusat kekhalifahan Islam selama masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib memimpin umat Islam dari kota ini dan meneruskan warisan Rasulullah SAW.

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar, Madinah mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. Umar dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan adil, yang memperluas wilayah Islam hingga mencakup sebagian besar Timur Tengah, termasuk Mesir, Persia, dan sebagian besar wilayah Bizantium. Madinah menjadi pusat administrasi yang mengatur wilayah yang luas ini.

Selain itu, pada masa Khalifah Utsman, kompilasi Al-Qur’an dilakukan, yang kemudian menjadi kitab suci umat Islam yang kita kenal hingga saat ini. Pekerjaan besar ini dilakukan di Madinah, yang semakin memperkuat posisi kota ini sebagai pusat spiritual dan intelektual dalam dunia Islam.

Namun, masa Khulafaur Rasyidin juga diwarnai dengan tantangan dan konflik internal, termasuk perang saudara yang terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Ali. Meskipun begitu, Madinah tetap menjadi simbol kepemimpinan yang adil dan bijaksana dalam sejarah Islam.

  1. Dinasti Umayyah dan Abbasiyah: Madinah dalam Bayang-bayang Kekuasaan

Setelah berakhirnya masa Khulafaur Rasyidin, kekhalifahan Islam berpindah ke Dinasti Umayyah, yang memindahkan ibu kota kekhalifahan dari Madinah ke Damaskus. Meskipun Madinah tidak lagi menjadi pusat pemerintahan, kota ini tetap memiliki peran penting sebagai pusat ilmu pengetahuan dan spiritualitas.

Pada masa Dinasti Abbasiyah, yang mengambil alih kekuasaan dari Dinasti Umayyah, ibu kota kekhalifahan kembali dipindahkan, kali ini ke Baghdad. Namun, Madinah tetap menjadi kota suci yang dihormati oleh umat Islam di seluruh dunia. Banyak ulama dan cendekiawan Muslim yang tinggal di Madinah dan menjadikannya pusat studi keislaman.

Madinah juga tetap menjadi tujuan utama bagi jamaah haji dan umrah yang datang dari berbagai penjuru dunia. Meskipun tidak lagi menjadi pusat kekuasaan politik, Madinah terus berkembang sebagai kota yang kaya akan sejarah dan budaya Islam.

  1. Madinah di Masa Kini: Warisan Sejarah yang Tetap Hidup

Saat ini, Madinah tetap menjadi salah satu kota paling penting dalam dunia Islam. Kota ini telah mengalami banyak perubahan dan modernisasi, tetapi warisan sejarahnya tetap hidup dan dihormati. Masjid Nabawi telah diperluas menjadi salah satu masjid terbesar di dunia, yang mampu menampung jutaan jamaah setiap tahunnya.

Selain itu, Madinah juga telah menjadi pusat pendidikan Islam dengan berdirinya Universitas Islam Madinah, yang menarik mahasiswa dari seluruh dunia. Kota ini terus menjadi tempat studi yang penting bagi mereka yang ingin memperdalam ilmu agama dan memahami lebih jauh tentang sejarah Islam.

Madinah juga berkembang menjadi kota modern dengan infrastruktur yang baik, namun tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional dan spiritualitasnya. Wisatawan yang datang ke Madinah bisa merasakan kombinasi yang unik antara sejarah dan kemajuan modern, dari masjid-masjid bersejarah hingga pusat perbelanjaan yang modern.

Penutup: Madinah, Kota yang Penuh dengan Kisah dan Makna

Madinah Dalam Sejarah Peradaban Islam-Madinah adalah kota yang tidak hanya penting dalam sejarah Islam, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam bagi umat Muslim di seluruh dunia. Dari peristiwa hijrah hingga menjadi pusat pemerintahan Islam, Madinah telah memainkan peran kunci dalam perkembangan peradaban Islam.

Saat kita menelusuri sejarah Madinah, kita bisa melihat bagaimana kota ini terus berkembang dan berubah, namun tetap mempertahankan esensi spiritualnya. Madinah adalah tempat di mana sejarah hidup dan terus menginspirasi hingga saat ini. Kota ini mengajarkan kita tentang arti persaudaraan, keadilan, dan keteguhan dalam menghadapi tantangan. Setiap sudut Madinah membawa cerita tentang perjuangan, kesetiaan, dan ketulusan yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dalam kehidupan kita sehari-hari.

Madinah juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kemajuan dan tradisi. Meskipun kota ini telah bertransformasi menjadi kota modern dengan segala fasilitas dan teknologi terkini, nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat tetap menjadi fondasi yang kuat bagi kehidupan masyarakatnya. Madinah tidak hanya menjadi pusat spiritual, tetapi juga simbol bagaimana sebuah masyarakat bisa tumbuh dan berkembang tanpa melupakan akar sejarah dan budayanya.

Bagi mereka yang telah mengunjungi Madinah, kota ini sering kali meninggalkan kesan yang mendalam. Ada sesuatu yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata tentang ketenangan dan kedamaian yang dirasakan ketika berada di sini. Setiap kunjungan ke Madinah adalah seperti ziarah bukan hanya fisik, tetapi juga spiritual, yang menghubungkan kita dengan masa lalu sambil memberi inspirasi untuk masa depan.

Pada akhirnya, Madinah adalah lebih dari sekadar kota dalam peta dunia. Ia adalah simbol dari perjalanan spiritual dan peradaban yang luar biasa, yang dimulai lebih dari seribu tahun yang lalu dan masih terus berlanjut hingga kini. Setiap Muslim yang datang ke Madinah, baik untuk menunaikan ibadah haji, umrah, atau sekadar berziarah, membawa pulang sepotong kecil dari sejarah dan spiritualitas yang kental di kota ini. Dan setiap kali mereka meninggalkan kota ini, mereka membawa serta kenangan dan pelajaran berharga yang akan terus hidup dalam hati mereka.

Dengan demikian, Madinah bukan hanya tempat yang dikunjungi, tetapi juga sebuah pengalaman yang dirasakan dan dihargai sepanjang hidup. Sejarah Madinah adalah kisah tentang perjalanan, perjuangan, dan pencapaian yang telah menginspirasi jutaan orang dari generasi ke generasi. Dan seiring berjalannya waktu, kisah Madinah akan terus ditulis, menjadi saksi bisu dari perjalanan peradaban Islam yang terus berkembang dan menginspirasi dunia. Itulah Madinah dalam sejarah peradaban Islam dari masa ke masa.

Baca juga : Kuliner Khas Madinah yang Menggugah Selera

Tempat-tempat Bersejarah Di Madinah Al Munawwarah

Tempat-tempat Bersejarah Di Madinah Al MunawwarahMadinah, kota suci kedua bagi umat Islam setelah Makkah, memegang peran penting dalam sejarah Islam. Di sinilah Rasulullah SAW hijrah dan membangun masyarakat Islam yang pertama. Saat ini, Madinah menjadi tujuan ziarah bagi jutaan umat Muslim dari seluruh dunia. Yuk, kita jalan-jalan santai sambil menelusuri tempat-tempat bersejarah di Madinah Al Munawwarah di kota yang penuh berkah ini!

Masjid Nabawi: Pusat Segala Aktivitas

Perjalanan kita dimulai di jantung Madinah, Masjid Nabawi. Masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat dari segala aktivitas pada masa Rasulullah. Di sini, Rasulullah SAW membangun masyarakat Islam pertama, mengajarkan ajaran Islam, dan mengatur berbagai urusan umat.

Salah satu bagian yang paling istimewa di Masjid Nabawi adalah Raudhah, area antara mimbar dan makam Rasulullah. Raudhah dianggap sebagai salah satu taman surga, dan banyak jamaah berdoa di sini dengan penuh khusyuk. Jangan lupa, jika berkesempatan, sempatkan untuk berdoa dan memohon berkah di tempat yang penuh rahmat ini.

Jabal Uhud: Saksi Bisu Pertempuran Bersejarah

Setelah dari Masjid Nabawi, perjalanan kita lanjutkan ke Jabal Uhud, sebuah bukit yang menjadi saksi bisu dari salah satu pertempuran paling penting dalam sejarah Islam, Pertempuran Uhud. Pertempuran ini terjadi pada tahun 625 Masehi, di mana pasukan Muslim menghadapi pasukan Quraisy dari Makkah.

Di sini, kita bisa merasakan aura sejarah yang kuat. Banyak jamaah yang datang untuk mengenang pengorbanan para sahabat yang gugur di medan pertempuran ini, termasuk paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul Muttalib. Di kaki bukit, terdapat area pemakaman para syuhada Uhud yang bisa kita kunjungi untuk memberikan penghormatan.

Baca juga : Keindahan Dan Keberkahan Jabal Tsur

Quba: Masjid Pertama dalam Sejarah Islam

Tidak jauh dari pusat kota, kita bisa menemukan Masjid Quba, masjid pertama yang dibangun dalam sejarah Islam. Rasulullah SAW sendiri yang meletakkan batu pertama pembangunan masjid ini setelah hijrah dari Makkah. Meskipun ukurannya tidak sebesar Masjid Nabawi, Masjid Quba memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi.

Berkunjung ke Masjid Quba, kita bisa merasakan kedamaian dan ketenangan. Rasulullah pernah bersabda bahwa shalat dua rakaat di Masjid Quba setara dengan satu umrah. Jadi, jangan lewatkan kesempatan untuk beribadah di sini dan merasakan ketenangan spiritual.

Masjid Qiblatain: Saksi Perubahan Arah Kiblat

Bergerak sedikit ke utara, kita akan tiba di Masjid Qiblatain, yang berarti “masjid dengan dua kiblat”. Masjid ini memiliki keunikan tersendiri karena di sinilah arah kiblat umat Muslim berubah dari Baitul Maqdis (Yerusalem) ke Ka’bah di Makkah.

Kisah perubahan kiblat ini terjadi pada tahun 2 Hijriyah saat Rasulullah menerima wahyu untuk mengubah arah shalat. Masjid Qiblatain menjadi saksi bisu peristiwa penting ini. Kini, masjid ini menjadi destinasi wisata religi yang menarik, di mana kita bisa mengingat dan merenungkan pentingnya ketaatan dan perubahan dalam hidup kita.

Pasar Madinah: Merasakan Kehidupan Sehari-hari

Tidak lengkap rasanya mengunjungi Madinah tanpa merasakan kehidupan sehari-hari penduduknya. Pasar Madinah, atau yang sering disebut “souq”, adalah tempat yang sempurna untuk ini. Di sini, kita bisa menemukan berbagai barang, mulai dari makanan khas, pakaian, hingga oleh-oleh.

Berjalan-jalan di pasar, kita bisa merasakan atmosfer yang berbeda. Suara penjual yang menawarkan dagangan mereka, aroma rempah-rempah yang khas, dan keramaian pengunjung menciptakan pengalaman yang unik. Jangan lupa untuk mencicipi kurma Ajwa, kurma khas Madinah yang konon merupakan favorit Rasulullah SAW.

Masjid Al-Ghamamah: Mengingat Shalat Idul Fitri Rasulullah

Satu lagi masjid bersejarah yang tidak boleh dilewatkan adalah Masjid Al-Ghamamah. Masjid ini terletak tidak jauh dari Masjid Nabawi dan memiliki cerita unik. Al-Ghamamah dalam bahasa Arab berarti “awan”. Konon, saat Rasulullah mengimami shalat Idul Fitri di tempat ini, awan menaungi beliau dan para sahabat dari teriknya matahari.

Meskipun tidak sebesar masjid lainnya, Masjid Al-Ghamamah memiliki aura yang tenang dan damai. Mengunjungi masjid ini, kita bisa merenungkan kebersamaan dan kebahagiaan yang dirasakan umat Muslim saat merayakan hari raya.

Pemakaman Baqi: Mengenang Para Sahabat dan Keluarga Rasulullah

Tidak jauh dari Masjid Nabawi, terdapat Pemakaman Baqi, tempat peristirahatan terakhir banyak sahabat dan keluarga Rasulullah. Di sinilah kita bisa menemukan makam para sahabat besar seperti Utsman bin Affan, istri-istri Rasulullah, dan banyak anggota keluarga beliau.

Mengunjungi Baqi, kita bisa merenungkan kehidupan para sahabat yang penuh dengan pengorbanan dan dedikasi untuk Islam. Tempat ini mengingatkan kita akan kesederhanaan dan keteguhan iman para sahabat dalam mendampingi Rasulullah SAW.

Rumah Sayyidina Abu Bakr dan Umar: Memahami Kesederhanaan Para Khalifah

Di Madinah, kita juga bisa menemukan lokasi bekas rumah para khalifah pertama, Sayyidina Abu Bakr dan Sayyidina Umar. Meskipun bangunan aslinya sudah tidak ada, lokasi ini tetap menjadi tempat yang bersejarah.

Mengunjungi tempat ini, kita bisa merenungkan bagaimana kesederhanaan dan keteguhan iman dua sahabat dekat Rasulullah yang memimpin umat Muslim dengan adil dan bijaksana. Ini juga memberikan kita pelajaran tentang pentingnya kepemimpinan yang berlandaskan nilai-nilai Islam.

Kebun Kurma Madinah: Menikmati Hasil Bumi yang Berkah

Sebelum mengakhiri perjalanan, jangan lupa untuk mengunjungi kebun kurma di Madinah. Kurma Madinah, terutama kurma Ajwa, terkenal di seluruh dunia karena kualitas dan rasanya yang istimewa. Banyak kebun kurma yang bisa dikunjungi, di mana kita bisa melihat langsung proses penanaman dan panen kurma.

Selain itu, kita juga bisa membeli berbagai jenis kurma dan produk olahan kurma sebagai oleh-oleh. Mengunjungi kebun kurma memberikan kita kesempatan untuk lebih menghargai hasil bumi yang penuh berkah ini.

Menutup Perjalanan dengan Refleksi

Madinah adalah kota yang penuh dengan sejarah dan spiritualitas. Setiap sudutnya menyimpan kisah tentang perjuangan, pengorbanan, dan kebersamaan umat Muslim dalam membangun peradaban Islam. Menelusuri jejak Rasulullah di kota ini memberikan kita kesempatan untuk merenungkan nilai-nilai kehidupan yang diajarkan oleh beliau.

Semoga perjalanan ini tidak hanya menambah pengetahuan kita tentang sejarah Islam, tetapi juga memperkuat iman dan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Selamat berziarah dan menikmati keindahan tempat-tempat bersejarah di Madinah Al Munawwarah ini.

Baca juga : Destinasi Baru Museum Al Wahyu Di Mekah

Sejarah Kubah Hijau Masjid Nabawi Di Madinah

Sejarah Kubah Hijau Masjid Nabawi Di MadinahKubah Hijau yang megah di Masjid Nabawi bukan sekadar bangunan indah, tetapi juga menyimpan sejarah panjang dan makna religius yang mendalam bagi umat Islam. Dibangun pertama kali pada tahun 1279 M, kubah ini menandakan lokasi peristirahatan terakhir Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar RA, dan Umar bin Khattab RA. Dalam artikel berikut ini diulas sejarah kubah hijau Masjid Nabawi di Madinah.

Seiring perjalanan waktu, Kubah Hijau terus diperbarui dan disempurnakan. Cat berwarna hijau menghiasi kubah ini mulai tahun 1837 M, seperti yang dicatat dalam buku “Architectural Conservation in Islam: Case Study of the Prophet’s Mosque” karya Syed Ahmad Iskandar Syed Ariffin. Warna hijau yang dipilih bukan tanpa makna, melambangkan kemakmuran, kesuburan, dan kedamaian, selaras dengan ajaran Islam.

Masjid ini merupakan masjid kedua yang didirikan di Madinah setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya berhijrah dari Mekah ke Madinah, yang kala itu dikenal sebagai Yathrib. Pembangunan masjid dengan kubah hijau ini dimulai pada tahun pertama setelah hijrah dan berfungsi sebagai tempat ibadah serta pusat kegiatan komunitas Muslim yang berkembang pesat.

Baca juga : 8 Amalan Yang Pahalanya Setara Haji Dan Umroh

Berdiri megah di sisi tenggara Masjid Nabawi, Kubah Hijau memancarkan pesonanya sebagai landmark ikonik. Dibangun tepat di atas makam Nabi Muhammad SAW dan dua sahabatnya, Abu Bakar dan Umar bin Khattab, kubah ini menyimpan sejarah dan makna religius yang mendalam.

Dulunya, area kubah hijau ini merupakan kamar Aisyah, salah satu istri Nabi Muhammad SAW. Kini, kubah ini menjadi penanda lokasi peristirahatan terakhir beliau, menjadikannya tempat penuh kenangan dan rasa hormat bagi umat Islam di seluruh dunia.

Lebih dari sekadar arsitektur yang indah, Kubah Hijau menjadi simbol penting dalam sejarah Islam. Warna hijaunya yang mencolok menjadikannya mudah dikenali dan diingat, menarik perhatian para peziarah dan wisatawan dari berbagai penjuru dunia.

Keberadaan Kubah Hijau tak hanya mempercantik Masjid Nabawi, tetapi juga menjadi pengingat akan keteladanan dan warisan Nabi Muhammad SAW. Bagi umat Islam, kubah ini menjadi simbol kesucian, ketaatan, dan rasa cinta kepada Rasulullah.

Kubah Dibangun Pada Tahun 1279 Masehi

Kubah hijau ini dibangun pada tahun 1279 M dan telah mengalami berbagai perubahan seiring waktu. Melalui pembaruan yang berkelanjutan, Kubah Hijau Masjid Nabawi terus menjadi pusat perhatian dan keindahan di tengah kota suci Madinah.

Semula, masjid ini relatif kecil karena berdekatan dengan rumah Rasulullah SAW. Dalam bukunya yang berjudul Sejarah Masjid Nabawi dan Kubah Hijau, Zafar Bangash menyatakan bahwa awalnya masjid hanya berukuran sekitar 30×35 meter. Tetapi, seiring berjalannya waktu, masjid kubah hijau mengalami perluasan yang signifikan untuk menampung jumlah jemaah yang terus bertambah.

Pembangunan dan perluasan Kubah Hijau Masjid Nabawi terus berlangsung hingga sekarang. Dalam makalahnya berjudul “Nabi Muhammad SAW dan Urbanisasi Madinah,” Profesor Dr. Spahic Omer mengungkapkan bahwa masjid ini telah berkali-kali diperluas.

Saat ini, ukurannya telah mencapai sekitar 100 kali lebih besar dari ukuran aslinya dan mencakup hampir seluruh area kota tua Madinah. Pada tahun 2012, Raja Abdullah memerintahkan perluasan masjid ini untuk menampung sekitar dua juta jemaah, menjadikannya salah satu masjid terbesar di dunia.

Dikutip dari Arab News, Raja Abdullah telah memerintahkan pemasangan 250 payung otomatis di sekitar Masjid Kubah Hijau yang memiliki luas 143.000 meter persegi. Langkah ini dilakukan untuk melindungi jemaah dari sinar matahari atau hujan, sehingga memberikan kenyamanan bagi mereka yang berkunjung untuk beribadah. Lebih dari 3.200 orang juga bekerja dengan tekun untuk membersihkan masjid secara rutin, memastikan kebersihan dan keindahannya terjaga dengan baik.

Kubah hijau Masjid Nabawi tak hanya menciptakan citra yang mengesankan, tetapi juga merefleksikan nilai-nilai sejarah, spiritual, dan dedikasi umat Muslim. Sebagai tujuan utama bagi jutaan jemaah dari seluruh dunia tiap tahunnya, tempat ini menampilkan kebesaran Islam sebagai agama global melalui megahnya kubah hijau dan luasnya kompleks masjid.

Fakta Menarik Kubah Hijau Masjid Nabawi

Masjid Nabawi, dengan kubah berwarna hijau, adalah situs suci yang dipenuhi dengan fakta menarik yang mencerminkan sejarah dan kebesaran Islam. Salah satu fakta yang paling terkenal adalah Kubah Hijau yang berada di sisi tenggara masjid, menjadi ciri khasnya, dan merupakan tempat makam Nabi Muhammad. Dahulu, kubah ini adalah kamar Aisyah, salah satu istri Nabi.

Kecantikan dan elegansi kubah hijau Masjid Nabawi telah menjadikannya sebagai landmark yang khas dan mengesankan di pusat Kota Madinah. Di samping makam Nabi Muhammad, masjid ini juga menjadi tempat peristirahatan bagi dua sahabat beliau yang amat dihormati, Abu Bakar Al-Shiddiq dan Umar bin Khattab.

Kedua makam ini menjadi tempat ziarah dan doa bagi para jemaah yang mengunjungi masjid tersebut. Mereka datang untuk menghormati serta mengenang pengorbanan dan keteladanan para sahabat Nabi yang turut serta dalam memperkokoh agama Islam.

Setiap harinya, ribuan jemaah berduyun-duyun mengunjungi Masjid Nabawi, terutama Raudah, yang dipercayai sebagai tempat paling diberkahi di mana doa-doa dikabulkan. Mereka berbondong-bondong memadati masjid, berlomba-lomba untuk memasuki Raudah, berharap mendapat kesempatan istimewa untuk berdoa di tempat yang dianggap paling afdhal untuk memohon kepada Allah SWT.

Menurut Sultan Ghalib Al Quaiti dalam bukunya yang berjudul “Kota-Kota Suci, Perjalanan Ibadah, dan Dunia Islam,” pemasangan listrik pertama di Masjid Kubah Hijau terjadi pada tahun 1909. Langkah ini dianggap sebagai titik penting dalam perkembangan teknologi serta peningkatan kenyamanan bagi para jemaah yang mengunjungi masjid tersebut. Cahaya lampu yang dinyalakan menghadirkan penerangan yang mengesankan, meningkatkan kecantikan masjid pada malam hari.

Di Masjid Nabawi, kubah hijau, peran muazin juga memiliki sejarah menarik. Bilal bin Rabah, yang ditunjuk oleh Nabi Muhammad sendiri, adalah muazin pertama. Ia terkenal dengan vokalitasnya dan suara yang merdu. Sekarang, menurut Sheikh Abdul Rahman Khashogji, utama muazin, ada 17 muazin di masjid tersebut, seperti dilaporkan oleh surat kabar Al-Riyadh.

Setiap hari, tiga muazin bergantian mengumandangkan azan dari “Mukabbariyyah,” tempat khusus untuk azan, dan mengulangi takbir yang dilakukan oleh imam saat sholat. Kehadiran mereka menciptakan suasana spiritual yang khusyuk di dalam masjid.

Masjid ini awalnya dikenal sebagai Al-Masjid Al-Nabawis. Dibangun setelah Nabi Muhammad dan para pengikutnya hijrah dari Mekah, menjadikannya masjid kedua di Madinah setelah Masjid Quba. Ini menegaskan peran penting Madinah sebagai pusat kegiatan ibadah Islam. Masjid Nabawi, sebagai lambang kebesaran Islam, menjadi tempat spiritual bagi jutaan umat Muslim dari seluruh dunia.

Demikianlah sejarah kubah hijau Masjid Nabawi di Madinah Al Munawwarah, semoga artikel ini bermanfaat.

Baca juga : 7 Paket Internet Haji Murah

Asal Usul Kota Madinah

Asal Usul Kota MadinahMadinah, sebuah kota di Hejaz dan ibu kota Provinsi Madinah di Arab Saudi, dikenal luas oleh umat Muslim di seluruh dunia. Kota ini terkenal dengan Masjid Nabawi dan merupakan kota suci kedua dalam Islam setelah Mekkah. Pada kesempatan ini mari kita bahas asal usul kota Madinah di Arab Saudi.

Setiap tahun, khususnya saat bulan Haji tiba, umat Muslim dari seluruh dunia akan melaksanakan ibadah haji di kota suci Mekkah dan Al Madinah. Di Al Madinah, terletak makam Nabi Agung Muhammad SAW, yang merupakan tempat suci bagi umat Islam.

Menurut informasi dari situs kemenag.go.id, ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, kota itu belum teratur dengan baik. Madinah hanyalah sekumpulan bukit yang luasnya terbentang, dengan oase-oase tersebar di sekitarnya.

Mengenal Kota Madinah

Dalam penjelasan sebelumnya, disebutkan bahwa Al Madinah merupakan nama kota di Hejaz, yang juga menjadi ibu kota Provinsi Madinah di Arab Saudi. Di kota ini terletak Masjid Nabawi dan dianggap sebagai kota suci kedua dalam Islam setelah Mekkah.

Al Madinah dianggap sebagai kota yang suci karena di sana bersemayam jasad Nabi Agung Muhammad SAW, kekasih Allah SWT. Di samping itu, kota ini juga menjadi tempat di mana beliau menjalankan misi dakwahnya selama 10 tahun.

Baca juga : 5 Strategi Dakwah Rasulullah SAW Di Madinah

Pada awalnya, Al Madinah adalah daerah bukit yang tersebar luas, dihiasi dengan oase-oase yang tersebar di sekelilingnya. Setelah Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah, kota ini secara bertahap berubah menjadi pusat kekuasaan bagi Kekaisaran Muslim. Nabi Muhammad SAW memimpin secara langsung, diikuti oleh Khulafaur Rasyidin, termasuk Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali.

Di Madinah terletak tiga masjid kuno yang terkenal: Masjid Quba, Masjid Nabawi, dan Masjid Qiblatain. Karena itu, setiap tahun, saat bulan Haji tiba, umat Muslim dari seluruh dunia akan memenuhi Madinah dan Mekkah untuk menjalankan ibadah haji.

Umat Muslim meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW menerima serangkaian penurunan surah Alquran di Madinah, yang dikenal sebagai surah Madaniyah, yang memiliki perbedaan dengan surah Makkiyyah.

Asal Usul Nama Madinah

Asal Usul Kota Madinah-Menurut Akhbar al-Madinah karya Ibnu Zabalah (2003:165&184), awalnya kota Al Madinah dikenal dengan nama Yatsrib, yang berasal dari nama seorang laki-laki dari suku ‘Amaliq. Dijelaskan bahwa Bani ‘Umalaq, keturunan ‘Umalaq bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh AS, merupakan kelompok pertama yang mendiami dan membangun daerah tersebut. Sebagai tambahan, Yatsrib adalah keturunan ketiga dari Nabi Nuh AS berdasarkan silsilah yang disampaikan.

Sebelum berkembang menjadi sebuah kota, Yatsrib berada jauh dari keberadaban. Masyarakatnya hidup dalam tribalisme, tanpa peraturan bersama, dan sering kali terlibat konflik antar kabilah meskipun berbagi wilayah yang sama.

Kemudian, Nabi Muhammad SAW melakukan Hijrah dari Mekkah ke Yatsrib, yang kemudian mengubah wilayah tersebut menjadi sebuah kota yang dikenal sebagai Madinatu Rosulillah. Hal ini dipengaruhi oleh upaya dan dedikasi beliau dalam merintis tata wilayah yang beradab dan membangun kota tersebut.

Menurut Mu’nis Al-Muzaffar, asal-usul kata “Madinah” dapat ditelusuri ke dalam Bahasa Suryani, “midinta”, yang mengindikasikan wilayah yang luas dihuni oleh komunitas dengan kondisi dan kepentingan serupa. Di dalam bahasa Arab, terdapat istilah “madaniy” yang merujuk pada masyarakat yang beradab (civilization). Proses pengembangan ini dikenal dengan istilah “tamaddun”, yang mencerminkan pembangunan masyarakat yang memiliki peradaban dan budaya yang maju. Konsep yang sejalan dengan masyarakat ini meliputi “tsaqofah” yang menggambarkan kecerdasan dan pendidikan yang tinggi.

Hadlarah adalah komunitas yang kaya akan budaya, modernitas, kesejahteraan, serta ketaatan hukum. Madinah, di sisi lain, merupakan masyarakat yang cerdas, terdidik, beradab, maju, ekonominya sejahtera, serta memperhatikan kesejahteraan fisik dan mental, dengan sistem hukum yang tertib dan stabilitas keamanan yang kokoh.

Secara ringkas, Madinah adalah keadaan yang diimpikan oleh setiap individu manusia. Rasulullah SAW telah berhasil mengubah Yatsrib menjadi Madinah sebagai contoh nyata dari hal tersebut.

Saat Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah pertamanya ke Yatsrib, daerah tersebut masih merupakan wilayah yang minim pemukiman dan bangunan. Dalam rangka menyambut kedatangan Rasulullah SAW beserta para muhajirin, dibangunlah sebuah masjid yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial. Bahkan, salah satu sudut masjid dijadikan sebagai tempat tinggal bagi Rasulullah SAW.

Letak Geografis Madinah

Menurut NU Online, Madinah adalah salah satu kota yang memiliki posisi geografis yang sangat strategis. Secara geografis, Al Madinah adalah kota yang terletak di dataran, dikelilingi oleh gunung dan bukit-bukit, dengan iklim gurun. Suhu tertinggi di kota ini berkisar antara 30 °C hingga 45 °C selama musim panas, sementara suhu rata-rata berkisar antara 10 °C hingga 25 °C.

Menurut Ali Muhammad ash-Shallabi, Madinah dipilih sebagai tempat hijrah dan ibu kota umat Muslim saat itu karena pada masa itu, Madinah belum memiliki penguasa yang menguasai sepenuhnya kota tersebut, sehingga tidak ada pajak dan memberikan kebebasan penuh.

Pasti, ini kesempatan emas bagi umat Muslim untuk menggunakannya sebagai fondasi kekuasaan. Ash-Shallabi juga menambahkan bahwa letak Madinah secara strategis dari segi militer. Ada bukit-bukit yang menjulang dari arah Barat dan Timur.

Hanya bagian utara yang terbuka, dahulu dijadikan parit oleh Rasulullah SAW pada tahun kelima saat perang Ahzab. Sementara arah lainnya tak dapat ditembus oleh pasukan musuh karena dipenuhi pohon kurma, tanaman rindang, dan jalur yang sempit, sulit bagi musuh untuk masuk. Rasulullah SAW tampaknya sudah memberi isyarat akan hal ini sebelum hijrah.

Demikianlah ulasan mengenai asal usul kota Madinah, semoga artikel ini bermanfaat. Mudah-mudahan yang belum pergi ke kota Madinah dimudahkan oleh Allah SWT dalam kegiatan umrah bersama Kabian Tours and Travel.

Baca juga : 9 Sunnah Umroh Anjuran Rasulullah

5 Strategi Dakwah Rasulullah SAW Di Madinah

5 Strategi Dakwah Rasulullah SAW Di MadinahRasulullah SAW telah mengemban segala perjalanan untuk menyampaikan pesan Allah SWT kepada umat Islam. Dalam menyebarkan wahyu-Nya, Rasulullah memanfaatkan berbagai strategi dakwah yang beragam. Dalam artikel berikut ini akan diulas 5 strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah.

Dakwah dimulai dengan cara yang rahasia, berlanjut dengan penyebaran terang-terangan, melakukan perjalanan hijrah ke Madinah, menyampaikan pesan di tempat-tempat yang berbeda, dan mengutus wakil untuk mewakili.

Berdasarkan buku Parents Power yang ditulis oleh Saiful Falah, latar belakang hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah adalah karena misi kerasulannya mendapat perlawanan yang keji dari penduduk Mekah. Perjalanan hijrah Rasulullah ke Madinah dimulai saat suku Aus dan Khazraj melakukan ibadah haji di Mekah.

Mereka mengundang Rasulullah untuk hijrah ke Madinah, berjanji untuk melindungi dan mendukung Rasulullah SAW serta para pengikutnya. Perlakuan istimewa ini membuat Rasulullah setuju untuk meneruskan dakwahnya di Madinah.

Perpindahan Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah menandai awal dari babak baru dalam perkembangan Islam. Setibanya di Madinah, Rasulullah SAW melanjutkan misi dakwahnya dengan mengadopsi strategi baru. Periode dakwah Rasulullah ini berlangsung sekitar 10 tahun lamanya.

Selama periode tersebut, strategi dakwah Rasulullah SAW mengikuti pola masyarakat Madinah. Bagaimana karakteristik penduduk Madinah pada masa Rasulullah? Mari kita eksplorasi penjelasannya.

Baca juga : 9 Sunnah Umroh Anjuran Rasulullah

Gambaran Penduduk Madinah di Zaman Rasulullah SAW

5 Strategi Dakwah Rasulullah SAW Di Madinah-Menurut buku Pendidikan Agama Islam oleh Bachrul Ilmy, sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW, Kota Madinah disebut Yatsrib. Terletak di utara Mekah, kota tersebut memiliki tanah yang subur, ideal untuk pertanian dan peternakan.

Mayoritas penduduk Madinah berasal dari luar wilayahnya, bahkan jumlah pendatang yang menetap melebihi penduduk asli. Populasi ini terbagi menjadi dua kelompok utama: orang Arab dan orang Yahudi.

Di dalam perjalanan sejarah, kedua kelompok imigran ini bersaing dan bertarung untuk mendapatkan kekuasaan di Madinah. Mereka juga mengancam untuk berperang dan saling mengusir. Kelompok Arab lebih cenderung menerima Islam dengan baik dan mengikuti ajaran Rasulullah, sementara kelompok Yahudi dikenal sebagai orang yang angkuh dan percaya diri sebagai bangsa terpilih oleh Tuhan.

Dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Aliyah Kelas X yang ditulis oleh Abu Achmadi dan Sungarso, faktor yang membuat masyarakat Arab Madinah dengan mudah menerima agama Islam adalah pemahaman agama yang telah dimiliki oleh penduduknya sebelumnya.

Penduduk Madinah sering kali mendengar tentang nama Allah, wahyu, alam kubur, hari kebangkitan, serta surga dan neraka, sedangkan penduduk Mekah masih memuja berhala. Selain itu, mereka membutuhkan seorang pemimpin yang dapat menyatukan suku-suku yang sebelumnya saling bermusuhan.

Walaupun Rasulullah SAW berhasil mengintegrasikan Madinah ke dalam kekuasaan Islam, perjalanan beliau tidaklah sehalus yang diharapkan. Dakwahnya diuji oleh fitnah, ketidaksukaan dari kalangan Yahudi, kebencian dari orang-orang munafik, dan permusuhan kaum Quraisy.

Tidak jarang, konflik tersebut akhirnya melahirkan pertempuran dengan tingkat intensitas yang berbeda-beda. Walaupun begitu, Rasulullah berhasil menghadapi cobaan tersebut dengan penuh kesabaran.

Keberhasilan Rasulullah SAW dalam menguasai Madinah sebagai pusat kekuasaan Islam tidak lain karena strategi dan esensi dakwah Rasulullah bersama para sahabatnya. Untuk memahami strategi dakwah Rasulullah di Madinah, mari kita ikuti penjelasannya.

Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah

Selama perpindahan Nabi Muhammad SAW ke Madinah, Islam berkembang dengan cepat. Rasulullah menerapkan berbagai strategi dakwah selama berada di Madinah, antara lain:

  1. Menempatkan Dasar-dasar Kehidupan Bermasyarakat

Setibanya di Madinah, Rasulullah mendirikan masjid sebagai tempat musyawarah, menyatukan kaum Muslim, dan menjadi pusat pemerintahan, dalam mengutip buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk Kelas X SMA/MA/SMK.

Rasulullah SAW menyatukan Kaum Anshar dan Kaum Muhajirin dalam ikatan kekeluargaan dan kekerabatan yang tidak hanya didasarkan pada hubungan darah, tetapi juga pada keyakinan agama. Dengan demikian, Rasulullah membentuk ikatan persaudaraan yang kokoh.

  1. Mengembangkan Dakwah dan Sistem Pendidikan

Untuk menyebarkan ajarannya, Islam memerlukan individu yang terampil. Karenanya, Rasulullah SAW sangat menekankan pentingnya pendidikan. Beliau mendirikan beberapa institusi pendidikan, seperti majelis ilmu, pondok ta’lim, dan sejenisnya.

  1. Membangun Kesejahteraan Umum

Rasulullah SAW selalu mendorong para pengikutnya untuk bekerja dengan tekun demi meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Di ranah sosial, Beliau menegaskan kewajiban bagi orang-orang kaya untuk menunaikan zakat demi membantu fakir miskin. Tujuannya adalah agar solidaritas dalam membantu sesama muslim semakin kuat.

  1. Membangun Kekuatan Politik dengan Membentuk Kekuatan

Nabi Muhammad SAW menyatukan komunitas Yahudi dari suku Bani Qoinuqo, Bani Nadhir, dan Bani Quraidah, dan ia menegakkan perjanjian yang dikenal sebagai Piagam Madinah untuk melindungi hak-hak asasi manusia mereka.

  1. Menempatkan Dasar-dasar Kepemimpinan dan Hukum

Rasulullah mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan dan tanggung jawab. Salah satu prinsip kepemimpinan yang beliau terapkan adalah kepemimpinan dalam salat. Beliau berpendapat bahwa imam salat seharusnya adalah orang yang paling memahami Al-Qur’an dan sunah-sunahnya.

Dengan 5 strategi dakwah Rasulullah di Madinah tersebut, dalam waktu singkat seluruh Jazirah Arab berubah menjadi pusat kekuasaan Islam. Ini menegaskan kesuksesan Rasulullah dalam menyebarkan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia.

Baca juga : Keutamaan Umroh Di Bulan Syawal

7 Fakta Menarik Kota Madinah

7 fakta menarik kota MadinahMadinah, sebuah kota besar di Arab Saudi, adalah tempat tersuci kedua dalam Islam. Di sini terdapat beberapa masjid tertua di dunia dan makam Nabi Muhammad SAW. Madinah menjadi situs ziarah bagi jutaan Muslim, dengan pusat kota yang hanya diperbolehkan untuk Museum bagi non-Muslim, sementara bagian lainnya terbuka untuk pengunjung. Inilah 7 fakta menarik kota Madinah selengkapnya.

Namun, di balik kemasyhurannya, Kota Madinah menyimpan banyak fakta unik dan menarik yang sering terlupakan atau tidak diketahui oleh banyak orang. Di samping menjadi tempat bersejarah yang sarat dengan nilai-nilai agama, Kota Madinah juga memiliki pesona lain yang menarik untuk dieksplorasi.

Fakta Menarik Tentang Madinah

  1. Kota Terbesar Keempat Di Arab Saudi

Medina, juga dikenal sebagai Al Madīnat al Munawwarah, merupakan sebuah kota yang terletak di wilayah Hijaz, di bagian barat Arab Saudi. Kota ini terletak sekitar 100 mil (160km) dari pesisir Laut Merah dan sekitar 275 mil (443km) melalui jalur darat dari Mekah. Medina berfungsi sebagai ibu kota Provinsi Madinah. Dengan populasi mencapai 1.545.420 jiwa pada tahun 2022, kota ini menjadi kota terbesar keempat di Arab Saudi setelah Riyadh, Jeddah, dan Mekah.

Berdasarkan Tinjauan Lokal Madinah 2023 yang dikeluarkan oleh Observatorium Perkotaan, dapat disimpulkan bahwa Madinah telah mencapai tingkat pertumbuhan diri yang signifikan. Selain itu, Madinah juga berhasil menjadi salah satu dari delapan pusat perkotaan utama yang mendapatkan dukungan dari Strategi Perkotaan Nasional sebagai prioritas utama dalam pembangunan nasional yang komprehensif.

Madinah diharapkan mengalami pertumbuhan yang signifikan selama 30 tahun ke depan, dengan populasi tetapnya diperkirakan mencapai sekitar 2,06 juta orang dan jumlah pengunjung sekitar 12 juta setiap tahun pada tahun 2040.

Tinjauan lokal menunjukkan bahwa Madinah memiliki keunggulan komparatif dalam mempengaruhi perkembangan kota dan kawasan secara keseluruhan, termasuk dalam percepatan pembangunan kawasan hingga tingkat nasional.

Dampak positif dari hal ini adalah meningkatnya keseimbangan tata ruang kawasan dengan penyebaran yang merata dari layanan-layanan pemerintah pusat seperti universitas, lembaga penelitian, layanan medis khusus, dan berbagai fasilitas lainnya.

Sasaran Strategi Perkotaan Nasional adalah mencapai keseimbangan pembangunan perkotaan regional dalam jangka panjang. Selain itu, strategi ini bertujuan untuk memperluas dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta memperkuat pusat-pusat pembangunan terpilih dari kota-kota di kawasan tersebut.

Tujuan dari ini juga adalah untuk memaksimalkan pemanfaatan elemen-elemen dasar yang saat ini ada di pusat-pusat kota besar yang sebagian besar terwakili di Madinah. Hasil tinjauan lokal menunjukkan bahwa strategi Madinah bertujuan meningkatkan total pertumbuhan PDB regional menjadi sekitar 2,9 kali lipat.

Visi Arab Saudi 2030 bertujuan menciptakan 402.000 lapangan kerja, mengurangi tingkat pengangguran warga Saudi hingga 70%, serta meningkatkan usaha bisnis baru sebanyak 2,5 kali lipat. Selain itu, visi tersebut bertujuan untuk menampung sekitar 30 juta jamaah haji dan umrah pada tahun 2030.

Madinah telah menerapkan beberapa strategi, kebijakan, dan program yang sesuai dengan tujuan ini, secara signifikan terkait dengan keunggulan kompetitif utama kota.

Baca juga : Kisah Nabi Yaqub AS Lengkap

  1. Tempat dimakamkan Nabi Muhammad SAW

Tempat ini merupakan tempat suci kedua dalam Islam setelah Makkah karena di sinilah Nabi Muhammad SAW dimakamkan setelah berhijrah dari Makkah. Pemakaman beliau berada di Al-Masjid an-Nabawi, yang dikenal dalam bahasa Inggris sebagai The Prophet’s Mosque, dan masjid ini terletak di situs sebelah rumah beliau.

Dalam buku Seri Ensiklopedia Anak Muslim karya Adib, ditegaskan bahwa semula makam Nabi Muhammad SAW berada di luar Masjid Nabawi. Tetapi, setelah masjid itu diperluas, makam Nabi Muhammad SAW dipindahkan ke dalamnya.

Makam Nabi Muhammad SAW dahulunya adalah kamar Sayyidah Aisyah, istri beliau. Menurut buku “Jejak-jejak Islam” karya Ahmad Rofi’ Usmani, kamar-kamar tempat tinggal istri-istri Nabi dilengkapi dengan beranda kecil dan sebuah kamar dengan lantai berpondasi pelepah kurma.

Posisi kepala Beliau dimakamkan di sebelah barat, dengan wajahnya menghadap ke arah kiblat. Di masa berikutnya, berdekatan dengan makam Nabi Muhammad SAW, terdapat dua makam sahabat Beliau, yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Khattab.

Makam Rasulullah SAW dikelilingi oleh pagar tinggi yang dihiasi dengan kaligrafi berwarna keemasan. Di sekitar makam beliau, terdapat penjaga khusus yang disebut askar.

Tempat bersejarah ini senantiasa ramai dengan peziarah. Baik jemaah umrah maupun umat Islam yang datang ke Madinah, selalu meluangkan waktu untuk beribadah di Masjid Nabawi, termasuk di Raudhah. Selanjutnya, umumnya mereka juga berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW.

  1. Tempat Hijrahnya Rasulullah SAW

Kisah hijrah Nabi Muhammad SAW ini dipenuhi dengan berbagai tantangan. Hijrah dilaksanakan karena dakwah Nabi Muhammad SAW kepada kaum Quraisy terus dihadapi dengan tentangan dan serangan yang bahkan mencakup upaya pembunuhan. Perlawanan tersebut semakin memperkuat kebencian mereka terhadap ajakan Rasulullah untuk beriman kepada Allah SWT.

Setelah itu, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk berhijrah, dan beliau pun melaksanakan hijrah menuju Madinah. Pada awalnya, pada tahun 620 M, Nabi Muhammad SAW bertemu enam orang dari Yastrib (Madinah) yang berasal dari Kabilah Khazraj yang sedang berziarah ke Mekah.

Pada pertemuan tersebut, Nabi Muhammad SAW mengundang mereka untuk memeluk Islam. Mereka dengan tulus menerima undangan tersebut dan menyatakan keislaman mereka. Selanjutnya, mereka menjadi duta yang menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat Yatsrib lainnya.

  1. Di Kota Ini Masjid Pertama Dibangun

7 Fakta Menarik Kota Madinah-Ketika perjalanan ke Madinah, Rasulullah Saw berhenti sejenak di Quba, sebuah desa yang letaknya 2 mil di bagian selatan Madinah. Di tempat tersebut, beliau mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Masjid Quba.

Berkunjung ke Masjid Quba memiliki keutamaan yang luar biasa, karena pahala bagi orang yang berkunjung dan shalat dua rakaat di masjid ini setara dengan pahala orang yang melakukan umroh.

  1. Non Muslim Tidak Bisa Masuk ke Pusat Kota Madinah

Madinah, seperti Makkah, merupakan tempat suci dalam agama Islam. Oleh karena itu, pejabat melarang non-Muslim untuk memasuki Lapangan Nabawi di pusat kota. Di tempat ini, terdapat Masjid Al-Nabawi. Daerah yang hanya dapat diakses oleh Muslim disebut “haram.” Namun, non-Muslim masih dapat mengunjungi pinggiran dan daerah lain di Madinah.

Dikutip dari Arab News, larangan masuk ke Makkah dan Madinah bukanlah hasil kebijakan politik atau campur tangan manusia. Larangan ini merupakan ketetapan langsung dari Allah SWT, yang dinyatakan dalam Surat At-Taubah ayat ke-28.

Oleh karena itu, larangan untuk masuk ke Makkah dan Madinah adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat sesuai perintah tersebut. Pemerintah Riyadh telah mengeluarkan alasan yang lebih normatif bahwa pelarangan ini dilaksanakan untuk meningkatkan keamanan dan kesucian ibadah.

Apabila Mekkah dan Madinah diubah menjadi kawasan pariwisata terbuka, terdapat kekhawatiran bahwa hal tersebut dapat menimbulkan situasi yang tidak kondusif. Hal ini berpotensi mengganggu kesakralan tempat untuk beribadah, termasuk pelaksanaan ibadah haji dan umrah.

Jika ada umat non-Muslim yang terbukti masuk ke dua kota suci ini secara ilegal, mereka akan ditangkap oleh otoritas dan diinterogasi. Beberapa kasus juga telah dihadirkan ke pengadilan, di mana hakim akan menjatuhkan vonis berdasarkan penyelidikan motif para pelanggar.

  1. Kota Yang Dikunjungi Saat Beribadah Umrah dan Haji

Di kota Madinah, terdapat beberapa tempat bersejarah yang ramai dikunjungi oleh para jamaah umroh. Beberapa dari tempat-tempat tersebut memiliki fadilah pahala yang sangat besar, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW.

Beberapa tempat bersejarah terletak di sekitar Masjid Nabawi, sementara yang lain berada di luar kota Madinah. Melakukan ziarah ke tempat-tempat ini merupakan sunnah, terutama jika tujuannya adalah untuk melihat peninggalan sejarah perkembangan Islam, terutama pada zaman Rasulullah SAW, dengan harapan dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita. Namun, perlu diingat bahwa ziarah tersebut menjadi haram jika diikuti oleh perbuatan-perbuatan yang mendekati kesyirikan. Karena alasan ini, perjalanan umroh yang melibatkan hal-hal semacam itu harus dihindari.

  1. Terkenal Dengan Pohon Kurmanya

Kunjungan ke kebun kurma tetap menjadi daya tarik bagi jamaah haji dan umrah Indonesia. Oleh karena itu, hampir seluruh biro perjalanan mencakup city tour kebun kurma sebagai pilihan utama dalam paket perjalanan haji dan umrah yang mereka tawarkan kepada para jamaah.

Ketika berada di Madinah, kota yang dikenal sebagai penghasil buah kurma terbesar dan terbaik di Arab Saudi, para jamaah sering melakukan wisata ke kebun kurma.

Daya tarik utama dari kebun ini adalah toko kurma yang berada di pojok kebun, menawarkan kualitas dan jenis kurma yang cukup beragam. Biasanya, para jamaah akan diajak mengunjungi Kebun Kurma ini setelah mengunjungi Masjid Quba.

Letak Masjid dan kebun kurma berdekatan, hanya memerlukan waktu 10 hingga 15 menit perjalanan dengan bus wisata yang disediakan oleh pihak travel.

Itulah 7 fakta menarik kota Madinah, semoga bermanfaat dan menambah wawasan.

Baca juga : Sejarah Kiswah Ka’bah Lengkap

Butuh Bantuan ?