Mengenal 10 Masjid Waqaf Di Dunia

Mengenal 10 Masjid Waqaf Di DuniaBerapa jumlah dan jenis masjid wakaf di seluruh dunia? Meskipun masjid menjadi pusat bagi umat Muslim, di negara-negara dengan populasi Muslim yang minoritas, masjid seringkali sulit ditemukan. Meski begitu, keberadaannya tetap ada, bahkan dalam beberapa kasus, terdapat juga masjid wakaf. Mari kita mengenal 10 masjid waqaf di dunia secara singkat.

Wakaf masjid dapat menjadi sumber pahala berkelanjutan bahkan setelah si wakif meninggal dunia. Masjid berfungsi sebagai tempat ibadah bagi masyarakat luas, digunakan untuk sholat, mengaji, dan dakwah, sehingga menjadikannya sebagai ladang pahala yang terus mengalir.

10 Masjid Wakaf Di Dunia

  1. Waqaf Masjid Nabawi

Masjid Nabawi, sebuah masjid yang terkenal sebagai wakaf, telah menjadi tempat yang terhormat sejak zaman Rasulullah SAW hingga saat ini. Masjid ini pertama kali didirikan pada tahun pertama setelah Nabi hijrah dari Makkah ke Madinah bersama dengan para sahabatnya pada tahun 622 Masehi. Pada awalnya, luas masjid ini hanya sekitar 1050 meter persegi.

Bersama dengan berjalannya waktu, area masjid diperluas menjadi 305 ribu meter persegi dan kini berfungsi sebagai tempat ibadah bagi umat Muslim dari seluruh penjuru dunia, terutama selama pelaksanaan umrah atau haji. Masjid ini terletak di Al Haram, Madinah, Arab Saudi.

Masjid Nabawi merupakan salah satu masjid yang paling bersejarah di dunia Islam, dan merupakan wakaf yang sangat penting. Di dalamnya terdapat Raudhah, mimbar, serta makam Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, serta pemakaman keluarga dan sahabat Rasulullah yang dikenal sebagai makam Baqi.

  1. Masjid Quba

Seperti halnya masjid Nabawi, masjid Quba juga memiliki sejarah yang panjang. Masjid Quba didirikan oleh Nabi Muhammad SAW dan terletak di Al Hijrah Rd, Al Khatim, Madina, Arab Saudi.

Masjid ini mempunyai arsitektur yang sangat indah, dengan halaman yang lapang. Diresmikan pada tahun satu hijriah dan merupakan tempat di mana Nabi beserta para sahabatnya pertama kali melaksanakan sholat jamaah. Di sekitar masjid terdapat banyak toko suvenir dan pedagang kurma.

Masjid Quba termasuk dalam tiga masjid yang disebutkan dalam Alquran. Masjid istimewa ini memiliki luas 13.500 meter persegi, dilengkapi dengan empat menara dan 56 kubah, serta dapat menampung hingga 20 ribu orang.

Baca juga : 10 Wisata Religi Yang Bisa Dikunjungi Saat Umrah

  1. Masjid Aisyah Al Rajhi

Masjid Aisyah Al-Rajhi adalah sebuah masjid wakaf di Makkah yang didirikan oleh Syekh Sulaiman Al-Rajhi, seorang miliarder bank, sebagai wakaf untuk ibunya yang bernama Aisyah Al-Rajhi. Masjid ini merupakan salah satu masjid terbesar setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Madinah.

Masjid ini terletak di An Naseem, Makkah, Arab Saudi. Bangunan masjid ini memancarkan kesan megah dengan dominasi warna putih gading yang mencolok. Di dalamnya, terdapat lentera gantung yang besar dan indah, terbuat dari kuningan yang bersinar, serta lampu berwarna putih yang menambah kecantikan masjid ini.

Masjid bergaya kontemporer ini memiliki lantai berlapis marmer putih dan hitam, serta dilengkapi dengan fasilitas untuk pendidikan Alquran, perpustakaan, ruang kuliah dan seminar, serta kantor karyawan wakaf. Kapasitasnya dapat menampung hingga 47 ribu orang.

  1. Masjid Al Azhar Kairo

Kairo dikenal sebagai pusat pendidikan Islam, dan di ibukota Mesir ini juga berdiri Masjid Al-Azhar, yang merupakan masjid tertua di Kairo. Terletak di El-Darb El-Ahmar, Cairo Governorate, Mesir, masjid ini didirikan antara tahun 970-972 Masehi oleh Dinasti Fatimiyah.

Masjid ini memiliki luas yaitu 12 ribu meter persegi dan dilengkapi dengan 4 menara. Arsitekturnya mencerminkan ciri-ciri berbagai dinasti, dengan sentuhan khas Mesir. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Internasional Ilmu Konservasi tahun 2020, sebagian besar bahan konstruksi masjid ini terbuat dari batu karbonat, memberikan tampilan yang mirip dengan susunan balok batu seperti batu gamping.

Masjid Al-Azhar telah menjadi bagian yang terkenal dari pusat pendidikan Islam di Kairo. Wakaf masjid ini bertujuan untuk pengelolaan dan pemeliharaan, tidak hanya terbatas pada fungsi masjid, melainkan juga untuk mendukung pendidikan dan pembangunan rumah sakit.

  1. Masjid Wakaf Syekh Ajlin Palestina

Mengenal 10 Masjid Waqaf Di Dunia-Masjid Syekh Ajlin di Palestina berada di pesisir barat kota Gaza. Masjid ini sebelumnya mengalami kerusakan akibat agresi militer Israel di Gaza. Sebenarnya, selain masjid ini, banyak tempat ibadah lainnya juga mengalami kerusakan sehingga banyak orang kehilangan tempat ibadah.

  1. Masjid Sultan Singapura

Masjid Sultan diklaim sebagai salah satu masjid terbesar dan paling megah di Singapura. Awalnya, masjid ini didirikan pada tahun 1824 dan kemudian mengalami renovasi oleh Swan dan Maciaren pada tahun 1920. Masjid Sultan terletak di alamat 3 Muscat St, Singapura.

Wakaf diperuntukkan bagi program peningkatan masjid pada tahun 2016, yang mengeluarkan biaya konstruksi sekitar 3,65 juta dolar. Bangunan luarannya menampilkan dominasi warna putih yang ikonik dengan kubah emas, mengusung gaya arsitektur campuran Turki, Persia, Moor, dan klasik. Kapasitas masjid ini dapat menampung hingga 2000 orang.

  1. Masjid Waqaf Sri Sendayan Negeri Sembilan Malaysia

Pada tahun 2019, Masjid Sri Sendayan diresmikan dan diwakafkan oleh Tan Sri Abdul Rashid Hussain, salah seorang pendiri bank RHB. Masjid ini terletak di Persiaran Idaman Villa, Bandar Sri Sendayan, Siliau, Negeri Sembilan, Malaysia.

Masjid Sri Sendayan memukau dengan arsitektur yang menggabungkan gaya Mesir, Turki, Dubai, China, dan Maghribi. Bangunan ini memancarkan keindahan dengan fasadnya yang berwarna putih bersih dan halaman rumput yang luas. Proyek pembangunan masjid ini menghabiskan lebih dari 100 juta ringgit Malaysia.

  1. Masjid Waqaf Kobe

Masjid Kobe, didirikan pada tahun 1928 dan diresmikan pada tahun 1935, adalah masjid pertama dan tertua di Jepang. Terletak di 2 Chome-25-14 Nakayamatedori, Chuo Ward, Kobe, Hyogo, Jepang, dan dapat dicapai dalam waktu 12 menit dari stasiun Sannomiya.

Masjid dengan gaya arsitektur Turki ini menjadi saksi bisu dalam dua kejadian besar di Jepang, yakni gempa bumi dengan magnitudo 7,3 pada tahun 1955 dan pengeboman selama perang Dunia II pada tahun 1945. Meskipun kedua peristiwa tersebut tidak berhasil meruntuhkan masjid Kobe, bangunan tersebut tetap utuh dengan kerusakan kecil.

Masjid Kobe adalah masjid yang didirikan sebagai wakaf oleh umat Muslim dari Turki, Tatar, dan India melalui Islamic Committee of Kobe. Terletak di daerah padat penduduk, banyak penduduk di sekitarnya beragama Islam, sehingga tersedia banyak pilihan kuliner halal.

  1. Waqaf Masjid Jawa Di Bangkok Thailand

Masjid ini diberi nama Masjid Jawa karena Haji Muhammad Saleh, seorang perantau asal Jawa, mendirikannya pada tahun 1906 Masehi. Desain arsitektur bangunan ini juga mencerminkan ciri khas bangunan Jawa dengan atap limas berundak tiga, yang mirip dengan Masjid Agung Kauman di Yogyakarta.

Masjid Jawa ini terletak di Jalan Soi Cjarooen Rat 1 Yaek 9, di wilayah Sathorn, Bangkok, Thailand. Wilayah ini adalah tempat tinggal bagi komunitas Melayu yang memiliki banyak keturunan dari suku Jawa yang merantau ke sana.

  1. Masjid Wakaf Agung Al Falah Indonesia

Masjid ikonik ini didirikan pada tahun 1971 di atas tanah yang disumbangkan oleh Sultan Thah Saifudin. Tempatnya terletak di Jalan Sultan Thaha, Legok, Telanaipura, Kota Jambi. Mesjid ini sering disebut sebagai Masjid Seribu Tiang, meskipun sebenarnya hanya memiliki 232 tiang.

Masjid wakaf ini memiliki luas sekitar 6400 meter persegi, dengan kubah besar, dan tiang penyangga di bagian luar yang berwarna putih. Di tengah masjid, terdapat tiang besar yang dihiasi dengan ukiran coklat keemasan, memberikan kesan klasik pada bangunan tersebut.

Keindahan masjid semakin menonjol pada malam hari, dengan lampu-lampu kecil yang menyala di atapnya, yang menjadikan masjid ini semakin mempesona. Selain itu, bangunan utama masjid dirancang tanpa pintu dan jendela, menciptakan kesan terbuka yang menawan.

Setiap masjid di seluruh dunia memiliki daya tariknya sendiri. Terlepas dari itu, fungsi utama masjid adalah sebagai tempat ibadah. Wakaf adalah salah satu bentuk amal kebajikan yang pahalanya tidak pernah terputus. Kini, kita telah mengenal 10 masjid waqaf di dunia, semoga menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Baca juga : Mengenal 10 Sahabat Nabi Muhammad SAW

9 Keunikan Masjid Al Jabbar Bandung

9 Keunikan Masjid Al Jabbar BandungPada bulan Desember 2022, Masjid Al Jabbar, sebuah masjid baru, diresmikan di Jawa Barat. Terletak di Gedebage Kota Bandung, Jawa Barat, Masjid Al Jabbar menjadi salah satu landmark baru di daerah tersebut. Inilah 9 keunikan Masjid Al Jabbar Bandung.

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, baru saja meresmikan Masjid Al Jabbar, yang juga dikenal sebagai ‘Masjid Terapung’. Masjid ini akan menjadi ikon baru bagi Jawa Barat. Sebuah Masjid yang bernama Al Jabbar telah didirikan di atas lahan seluas sekitar 25 hektar, dengan kapasitas dapat menampung sekitar 30.000 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 10.000 orang di dalam masjid (area indoor) dan 20.000 orang di area plaza.

Ketika dilihat dari jauh, Masjid Al Jabbar Bandung terlihat seperti terapung di atas air. Namun, saat melihat dengan lebih dekat, ternyata masjid ini sebenarnya tidak terapung. Masjid ini terletak tepat di tengah-tengah danau, menciptakan ilusi seolah-olah mengapung di atas air. Oleh karena itu, Masjid Al Jabbar sering disebut juga sebagai Masjid Terapung Gedebage.

Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menarik minat masyarakat dengan keindahannya, kemegahannya, serta berbagai fasilitas yang disediakan di dalamnya. Pembangunan Masjid Raya Al Jabbar sempat berhenti selama 1,5 tahun karena dampak Covid-19. Setelah Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meresmikan masjid yang unik ini pada Jumat, 30 Desember 2022 yang lalu, saat ini warga Indonesia diperbolehkan mengunjunginya.

Masjid Raya Al Jabbar, yang dimiliki oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat, merupakan hasil desain Kang Emil, julukan akrab untuk Ridwan Kamil, ketika beliau menjabat sebagai Wali Kota Bandung. Keberadaan masjid ini menarik minat masyarakat bukan hanya karena keindahannya dan kemegahannya, tetapi juga karena fungsionalitas dan fasilitas yang tersedia di dalamnya.

Masjid yang dirancang oleh Ridwan Kamil ini memberikan kesan sejuk dengan keberadaan tumbuhan hijau di sekitarnya. Selain itu, keindahan atap masjid yang mempesona turut melengkapi suasana. Tidak mengherankan, masjid ini berhasil menarik perhatian masyarakat.

Menurut Iwan Suwanagiri, Sekretaris Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Jabar, Masjid Al Jabbar dilengkapi dengan berbagai fasilitas termasuk plaza, ruang shalat mezzanine, dan ruang shalat utama.

Baca juga : 3 Alasan Pesawat Dilarang Melintas Di Atas Kabah

“Pada Selasa (20/12/2022), dia mengungkapkan bahwa kapasitas total di selasar sendiri dapat mencapai 3.627 orang, sementara di plaza dapat mencapai 16.363 orang. Jika dikombinasikan dengan tempat salat utama dan mezanine, kapasitasnya dapat mencapai 33.000 orang.”

Proyek pembangunan Masjid Al Jabbar memiliki biaya melebihi Rp 1 triliun. Pembangunan tersebut terbagi menjadi empat tahap, yaitu tahap I dari 2017-2018, tahap II pada tahun 2019, tahap III pada tahun 2020, dan sisa pembangunan dilakukan pada tahap IV.

Danau Gedebage, dengan kedalaman 3 meter, tidak hanya digunakan sebagai pondasi untuk membangun masjid, tetapi juga dirancang untuk memenuhi kebutuhan air baku Kota Bandung sebesar 15 meter kubik per detik. Fungsinya meliputi sebagai penampung air hujan, sumber cadangan air baku, dan berperan dalam aspek sosial.

Berikut 9 keunikan masjid Al Jabbar Bandung yang perlu kiamu ketahui :

  1. Bukan hanya berperan sebagai tempat ibadah

Menurut laporan dari situs web Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Masjid Al Jabbar memiliki peran yang lebih dari sekadar tempat ibadah. Masjid ini juga berfungsi sebagai pusat pendidikan, tujuan wisata, dan pusat kegiatan sosial. Fasilitas yang tersedia di dalam bangunan Masjid Al Jabbar mencakup ruang sholat, area manasik haji, akomodasi penginapan, perpustakaan, ruang pertemuan, dan berbagai museum.

Oleh karena itu, diharapkan agar setiap pengunjung yang datang juga pulang dengan ilmu yang mereka dapatkan. Tujuan ini sejalan dengan peran masjid pada masa Rasulullah SAW, yang digunakan sebagai pusat peradaban, tempat pendidikan, pengembangan umat, pemberdayaan ekonomi, serta penyusunan strategi perang.

  1. Filosofi Asmaul Husna diusung oleh arsitekturnya

Filosofi dari salah satu Asmaul Husna, yaitu Al Jabbar yang berarti Maha Perkasa, tercermin dalam nama masjid ini. Masjid ini dibangun di atas tanah seluas 99 x 99 meter dengan empat menara, salah satunya memiliki ketinggian tertinggi yaitu 99 meter.

  1. Desain ramah bagi penyandang disabilitas dan lansia

Konsep dari Masjid Al-Jabbar sungguh mengesankan dan istimewa. Setiap detail pembangunannya dipertimbangkan dengan sangat teliti. Gubernur Jawa Barat mengungkapkan kekagumannya setelah melihat hasil akhir dari pembangunan Masjid Al-Jabbar. Menurutnya, hasil tersebut melampaui harapan dan lebih menakjubkan daripada sketsa yang ia buat. Masjid Al-Jabbar juga dilengkapi dengan akses ramp dan dua lift yang memadai. Selain itu, tersedia pula fasilitas tempat wudhu dan toilet yang khusus untuk difabel.

  1. Desainnya bersumber dari Rumus Matematika

umus matematika yang identik dengan rumus aljabar menjadi konsep dasar dalam perancangan bangunan masjid ini. Ornamen rumit yang terdapat di area masjid menunjukkan kesesuaian dengan konsep tersebut, sementara Ridwan Kamil menjelaskan bahwa nama masjid ini terhubung dengan filosofi desain yang bertujuan menghidupkan kembali masa kejayaan Islam dalam ilmu pengetahuan.

Pria yang sering dipanggil Kang Emil mengungkapkan bahwa Aljabar ini disebut Al Jabar Jawa Barat karena matematika rumusnya berasal dari sebuah rumus matematika. Matematika menjadi representasi angka, sedangkan arsitektur rumus menjadi tiga dimensi. Ungkapan tersebut diucapkan di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, pada hari Jumat, tanggal 7 Desember 2018.

Ridwan Kamil menerjemahkan konsep ini menjadi desain kubah tiga dimensi. Desain tersebut merupakan kumpulan perulangan-perulangan ukuran besar, sedang, dan kecil yang sebenarnya didasarkan pada rumus matematika. Hal ini mengingat kejayaan Islam pada masa lalu dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama matematika. Oleh karena itu, semangat ini dihidupkan kembali di Jabar.

  1. Jumlah pintu melambangkan banyaknya kota/kabupaten Bandung

Masjid Al Jabbar direncanakan dengan 27 pintu yang mewakili 27 kabupaten/kota di Jawa Barat. Setiap pintu dihiasi dengan ukiran batik yang berbeda, mencerminkan keunikan budaya setiap daerah. Hal ini tidak hanya memperkenalkan kebudayaan Jawa Barat, tetapi juga menunjukkan ikatan persatuan yang kokoh antara kabupaten di Provinsi tersebut.

  1. Tanpa tiang

Affy Primadhian, Manajer Produksi Proyek Pembangunan Masjid Al Jabbar, mengatakan bahwa salah satu fitur unik dari desain Masjid Al Jabbar adalah absennya tiang tengah. Dia menyatakan bahwa itu merupakan tantangan bagi timnya untuk menyelesaikan proyek ini sesuai dengan harapan desain.

  1. Tanpa kubah

Masjid yang berada di kelurahan Cimenerang, kecamatan Gedebage kota Bandung ini tidak hanya tidak memiliki tiang tengah, tetapi juga tidak memiliki kubah. Sebagai penggantinya, masjid ini memiliki atap tumpukan berbentuk kerucut yang dihiasi dengan ornamen dan kaca berwarna-warni.

  1. Dijuluki Masjid terapung

Salah satu hal menarik tentang Masjid Al Jabbar adalah bahwa tampaknya terapung di atas air. Keberadaan masjid ini berada di sekitar danau, sehingga ketika dilihat dari kejauhan, terlihat seperti sedang terapung. Didesain khusus, danau buatan di sekitarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air warga Bandung dengan kapasitas sekitar 15 meter kubik per detik. Danau Gedebage berfungsi sebagai penampung air hujan, cadangan air baku, serta memiliki peran sosial dengan kedalaman tiga meter.

  1. Masjid tersulit dan terkompleks

Emil, sebagai arsitek Masjid Al Jabbar, mengakui bahwa dia sangat terkesan dengan hasilnya yang melebihi imajinasinya. Dia mengatakan bahwa perbedaan antara apa yang ia sketsa dengan apa yang sebenarnya dibangun sungguh luar biasa. Itulah sebabnya saya merasakan perasaan kagum saat memasukinya.”

Kang Emil mengatakan bahwa Masjid Al Jabbar adalah masjid yang paling sulit dan kompleks yang pernah ia rancang. Dia menyebutnya sebagai masjid yang paling kompleks, sulit, dan terbesar yang Allah takdirkan hadir saat dia menjadi pemimpin di Jabar.

Pada tahun 2016, ketika dirinya masih menjabat sebagai Wali Kota Bandung, ide untuk membangun Masjid Al Jabbar bermula. Dia mengusulkan kepada Gubernur saat itu, Ahmad Heryawan, supaya Jawa Barat memiliki sebuah masjid raya yang menjadi kepemilikan khususnya.

Masjid Raya Al Jabbar mengingatkan kita bahwa masjid bukan hanya tempat ibadah semata, melainkan juga sebagai tempat di mana kita dapat memperkuat keimanan, berdiskusi, bahkan terlibat dalam kegiatan sosial. Sebenarnya, masjid memiliki peran yang sangat penting baik dalam ibadah maupun dalam hubungan sosial yang dapat memberikan manfaat bagi banyak orang.

Itulah 9 keunikan Masjid Al Jabbar Bandung yang menarik untuk dikunjungi, tidak hanya bagi masyarakat Jawa Barat tetapi seluruh masyarakat Indonesia.

Baca juga : 7 Fakta Menarik Masjid Al Aqsa

7 Fakta Menarik Masjid Al Aqsa

7 fakta menarik masjid al aqsaTidak ada yang tidak mengetahui Masjid Al-Aqsa. Masjid tersebut terkenal di seluruh dunia karena memiliki kubah berwarna emas yang khas. Sebagai salah satu tempat suci bagi umat Islam, terdapat 7 fakta menarik Masjid Al Aqsa yang dirangkum oleh kabiantour.com.

Terletak di Yerusalem, Masjid Al-Aqsa menjadi saksi peristiwa sejarah yang sering terjadi di wilayah ini. Selain itu, terdapat banyak fakta menarik yang dapat dipelajari tentang Masjid Al-Aqsa.

Situs suci bagi umat Islam, Masjid Al Aqsa, telah menjadi tempat konflik antara Palestina dan Israel selama waktu yang lama. Pada malam 27 Ramadhan 1442 Hijriyah, saat umat Muslim sedang melaksanakan ibadah tarawih, rakyat Palestina diserang oleh Israel.

Dalam agama Islam, Nabi Muhammad menganjurkan setiap umat Muslim untuk melakukan perjalanan ziarah ke tiga tempat suci, yaitu Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsa.

Kompleks seluas 35 hektar yang disebut al-Haram al-Sharif adalah tempat suci bagi umat Muslim dan dikenal juga sebagai Temple Mount oleh orang Yahudi; di tempat ini terletak Masjidil Aqsa. Berikut ini 7 fakta menarik Masjid Al Aqsa :

  1. Situs tersuci ketiga

Masjid Al-Aqsa terletak di Kota Tua Yerusalem, yang dianggap sebagai situs suci ketiga dalam agama Islam setelah Ka’bah di Mekah dan Masjid Nabi di Madinah. Bagi umat Islam, masjid ini dianggap sebagai tempat ibadah yang suci ketiga di dunia setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Meskipun Kota Tua berada di bawah kendali Israel, masjid ini tetap berada di bawah administrasi Wakaf Islam yang dipimpin oleh Yordania/Palestina.

Baca juga : Pentingnya Menjaga Ukhuwah Islamiyah

  1. Lokasi Masjid Al Aqsa

Masih ada banyak kebingungan di antara Masjid Al-Aqsha dan Temple Mount. Keduanya merupakan entitas yang berbeda. Masjid Al-Aqsha adalah sebuah bangunan yang terletak di Temple Mount, sebuah bukit di Kota Tua Yerusalem. Saat ini, umat Muslim menyebut bukit ini sebagai “Haram al-Sharif”. Di sisi lain, Temple Mount telah menjadi situs suci bagi agama Yahudi, Kristen, dan Islam selama ribuan tahun.

  1. Dibangun pada abad ke-7

Umar, khalifah kedua dalam Kekhalifahan Rashidin, membangun masjid orisinal di Temple Mount pada awal abad ke-7, beberapa tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Selama berabad-abad, berbagai pihak telah melakukan renovasi dan perluasan masjid tersebut, termasuk Ayyubiyah, Mamluk, Ottoman, Dewan Muslim Tertinggi, dan Yordania.

  1. Isra’ Mikraj

Al-Aqsa dikenal sebagai tempat yang paling jauh dan suci. Pengakuan ini berhubungan dengan perjalanan Isra’ Mikraj Nabi Muhammad pada saat itu. Sebelum umat Islam menghadap ke Mekah sebagai kiblat, Al-Aqsa adalah arah yang dijadikan kiblat oleh umat Islam.

  1. Dome of The Rock

Di Temple Mount, terdapat tidak hanya Masjid al-Aqsa, melainkan juga Dome of the Rock yang merupakan bangunan abad ke-7 yang dipercaya sebagai tempat Nabi Muhammad melakukan perjalanan ke surga. Selain itu, kompleks Al-Aqsa juga menjadi tempat Gerbang Temple Mount.

  1. Arsitektur Masjid

Dome of the Rock mencerminkan gaya arsitektur Bizantium klasik, sedangkan Masjid Al-Aqsa menunjukkan ciri khas dari arsitektur awal Islam. Kubah dari beton yang dilapisi dengan timah terletak di depan mihrab, sementara interior kubah dicat dengan dekorasi yang berasal dari abad ke-14. Pada tahun 1065 M, pekerja membangun fasad masjid ini atas perintah khalifah Fatimiyah al-Mustansir Billah. Fasad masjid ini memiliki empat belas lengkungan batu, dan di dalamnya terdapat 121 jendela kaca patri, 33 kolom dari marmer putih, dan 12 kolom dari batu.

  1. Pemakaman Muslim

Kompleks Masjid Al-Aqsha memuat berbagai makam bangsawan muslim, salah satunya adalah makam Nabi Sulaiman. Makam Nabi Sulaiman terletak di dalam kompleks tersebut, dan kabarnya merupakan tempat beliau wafat sambil bersandar pada tongkatnya.

Sejarah Berdirinya Masjid Al Aqsa

Menurut sejarah Islam, Masjid al-Aqsa pertama kali dibangun oleh Nabi Ibrahim AS. Setelah beliau meninggal, putranya Nabi Ishaq, cucunya Nabi Yaqub AS, dan bahkan cicitnya, yaitu Nabi Yusuf AS, tetap menjaga eksistensi masjid ini.

Selama periode keberadaannya sejak zaman kenabian, Masjid al-Aqsa telah mengalami renovasi yang signifikan pada masa pemerintahan Khalifah Umayyah Abd al-Malik dan putranya, Al-Walid I. Periode renovasi ini berlangsung antara tahun 685 M hingga 715 M.

Setelah terjadi gempa bumi di Yerusalem pada tahun 746 M, struktur pembangunan al-Aqsa mengalami perubahan signifikan. Pada tahun 780 M, Khalifah Abbasiyah al-Mahdi berhasil mengembalikan kejayaan masjid tersebut. Namun, gempa bumi lainnya pada tahun 1033 menyebabkan kerusakan serius yang memerlukan pembangunan ulang al-Aqsa.

Pada masa Perang Salib, tentara salib Kristen menduduki al-Aqsa sejak tahun 1099. Namun, setelah Yerusalem direbut kembali oleh pasukan di bawah Saladin dari dinasti Ayyubiyah pada tahun 1187, kendali atas masjid tersebut pun hilang dari tangan tentara salib.

Yerusalem berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Ottoman pada tahun 1517, dan Masjid al-Aqsa juga berada dalam penguasaannya. Setelah berabad-abad berlalu, gempa bumi mengguncang kota tersebut pada tahun 1837 dan segera diperbaiki.

Pada tahun 1922, Mesjid al-Aqsa menjalani renovasi besar-besaran guna memperbaiki kondisi yang memburuk serta mengembalikan keindahan interior dan kaca di dalamnya. Mesjid tersebut telah terhindar dari gempa yang hebat sejak saat itu.

Demikianlah 7 fakta menarik Masjid Al Aqsa, yang merupakan situs tertua di dunia yang dijaga sampai sekarang.

Baca juga : Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh Dalam Islam

Masjid Al Jum’ah Di Madinah

 

 

Masjid Al Jumah Di Madinah

Masjid Al Jum’ah di Madinah merupakan salah satu dari sekian banyak di kota ini yang mempunyai nilai sejarah. Masjid ini merupakan salah satu dari saksi hijrahnya Rasulullah SAW dari kota Mekkah ke kota Madinah.

Bagi jamaah yang pergi haji ataupun umrah biasanya dibawa oleh pihak Travel untuk City Tour mengunjungi ke Masjid Al Jum’ah di Madinah. Jika tak ada jadwal mengunjungi masjid ini, jamaah haji atau umrah masih tetap bisa memandang masjid ini dikarenakan rute ke masjid ini akan dilewati ketika akan ke Masjid Quba, dari Masjid Nabawi. Biasanya akan dijelaskan secara singkat oleh muthawif tentang masjid Al Jum’ah.

Lokasi Masjid Al Jum’ah ada di tengah-tengah kebun kurma Bani Salim bin ‘Auf di lembah Ranauna. Dari Masjid Quba jaraknya sekitar 900 m sedangkan dari Masjid Nabawi jaraknya sekitar 6 km. Jika dari kota Madinah jaraknya sekitar 2,5 km.

Sejarah Masjid Al Jum’ah

Seperti diriwayatkan dalam perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW dengan sahabatnya, di waktu Senin 12 Rabiul Awal 1 H, Rasulullah SAW beserta para muhajirin sampai dan mampir di Quba semasa 4 hari.

Kemudian di hari Jum’at Rasulullah SAW dan para sahabatnya meneruskan perjalanannya ke kota Madinah. Saat tiba di daerah Ranauna, beliau menghentikan perjalanannya untuk melaksanakan shalat Jum’at di tengah daerah tersebut.

Inilah merupakan shalat Juma’t yang pertama dilakukan oleh Rasulullah SAW sesudah meningalkan Mekkah, dan merupakan shalat Jum’at yang pertama kalinya dilakukan secara terbuka. Ini berbeda saat Nabi Muhammad SAW masih bermukim di Mekkah yang mendapat tekanan dari kafir Quraisy karena ketika itu Rasulullah dan umat Islam menunaikan ibadah shalat Jum’at dengan cara sembunyi.

Baca juga : Sejarah Makam Baqi

Kemudian di tempat ini dibangun masjid yang diberi nama Masjid Al Jumu’ah. Hingga saat ini kegiatan di dalam masjid tersebut masih berlanjut dan saat ini bangunan masjid ini semakin bagus.

Namun sayangnya tidak ada data yang dapat diketahui siapakah yang pertama kalinya membuat masjid ini. Untuk pembangunan pertamanya dibuat dari batu dengan bentuk yang cukup sederhana dan telah mengalami beberapa kali renovasi.

Dalam sejarahnya masjid ini mengalami proses renovasi sebagai berikut :

  • Renovasi kedua dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz
  • Renovasi selanjutnya terjadi antara tahun 155 – 159 Hijriyah pada masa khalifah Abbasiyah
  • Masjid ini direnovasi kembali pada tahun 9 H oleh Syamsudin Qawan di masa khalifah Utsmaniyah dibawah pimpinan Sultan Bayazid
  • Kemudian direnovasi kembali oleh Sayyid Hasan Asy Syarbatli pada tahun 14 Hijriyah
  • Masjid ini kembali mengalami renovasi atas perintah Pelayan Dua Raja Fahd bin Abdul Aziz pada tahun 1409 Hijriyah oleh Kementrian Wakaf Arab Saudi dengan memusnahkan bangunan yang lama. Masjid ini sebelum direnovasi mempunyai panjang 8 m dan lebar 4,5 m dengan tinggi 5,5 m serta memiliki 1 kubah yang dibuat dari bata merah. Juga di bagian timur masjid ada area halaman dengan panjang 8 m, dan lebar 6 m.
  • Pada tahun 1412 Hijriyah, selanjutnya masjid ini terbuka untuk umum

Sesudah mengalami beberapa renovasi Masjid Al Jum’ah semakin besar dan mempesona. Daya tampung masjid ini mencapai 650 jamaah. Masjid ini mempunyai satu kubah utama dan empat kubah kecil. Dan sebagai penambah daya pikat, masjid ini mempunyai satu menara yang tinggi.

Adapun fasilitas di dalam masjid ini terbilang cukup lengkap. Ada tempat tinggal yang diperuntukkan bagi Imam, Muadzin, Madrasah tahfidz Qur’an, perpustakaan, kamar mandi dan tempat shalat bagi perempuan.

Demikianlah sejarah singkat tentang Masjid Al Jum’ah di Madinah semoga menjadi wawasan bagi kita semua.

Baca juga : Apakah Umroh Wajib Vaksin Meningitis?

Masjid Bir Ali Di Madinah Al Munawwarah

Masjid Bir Ali Di Madinah Al Munawwarah

Masjid Bir Ali di Madinah Al Munawwarah yaitu tempat mengambil miqat saat umrah maupun haji. Di masjid ini Rasulullah SAW mengambil miqat.

Seluruh jamaah umrah maupun haji yang datang dari Madinah ke Mekkah mesti singgah di Bir Ali menjelang niat umrah atau haji. Jika ada jamaah yang melintasi masjid Bir Ali maka mereka diwajibkan balik lagi untuk miqat di Masjid Bir Ali ini. Dan jika mereka meneruskan hingga ke Mekkah maka mereka diwajibkan membayar dam atau denda.

Masjid Bir Ali berlokasi di sebelah barat Lembah Aqiq, di kawasan Abyar Ali, dari Masjid Nabawi berjarak 14 km atau dari sebelah selatan Madinah berjarak 8 kilometer. Di area masjid ini adalah lingkungan yang dikelilingi oleh pohon kurma.

Nama Lain Bir Ali

Masjid Bir Ali mempunyai nama lain yaitu Masjid Dzul Hulaifah, Masjid Asy Syajarah dan Masjid Miqat.

  • Bir ali adalah nama yang paling populer dikalangan jamaah Indonesia. Dikatakan Bir Ali kerena di lokasi ini ketika menjadi khalifah, Ali bin Abi Thalib menggali sumur yang banyak guna memberikan asupan air untuk pohon kurma yang ada di kawasan tersebut. Maka penamaan Bir disini adalah jamak untuk sumur dan nama Ali sendiri adalah sayyidina Ali bin Abi Thalib

Saat ini bekas sumur tersebut sudah tidak terlihat lagi karena telah tertimbun oleh bangunan yang ada di sekeliling masjid.

  • Diberikan nama Masjid Asy Syajarah sebab masjid ini dibuat dilokasi dimana Rasulullah pernah beristirahat di bawah pohon. Asy Syajarah memiliki arti pohon.

Dalam sebuah buku sejarah Islam disebutkan bahwa Nabi Muhamamd SAW sering duduk di bawah pohon ini saat beliau melakukan kunjungan ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah umrah dan haji. Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah SAW shalat dekat dengan tiang di tengah masjid ini.

  • Separuh orang mengatakan masjid ini dengan Masjid Dzul Hulaifah, disebabkan masjid ini berlokasi di wilayah Dzul Hulaifah
  • Diberikan nama Masjid Miqat sebab di tempat ini adalah tempat mengambil miqat bagi jamaah yang datang dari Madinah ke kota Mekkah

Baca juga : Pengertian Sa’i Dalam Umrah Dan Haji

Sejarah Masjid Bir Ali Madinah

Umar bin Abdul Aziz pertama kali membangun masjid ini saat menjabat gubernur kota Madinah pada kurun waktu 87 hingga 93 Hijriyah. Kemudian mengalami renovasi pada pemerintah Abbasiyah oleh Zaini Zainuddin Al Istidar di tahun 1456 Masehi atau 861 Hijriyah.

Kemudian mengalami renovasi kembali pada pemerintahan Sultan Mehmet IV di zaman Dinasti Utsmaniah, yang didukung oleh seorang muslim dari India pada tahun 1679 Masehi atau 1090 Hijriyah.

Ketika itu masjid ini hanya terbuat dari batu dan masih sangat kecil dan belum ada jamaah umrah atau haji yang mampir ke masjid ini. Lantas Raja Fahd bin Abdul Aziz menginstruksikan supaya memperluas dan merenovasi Masjid Bir Ali ini.

Setelah mengalami perluasan dan renovasi supaya dapat menampung banyak jamaah maka saat ini masjid tersebut terlihat cantik dan menjadikan tempat singgah yang amat nyaman juga bisa dinikmati bagi siapa saja jamaah yang mampir ke tempat ini.

Masjid ini dibuat dengan luas enam ribu meter persegi dan berbentuk persegi. Masjid Bir Ali mampu menampung hingga lima ribu jamaah shalat. Terdapat kubah yang memiliki tinggi 16 meter dan mempunyai satu menara untuk mengumandangkan adzan dengan tinggi 62 meter yang berbentuk tangga spiral.

Fasilitas yang ada di masjid ini terbilang cukup lengkap seperti toilet, kamar mandi dan tempat wudhu. Disediakan 512 toilet, dan kamar mandi yang berjumlah 566. Khusus untuk penyandang difable juga disediakan kamar mandi dan toilet yang dirancang khusus.

Di sekitar masjid juga tersedia toko-toko yang menjual semua kebutuhan untuk perjalanan ke Mekkah. Ada petugas kebersihan masjid untuk memberikan kenyamanan bagi jamaah. Semua elemen di masjid ini mulai dari karpet, daun pintu sampai kamar mandi dan toilet diberikan wewangian dan keharuman.

Demikian sejarah Masjid Bir Ali Di Madinah Al Munawwarah.

Baca juga : Masjid Qisas Lokasi Hukum Pancung

Masjid Qisas Lokasi Hukum Pancung

masjid Qisas lokasi hukum pancung

Berbeda dengan masjid-masjid yang ada di Mekkah ataupun Madinah, masjid di kota Jeddah tidak banyak yang memiliki nilai sejarah. Ada satu masjid yang cukup dikenal karena ditempat inilah Masjid Qisas lokasi hukum pancung dilakasanakan.

Nama lain dari masjid ini adalah Masjid Syeikh Ibrahim Al Juffali. Masjid ini berlokasi di area Balad kota Jeddah, letaknya ada di jalan Madinah AL Munawwarah, lebih tepatnya berada di seberang kantor Sekretariat Departemen Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi.

Sesuai namanya, Masjid Qisas ini dibangun pada tahun 1986 oleh Syekh Ibrahim Al Juffali, yaitu seorang pedagang kaya raya dari Arab saudi. Abdul Wahid al Wakil berkebangsaan Mesir ditunjuk sebagai arsitek merancang pembangunan masjid tersebut. Beliau dikenal dalam arsitektur Islam sebagai otoritas kontemporer terkemuka. Sudah banyak masjid yang di arsitekinya, sudah sekitar 15 masjid. Disamping memiliki gaya trasisional beliau juga merupakan perwakilan dari arsitek klasik baru.

Jika melihat bentuk masjid Qisas ini terlihat memiliki gaya bangunan yang unik. Sebanyak 26 kubah kecil menghiasi masjid ini dan di sisi bagian sudut timur masjid terdapat menara yang cukup tinggi. Sementara di bagian selatannya ada teras yang begitu luas. Setiap sore tiba biasanya area ini dipakai oleh anak-anak setempat untuk bermain bola hingga maghrib tiba.

Bagian depan masjid ini ditanami rumput namun sayang kurang terawat. Sementara bagian baratnya terdapat danau buatan, dimana airnya berhilir ke Laut Merah.

Baca juga : Apa Itu Tawaf dan Macamnya

Selain bagian luarnya yang unik, dibagian dalam masjid ini cukup menarik. Ada lampu gantung yang menghiasi dari setiap dalam kubahnya. Di samping itu juga terdapat kaligrafi indah yang cukup artistik menghiasi disetiap kanan kiri dindingnya dan juga di ruang imam. Di samping ruang imam terdapat mimbar kayu yang memiliki ukiran khas Timur Tengah. Juga dilengkapi dengan karpet empuk dua warna untuk jamaah supaya lebih nyaman beribadah.

Masjid Qisas tidak terkesan menyeramkan jika melihat desain bangunannya, sebagaimana masjid-masjid pada umumnya. Tetapi pada faktanya memang di kawasan masjid ini dipergunakan untuk malaksanakan hukuman pancung untuk narapidana yang ditetapkan hukuman qisas.

Di dalam Islam, arti qisas adalah pembalasan, artinya memberi hukuman yang setimpal. Contoh dalam perkara pembunuhan maka dalam hukum qisas bagi keluarga korban diberikan hak untuk diberikan hukuman mati bagi orang yang terpidana tersebut.

Di bagian selatan masjid ini ada area untuk parkir kendaraan, di sinilah tempat untuk melakukan eksekusi, beralaskan keramik dengan ukuran lima kali lima meter. Dengan ruangan yang terbuka cuma ditutup oleh atap yang terbuat dari besi dengan 8 tiang penyangga. Di bagian tengah atap ada besi menggantung ke bawah yang dipergunakan untuk mengikat tali. Di sinilah eksekusi dilakukan.

Biasanya dalam pelaksanaan eksekusi pancung dilakukan setelah melaksanakan shalat Jumat. Tetapi sekarang ini peristiwa ini jarang ada. Mungkin dalam waktu 1 bulan pun belum tentu ada yang dieksekusi. Rata-rata dalam 1 tahun hanya 3 kali dilakukan. Karena untuk melaksanakan hukuman ini ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi.

Jika ada yang dieksekusi warga setempat dapat melihat langsung terpidana itu dipenggal sampai mati dengan leher terpisah dari tubuhnya. Namun jangan sekali-kali mengambil foto pelaksanaan hukuman pancung tersebut. Karena jika diketahui oleh petugas intelijen akan dihukum penjara. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan hukuman ini tidak menyebar ke dunia luar.

Itulah kisah Masjid Qisas lokasi hukum pancung di Arab Saudi yang memang di sana melaksanakan hukum berdasarkan ajaran Islam.

Baca juga : Masjid Siti Aisyah Tempat Mengambil Miqat

Masjid Siti Aisyah Tempat Mengambil Miqat

Masjid Siti Aisyah Tempat Mengambil Miqat

Masjid Siti Aisyah tempat mengambil miqat merupakan salah satu masjid yang dipakai para jamaah selain Masjid Ji’ronah dan Masjid Hudaibiyah. Nama lain masjid ini adalah masjid Tan’im. Aisyah adalah istri dari Nabi Muhammad SAW, ia mengambil miqat dari masjid ini.

Masjid Tan’im berlokasi di sisi jalan menuju Madinah, jika dari Masjidil Haram ditempuh 7,5 km. Bagi warga Mekkah dan jamaah yang ingin melaksanakan umrah mengambil miqat dari Masjid Tan’im ini karena jaraknya cukup dekat. Oleh karena ini masjid ini selalu dipenuhi oleh jamaah dari seluruh pelosok negeri.

Masjid Tan’im atau Masjid Siti Aisyah ini terbilang cukup lengkap dalam fasilitas dan prasarananya yang diperuntukkan bagi jamaah yang mau melaksanakan ihram. Disediakan toilet bagi jamaah yang hendak bersuci atau mandi dan juga memakai ihram. Juga disediakan tempat duduk untuk mengambil air wudhu.

Bagi jamaah yang tidak punya kain ihram, banyak toko yang menjual kain ihram yang ada di masjid ini. Dan yang lebih istimewa di masjid ini adalah disediakan air zam-zam. Masjid ini selalu dijaga kebersihannya dan dilengkapi dengan fasilitas pendingin ruangan, serta dilengkapi dengan permadani yang halus. Masjid Tan’im memiliki 2 menara yang tingginya 50 m dan di hiasi dengan rerumputan dan taman.

Baca juga : Mata Air Zam Zam Dan Khasiatnya

Nama Tan’im merupakan nama dari perkampungan. Pemberian nama Masjid Aisyah sendiri diberikan oleh Rasulullah SAW sebagai tempat pelaksanaan miqat haji atau umrah.

Dalam sebuah riwayat hadits disebutkan saat menyelesaikan ibadah haji perpisahan bersama Rasulullah, Siti Aisyah meneruskan ibadah umrah. Kemudian Rasulullah meminta Aisyah untuk memulai ihram dari masjid Tan’im ini pada tahun 9 Hijriyah.

Oleh karena Siti Aisyah mengambil miqat dari Masjid Tan’im ini maka masjid ini disebut juga Masjid Siti Aisyah.

Masjid ini telah beberapa kali mengalami renovasi sejak zaman Rasulullah SAW. Renovasi bangunan dimulai pada masa pemerintah Raja Fahd bin Abdul Azis. Sejumlah 100 juta Riyal digelontorkan untuk membiayai renovasi besar-besaran. Saat ini Masjid Siti Aisyah dapat menampung 15 ribu jamaah.

Masjid Siti Aisyah memiliki luas bangunan utama 6000 meter persegi dan setelah direnovasi mengalami perluasan hingga 84 ribu meter persegi.

Demikian kisah dan peristiwa Masjid Siti Aisyah tempat mengambil miqat Aisyah saat akan mememulai ihramnya.

Baca juga : Masjid Hudaibiyah Di Mekkah Arab Saudi

Masjid Hudaibiyah Di Mekkah Arab Saudi

Masjid Hudaibiyah Di Mekkah Arab Saudi

Masjid Hudaibiyah di Mekkah Arab Saudi merupakan salah satu masjid yang ada di Mekkah yang tidak jauh dari Masjidil Haram, jaraknya sekitar 25 km. Lokasinya berada diantara Mekkah dan Jeddah. Saat ini lebih populer di masyarakat dengan sebutan Al Syumaisyi.

Dalam sebuah buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah, nama Hudaibiyah diambil dari nama seorang pria yang bekerja sebagai penggali sumur di daerah Hudaibiyah ini, dan selanjutnya nama tersebut dinobatkan sebagai nama sebuah sumur dan kawasan Hudaibiyah.

Tidak jauh dari sumur tersebut ada sebuah pohon yang rimbun, yaitu pohon Hadba. Sebelum adanya perjanjian perjanjian Hudaibiyah, di sinilah telah terjadi Baitul Ridwan pada 7 Hijriyah. Perjanjian ini dilakukan dibawah pohon untuk membalas kabar yang digosipkan kematian Usman bin Affan yang akan dimatikan di Mekkah.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW mengumpulkan 1400 orang untuk melaksanakan perjanjian di area Hudaibiyah tersebut. Seperti yang tercantum di dalam Al Qur’an surat Al Fath ayat 18 yang berbunyi : Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon.
Di tahun yang sama di daerah Hudaibiyah ini pula terjadi peristiwa perjanjian damai antara Rasulullah dengan orang kafir Quraisy. Perjanjian ini di tulis oleh Ali bin Abi Thalib dan berlaku selama 10 tahun. Namun selang selama dua tahun setelah perjanjian ini, kaum kafir Quraisy tidak setia dengan perjanjian yang telah dibuat dan disepakati bersama.

Perjanjian Hudaibiyah dan Awal Kisahnya

Peristiwa perjanjian ini terjadi sesudah peperangan antara kaum Muslim dengan kafir Quraisy yang dimulai dengan perang Badar, Uhud sampai dengan perang Khandak. Sebelum ditandatangani perjanjian Hudaibiyah ini hubungan antara Mekkah dan Madinah sedang bersitegang yang mengakibatkan kedua pihak saling siaga.

Awal mula perjanjian Hudaibiyah ini ketika Rasulullah bermimpi beliau dan sahabatnya datang ke kota Mekkah dengan tenang dan damai hingga dapat melaksanakan ibadah umrah. Lalu Rasulullah bercerita tentang mimpi tersebut kepada sahabt-sahabatnya. Dan mereka mendukung Rasulullah untuk melakukan umrah.

Pada tahun 6 Hijriyah di awal bulan Dzulqaidah, Rasulullah yang diikuti dengan 1500 orang sahabat beliau bergerak menuju Mekkah dengan membawa pedang. Juga ada puluhan unta yang akan di qurban kan. Rasulullah SAW berpesan bahwa kedatangannya ke Mekkah adalah untuk menunaikan ibadah umroh, bukan untuk berperang melawan kaum kafir.

Walaupun tujuannya untuk beribadah tetap saja kaum kafir Quraisy menaruh curiga dan mencoba untuk menahan rombongan beliau supaya tidak bisa memasuki kota Mekkah. Dalam perjalanannya ke kota Mekkah Rasulullah memerintahkan rombongan supaya berhenti dahulu dan mendirikan kemah di suatu daerah Hudaibiyah. Utusan dari kaum kafir Quraisy sempat datang beberapa orang yang datang secara bergiliran. Mereka tetap tidak percaya kalau rombongan dari Rasulullah yang datang ke kota tersebut bermaksud untuk umrah.

Baca juga : Perang Khaibar Dam Hikmah Di Dalamnya

Kemudian Rasulullah SAW mengirimkan utusan Utsman bin Affan kepada kaum kafir tersebut bahwa mereka datang dari Madinah hanyalah untuk melaksanakan umrah semata, tidak ada niat lain. Pemilihan utusan Utsman bin Affan ini diambil karena beliau dikenal piawai dalam bernegosiasi dengan kaum kafir di Mekkah.

Sahabat Utsman pun akhirnya tiba di Mekkah dan menemui perundingan yang tidak mudah. Meskipun Utsman mengenal Abu Sufyan dari kaum kafir, niat untuk memasuki kota Mekkah tetap tidak diizinkan. Bahkan sahabat Utsman harus singgah di Mekkah lebih lama dari semula yang direncanakan.

Dalam situasi rumit inilah yang membuat para sahabat mendengar kabar rumor bahwa Utsman dibunuh oleh kaum kafir Quraisy. Rumor ini didengar oleh Rasulullah SAW dan beliau meminta para sahabatnya untuk segera berkumpul dan berjanji tak akan kembali sebelum mengatasi kaum kafir itu.

Kaum kafir Quraisy mengirimkan utusan Suhail bin Amr untuk membicarakan perjanjian damai antara kedua pihak. Perjanjian ini berlangsung alot cukup lama. Salah satu isi perjanjian, Suhail bersikukuh menginginkan rombongan Rasulullah agar kembali ke Madinah. Jika ingin datang ke Mekkah mereka harus menunggu tahun depan, dan ini tidak boleh di tawar lagi.

Banyak para sahabat yang tidak setuju bahkan keberatan dengan isi perjanjian Hudaibiyah ini. Demi terciptanya perdamaian Rasulullah SAW akhirnya menerima semua isi perjanjian ini.

Isi daripada perjanjian Hudaibiyah ini adalah sebagai berikut :

  • Kedua kubu menyepakati mengadakan gencatan senjata selama kurun waktu 10 tahun.
  • Setiap orang diberikan kebebasan bergabung dan mengadakan perjanjian, baik dengan Rasulullah ataupun dengan kaum kafir Quraisy
  • Setiap orang kafir Quraisy yang hendak menyebrang ke pihak Rasulullah tanpa seizin walinya harus dikembalikan sebaliknya jika pengikut Rasulullah SAW yang bergabung dengan kaum kafir Quraisy tidak dikembalikan
  • Rasulullah beserta sahabatnya harus kembali ke Madinah dan tidak boleh memasuki kota Mekkah, dan dibolehkan kembali ke Mekkah pada tahun berikutnya. Mereka bisa masuk kota dan singgah selama 3 hari di Mekkah dan tidak dibolehkan membawa senjata kecuali pedang terbungkus sarung

Para sahabat Nabi menilai bahwa perjanjian Hudaibiyah ini hanyalah menguntungkan pihak musuh saja dan sangat merugikan pihak Muslim, namun Rasulullah dengan bijaksana menyikapi perjanjian ini. Situasi damai ini diambil Rasulullah untuk menyebarkan dakwahnya.

Beberapa utusan Islam dikirimkan ke negri tetangga untuk memeluk agama Islam, dan ajakan itu diterima meskipun ada beberapa kelompok yang menolaknya. Itulah Masjid Hudaibiyah di Mekkah Arab Saudi.

Baca juga : Masjid Nabawi Madinah Munawwarah Arab Saudi

Masjid Nabawi Madinah Munawwarah Arab Saudi

Masjid Nabawi Madinah Munawwarah Arab Saudi

Masjid Nabawi Madinah Munawwarah Arab Saudi dibangun oleh Rasulullah pada tahun pertama sesudah hijrah dari Mekah ke Madinah yang ketika itu masih bernama Yastrib. Masjid ini dipasang listrik pertama kalinya pada tahun 1909 dengan pemasangan lampu di Semenanjung Arab.

Apa Nama Lain Dari Masjid Nabawi?

Masjid ini memiliki nama arab Al Masjid Al Nabawis yaitu tempat ibadah di Madinah yang dibangun yang kedua sebagai tempat beribadah setelah pembangunan Masjid Quba.  Jika kita shalat di Masjid Nabawi pehala yang kita dapat adalah seribu kali lipat dibandingkan kita shalat di masjid lain kecuali di Masjidil Haram Mekah.

Makam Rasulullah SAW dan 2 sahabat beliau Abubakar dan Umar serta rumah istri Rasulullah dan juga Raudhah yang merupakan tempat sebagai taman surga, semua disatukan di dalam masjid yang melewati perluasan yang dilakukan beratus-ratus tahun. Namun sekarang Raudhah telah ada di dalam kompleks masjid.

Masjid Nabawi Dibangun Kapan?

Pada awalnya Masjid Nabawi dibangun di sisi rumah Rasulullah pata tahun 632 dan sudah melewati berbagai perluasan dan perencanaan selama 1400 tahun lebih. Pada masa alm Raja Abdullah mengalami perluasan terbesar dan masih berjalan sampai saat ini.

Sesudah perluasan selesai, sebanyak 1,8 juta jamaah diharapkan dapat ditampung di masjid ini. Masjid Nabawi yang merupakan masjid terbesar di dunia ini, dilengkapi dengan teknologi canggih yang dibangun dengan dekorasi yang megah.

Pemerintah Arab Saudi telah mengeluarkan milyaran Riyal demi memperluas masjid ini. Bagi jamaah haji dan umrah kunjungan ke tempat ini merupakan bagian dari ibadah. Tetapi memang kebanyakan jamaah ingin berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW.

Luas Masjid Nabawi Madinah

Pada awalnya Masjid Nabawi hanya sekitar 30 kali 35 meter saja. Ketika itu Nabi Muhammad SAW tiba di Yatsrib dan membeli lahan seharga 10 Dinar yang biasa digunakan untuk mengeringkan kurma yang dibeli dari 2 orang yatim yaitu Sahl dan Suhail. Lahan ini adalah tempat pertama kalinya unta yang ditunggangi Nabi Muhammad berhenti di Yastrib.

Pada masa pembangunannya Rasulullah ikut serta membangun masjid ini, di atas pondasi batu dibuat dinding lumpur. Dan sebagai penutup bagian atapnya menggunakan pelepah kurma.

Pada awalnya masjid ini mempunyai 3 pintu dan kiblat menghadap Al Aqsha, yang merupakan kiblat pertama, sebelum dirubah menghadap Ka’bah. Terdapat Al Saffa dibagian belakang masjid yang teduh untuk menampung orang asing dan orang miskin.

Saat para sahabat Nabi memohon untuk memperkuat atap dengan lumpur namun beliau menolaknya. Hingga 3 tahun kemudian lampai masjid ini tidak ditutupi oleh apapun.

Kemudian mengalami perluasan beberapa kali supaya dapat menampung jamaah lebih banyak. Dalam sebuah buku sejarah Islam dikatakan bahwa sekarang masjid ini telah mengalami 100 kali lebih besar dari ukuran aslinya. Lokasi masjid meliputi hampir seluruh kawasan kota tua Madinah.

Gedung masjid memiliki luas 1060 x 580 meter dan termasuk pelataran yang memiliki luas 1300×785 meter. Dengan memiliki demikian luas masjid ini dapat menampung 1 juta jamaah di dalam dan di pelataran dapat menampung jamaah sebanyak 800 ribu.

Pada tahun 2012 Raja Abdullah memerintahkan perluasan masjid ini yang kemudian bisa menampung 2 juta jamaah.

Pagar dari masjid ini berbatasan dengan area kompleks pemakaman Baqi. Pemakaman yang berlokasi di pinggiran kota Madinah pada masa Rasulullah SAW masih hidup.

Sebanyak 250 payung otomatis dipasang atas permintaan Raja Abdullah di kawasan 143 ribu meter supaya para jamaah terlindungi dari panas matahari dan hujan. Ada sekitar 3200 orang yang dikerahkan untuk membersihkan masjid ini.

Beberapa bangunan dan gedung utama yang ada di sekeliling masjid ini ialah pemakaman Baqi yang merupakan tempat makam bagi para sahaabt Rasulullah. Sementara bangunan lain yang ada di sekitar masjid ini adalah beberapa kantor pemerintah setempat dan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, hotel, perbelanjaan dan jalan-jalan utama.

Adapun Masjid Nabawi dan Masjidil Haram ini diurus oleh Badan Presidensi Umum. Yang pertama kali menjadi imam di Masjid Nabawi adalah Nabi Muhammad SAW, setelah beliau wafat diteruskan oleh sahabat nabi dan generasi penerus sebagai pemimpin shalat.

Baca juga : Kisah Perang Mu’tah Lengkap

Namun Nabi Muhammad sendiri tidak punya wakil untuk imam, jika Rasulullah berhalangan maka sahabat lain seperti Abu Bakar yang menggantikan sebagai imam. Pernah suatu ketika Rasulullah masuk dan saat itu Abu Bakar sebagai imam, kemudian Abu Bakar mundur dan digantikan oleh Rasulullah. Setelah Rasulullah wafat, maka Abu Bakar lah yang menjadi khalifah pertama dan imam di Madinah.

Untuk sekarang ini sebagai imam adalah Sheikh Abdul Rahman al Hudaify. Meskipun pada tgl 11 Oktober 2019 pemerintah Arab Saudi mengumumkan 2 imam lainnya yaitu Sheikh Ahmed Hudaify putra imam saat ini dan Syeikh Khalid Al Muhanna.

Ada beberapa nama-nama imam di Masjid Nabawi yaitu :

  • Sheikh Abdul Bari Ath Thubaiti
  • Sheikh Abdulrahman Ali Hudhaify
  • Sheikh Ahmad Al Hudaify
  • Sheikh Salaah Budair
  • Sheikh Abdullah Buayjaan
  • Sheikh Hussain Aal Sheikh
  • Sheikh Ahmad Taleb Hammed
  • Sheikh Khalid Al Muhanna
  • Sheikh Imaad Zuhair Hafiz

Adapun sebagai muazin pertama di masjid ini adalah Bilal bin Rabah dan Rasulullah SAW sendiri yang menunjuknya. Dilansir surat kabar Al Riyad, saat ini sudah ada 17 muazin utama. Setiap harinya 3 muazin bergiliran mengumandangkan azan di tempat khusus azan yaitu Mukabbariyyah.

Pada awalnya rumah Nabi Muhammad SAW ada disamping masjid dan disana pula beliau wafat dan dikebumikan. Saat itu para sahabat nabi berdiskusi dimana Nabi akan dimakamkan. Abu Bakar memberi info bahwa Rasulullah pernah bersabda bahwa para Nabi dimakamkan disuatu tempat Allah mengambil nyawa mereka.

Oleh karena itu Rasulullah dimakamkan di kamar yg menjadi tempat bagi Aisyah, istrinya. Pada saat Abu Bakar sedang sakit, ia memohon izin Aisyah supaya bisa dimakamkan di dekat makam Rasulullah SAW dan Aisyah menyetujuinya. Sebagai khalifah kedua, Umar bin Khattab menyodorkan permohonan yang sama, Aisyah sebagai anaknya mengizinkan.

Selama berabad-abad membuat kamar dalam memperluas masjid ini, bangunan dan makam di sisi masjid ini sekarang menjadi bagian dari masjid tersebut. Dan kubah hijau yang populer itu berlokasi di dalam kamar ini.

Arsitektur dan teknologi yang menjadi dasar pembangunan masjid ini menjadi komposisi yang indah, dari interiornya maupun bagian luarnya. Masjid ini dipenuhi oleh berbagai ornamen yang menakjubkan mulai dari dalam gedungnya sampai ke halaman dan atap gedung.

Semua memiliki keindahan yang sulit untuk diungkapkan oleh kata-kata mulai dari ukuran, tinggi, kubah dan menara, halaman dan kanopi, atap dan langit-langit serta sistem pengeras suara, AC, dinding dan lantai, pintu dan tangga, pilar sampai karpet.

Sebanyak 41 gerbang yang dimiliki masjid ini. Setiap pintunya bagian atasnya ada plakat batu dengan bahasa Arab yang artinya Masuklah dengan damai dan aman. Total jumlah pintu ada sebanyak 85 buah, dan beberapa gerbang mempunyai 1 sampai 5 pintu.

Masjid Nabawi Madinah Munawwarah Arab Saudi memiliki beberapa mihrab, yang pertama adalah Mihrab Nabawi yang digunakan oleh Rasulullah ketika masjid ini masih awal-awal. Mihrab ini dekat dengan mimbar Nabi dan sekarang dekat dengan al Raudah serta Mukabbariyah.

Untuk mihrab kedua yaitu Mihrab Usmani dan dipergunakan sampai saat ini yang dibuat ketika perluasan era khalifah Usman yang terakhir kali dibuat perluasan ke bagian utara masjid ini.

Mihrab ke tiga atau yang disebut dengan Mihrab Suleymaniyah atau Ahnaf dibangun atas perintah Sultan Sulaiman. Imam dari mazhab Maliki memimpin dari Mihrab Nabawi sementara imam dari mahzab Hanafi memimpin dari mihrab ketiga.

Apa Itu Raudhah di Masjid Nabawi?

Apa Itu Raudhah di Masjid Nabawi

 

Raudhah adalah sebuah taman yang lokasinya di antara mimbar dan rumah Rasulullah SAW.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi pernah bersabda “ Antara rumahku dan mimbar ada potongan taman dari Surga. Raudhah dibuka untuk umum dengan giliran antara laki-laki dan wanita dipisah. Kebanyakan jamaah melaksanakan shalat sunnah di sini, sebelum melafalkan salam ke arah Rasulullah.

Setelah adanya renovasi dan perluasan pada Masjid Nabawi ini maka Raudhah sekarang dipercantik dengan dekorasi seperti karpet dan beberapa ornamen. Berdasarkan informasi dari badan pengelola masjid ini menyatakan bahwa luas Raudhah yaitu 330 m2 dengan rincian lebar 15 m dan panjang 22 m. Di kawasan ini senantiasa ada petugas kebersihan dan keamanan.

Salah satu monumen yang mencolok di masjid ini yaitu kubah hijau. Pembangunannya di atas ruang yang merupakan letak makam Rasulullah SAW. Dalam buku sejarah Islam menyebutkan bahwa untuk pertama kalinya pada tahun 1279 atau 678 Hijriyah Sulatan Qalawun membangun kubah pertama setelah 650 tahun.

Yang sekarang kita lihat kubah hijau ini adalah kubah bagian luarnya. Untuk bagian dalamnya ukurannya lebih kecil dan ada nama Nabi Muhammad, Abu Bakar dan Umar di dalamnya terukir. Di dasarnya berbentuk persegi, dari atasnya persegi delapan. Dan sempat di renovasi sesudah beberapa kali mengalami kebakaran.

Demikianlah pembahasan tentang Masjid Nabawi Madinah Munawwarah Arab Saudi yang merupakan bagian kunjungan bagi jamaah haji dan umrah. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita.

Baca juga : Masjid Ji’ronah Tempatnya Miqat Yang Afdhal

Masjid Ji’ronah Tempatnya Miqat Yang Afdhal

Masjid Jironah Tempatnya Miqat Yang Afdhal

Setiap jamaah yang hendak memulai melakukan umroh tentunya ada suatu langkah awal permulaan yang disebut miqat. Nah, di sekitar kota Mekkah ada suatu masjid yang memang sediakan untuk mengambil miqat ini. Adalah Masjid Ji’ronah tempatnya miqat yang afdhal. Mengapa demikian? Karena Rasulullah SAW sendiri memulai umroh dari tempat ini.

Nama Ji’ronah sendiri merupakan sebuah nama pemukiman di lembah Saraf, ada bukit-bukit berbatu yang tandus disekelilingnya. Lokasi Masjid Ji’ronah ada di sebelah timur lautnya kota Mekah, jarak dari kota tersebut sekitar 24 kilometer. Masjid ini memiliki luas 1600 meter persegi, cukup memuat jamaah sampai 1000 orang, dan disediakan lahan parkir yang luas, cukup menampung ratusan bis dan kendaraan lainnya.

Selama 13 hari lamanya Rasulullah SAW pernah singgah di tempat ini, lalu memulai miqat saat hendak umroh yang ketiga kalinya. Dikarenakan Ji’ronah adalah tanda dari batas haram, oleh karena itulah di masjid inilah dipergunakan untuk tempat miqat. Banyak ulama berpendapat bahwa Masjid Ji’ronah tempatnya miqat yang paling afdhal bagi penduduk di Mekkah, dibandungkan dengan yang lain, Ji’ronah merupakan tempat miqat paling tinggi derajatnya.

Dalam suatu riwayat hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW menunaikan umroh 4 kali semasa hidupnya. Pertama umroh Hudaibiyah, yang kedua umroh Qadha, yang ketiga umroh dari Ji’ronah setelah pulang dari peperangan Hunain, dan yang terakhir adalah ketika melaksanakan Haji Wada.

Baca juga : Kisah Perang Tabuk Perang Terakhir Rasulullah

Sejarah Sumur Ji’ronah

Di perkampungan Ji’ronah ini pula terdapat sumur yang tidak pernah kering, yaitu Sumur Bir Thoflah. Sumur ini dikenal mempunyai rasa yang berbeda dengan sumur biasa pada umumnya. Dalam suatu kisah diriwayatkan ketika Rasulullah kehabisan air setelah perang Hunain pada 8 Hijriyah mendapatkan mukjizat dari sumur ini. Bersama pejuang Islam, Rasulullah menghentikan membagikan hasil dari kemenangan perang tersebut. Dikarenakan persediaan air sudah tidak ada lagi, sementara di tempat itu tidak ada sumur, maka seketika itu Rasulullah memukulkan dengan tongkatnya dan kemudian keluarlah air.

Di perkampungan Ji’ronah ini pula Rasulullah berjumpa dengan dengan seorang perempuan yang ketika beliau masih bayi disusuinya. Perempuan itu bernama Halimatu Sa’diyah. Seperti yang dikisahkan dalam suatu kitab Sunan Abu Daud dari Abu Thufail “ Aku pernah melihat Rasulullah SAW sedang membagikan daging di Ji’ronah, tiba-tiba ada seorang wanita datang sampai dekat kepada Rasulullah SAW, lalu beliau menghamparkan mantelnya untuk wanita itu, lalu wanita itu duduk di atasnya. Lalu aku bertanya, siapakah wanita itu? Para sahabat menjawab, “Ia adalah ibu Rasulullah SAW yang pernah menyusuinya.”

Selanjutnya diceritakan Rasulullah akan tiba ke tempat ini kembali. Berita ini diketahui oleh kaum musyrikin dan mereka mempunyai rencana jahat dengan menabur racun kedalam sumur tersebut. Berkat rahmat dari Allah SWT, akhirnya Rasulullah mengetahui niat tidak baik dari kaum kafir itu. Secara mukjizat sumur yang semula ada racunnya, seketika menjadi tawar setelah Rasulullah meludahi sumur tersebut.

Sumur ini diketahui dapat mengobati segala macam penyakit. Namun sayang saat ini sumur tersebut sudah ditutup oleh pemerintah setempat, karena dikhawatirkan timbul ada syirik.

Saat ini Masjid Ji’ronah sudah mengalami renovasi pada masa pemerintah Raja Fahd, dengan menggelontorkan biaya 2 juta Riyal dengan perluasan 430 m2.

Demikianlah Masjid Ji’ronah yang menjadi tempatnya Miqat yang paling afdhal. Semoga menjadi informasi yang bermanfaat bagi kita yang nanti akan berangkat umroh ke tanah suci Mekah.

Baca juga : Sejarah Masjid Khandaq di Madinah

Butuh Bantuan ?