Adakah Perayaan Maulid Nabi di Arab Saudi?

Adakah Perayaan Maulid Nabi di Arab SaudiSetiap tahunnya, umat Islam di seluruh dunia merayakan Maulid Nabi, sebuah hari penting yang memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Namun, jika kita membandingkan perayaan ini di berbagai negara, ada satu negara yang seringkali berbeda: Arab Saudi. Di banyak negara Muslim, Maulid Nabi dirayakan dengan semarak, namun di Arab Saudi, perayaannya tidak semeriah seperti di tempat-tempat lain. Apa yang membuat Arab Saudi memiliki pendekatan yang berbeda terhadap Maulid Nabi? Sebenenarnya adakah perayaan Maulid Nabi di Arab Saudi?

Sejarah Singkat Maulid Nabi

Sebelum masuk ke alasan mengapa Arab Saudi berbeda, ada baiknya kita mengenal dulu sejarah perayaan Maulid Nabi. Secara umum, Maulid Nabi diperingati pada tanggal 12 Rabiul Awal menurut kalender Hijriyah, yang dipercaya sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini mulai populer sekitar abad ke-12 Masehi di Mesir selama Dinasti Fatimiyah yang beraliran Syiah. Dari Mesir, tradisi ini kemudian menyebar ke berbagai negara Muslim, di mana setiap negara memiliki cara unik dalam merayakannya.

Di berbagai negara, perayaan Maulid Nabi biasanya melibatkan doa bersama, pembacaan shalawat, ceramah agama, dan kadang diikuti dengan kegiatan sosial seperti memberi makanan kepada fakir miskin. Misalnya, di Indonesia, perayaan Maulid Nabi sering kali meriah dengan adanya pengajian, tablig akbar, dan parade budaya. Begitu pula di negara-negara seperti Pakistan, Mesir, dan Turki.

Namun, ketika kita berbicara tentang Arab Saudi, terutama di dua kota suci, Makkah dan Madinah, suasananya sangat berbeda. Perayaan semacam ini hampir tidak terlihat. Mengapa demikian?

Arab Saudi dan Mazhab Wahhabi

Alasan utama perbedaan ini adalah pengaruh mazhab Wahhabi di Arab Saudi. Wahhabi adalah gerakan reformasi Islam yang muncul di Najd, wilayah pusat Arab Saudi, pada abad ke-18. Gerakan ini didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab, seorang ulama yang menekankan pentingnya kembali kepada ajaran murni Islam yang langsung bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah.

Baca juga : 10 Tempat Mustajab di Mekkah dan Madinah

Kaum Wahhabi sangat kritis terhadap praktik-praktik yang dianggap sebagai inovasi dalam agama (bid’ah). Mereka menolak tradisi yang tidak dilakukan langsung oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Dalam pandangan mereka, perayaan Maulid Nabi adalah inovasi yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi atau dilakukan oleh para sahabat. Oleh karena itu, mereka memandang perayaan Maulid Nabi sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang murni.

Arab Saudi, sebagai negara yang dipimpin oleh keluarga Saud dan didominasi oleh pengaruh Wahhabi, mengadopsi pandangan ini secara resmi. Itulah mengapa di Arab Saudi, khususnya di Makkah dan Madinah, tidak ada perayaan Maulid Nabi yang besar seperti di negara-negara Muslim lainnya. Bahkan, perayaan ini dilarang di beberapa wilayah tertentu karena dianggap tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Wahhabi.

Makkah dan Madinah: Fokus pada Ibadah, Bukan Perayaan

Adakah Perayaan Maulid Nabi di Arab Saudi? Ketika kita berbicara tentang Makkah dan Madinah, dua kota suci dalam Islam, ada faktor lain yang memengaruhi mengapa Maulid Nabi tidak dirayakan dengan besar-besaran di sana. Kedua kota ini dikenal sebagai pusat ibadah umat Islam dari seluruh dunia. Jutaan umat Muslim datang ke Makkah dan Madinah setiap tahun untuk melakukan ibadah haji dan umrah.

Pemerintah Arab Saudi ingin menjaga agar kedua kota suci ini tetap menjadi pusat ibadah murni, bukan pusat perayaan atau festival. Fokus utama mereka adalah memfasilitasi ibadah umat Islam dan menjaga agar lingkungan ibadah tetap khusyuk dan tidak teralihkan oleh perayaan-perayaan besar. Ini sejalan dengan pandangan Wahhabi yang ingin menjaga agar Islam tetap fokus pada ajaran pokok tanpa ditambahkan unsur-unsur yang dianggap “berlebihan.”

Tradisi yang Berbeda di Negara-negara Lain

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang mengapa perayaan Maulid Nabi di Arab Saudi berbeda, kita bisa melihat bagaimana negara-negara Muslim lainnya merayakannya. Misalnya, di Mesir, perayaan Maulid Nabi biasanya melibatkan berbagai acara seperti pengajian, ceramah agama, dan pembacaan puisi-puisi yang memuji Nabi Muhammad SAW. Masyarakat Mesir memiliki tradisi yang kaya dalam merayakan hari kelahiran Nabi, dengan suasana yang penuh kebahagiaan dan spiritualitas.

Di Indonesia, perayaan Maulid Nabi sering kali diiringi dengan acara-acara budaya, seperti festival, parade, dan pengajian besar. Banyak juga yang berbagi makanan dan melakukan kegiatan sosial sebagai bentuk syukur dan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Begitu pula di Turki, perayaan Maulid Nabi dihiasi dengan lampu-lampu indah di masjid-masjid, ceramah agama, serta pembacaan Al-Qur’an dan shalawat.

Setiap negara memiliki pendekatan yang unik, dan itu tergantung pada sejarah, budaya, dan tradisi Islam di masing-masing wilayah. Di banyak negara, Maulid Nabi bukan hanya momen religius, tetapi juga menjadi bagian dari budaya lokal yang dirayakan dengan penuh warna dan kebahagiaan.

Apakah Ada Perubahan Sikap di Arab Saudi?

Meskipun perayaan Maulid Nabi di Arab Saudi selama ini dilarang atau tidak didorong secara resmi, ada tanda-tanda bahwa sikap ini mungkin mulai berubah. Dalam beberapa tahun terakhir, Arab Saudi telah mengalami banyak perubahan sosial dan budaya di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Beberapa kebijakan reformasi yang diperkenalkannya bertujuan untuk membuka Arab Saudi kepada dunia luar dan mengurangi pengaruh konservatisme yang ketat dalam beberapa aspek kehidupan.

Beberapa pengamat melihat bahwa dengan terbukanya Arab Saudi terhadap dunia internasional, ada kemungkinan bahwa perayaan-perayaan seperti Maulid Nabi mungkin akan mendapatkan tempat yang lebih di masa depan. Namun, ini tentu saja tidak akan terjadi dalam semalam. Mengubah kebiasaan dan pandangan yang telah tertanam selama berabad-abad membutuhkan waktu.

Di sisi lain, sebagian masyarakat Saudi sendiri mungkin lebih terbuka terhadap perayaan Maulid Nabi dalam bentuk yang sederhana, seperti mengadakan doa bersama di rumah atau masjid kecil. Walaupun tidak se-ekspresif seperti di negara-negara lain, ada nuansa kebersamaan dan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW yang tetap ada di hati masyarakat Muslim di Arab Saudi.

Kesimpulan: Berbeda, tapi Tetap Sama dalam Cinta kepada Nabi

Meski perayaan Maulid Nabi di Arab Saudi berbeda dari negara-negara lain, inti dari perayaan ini tetap sama: rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Perbedaan pandangan tentang cara merayakannya hanyalah sebagian kecil dari keragaman yang ada dalam Islam. Sementara di banyak negara, Maulid Nabi dirayakan dengan meriah, di Arab Saudi, penghormatan kepada Nabi lebih difokuskan pada ibadah sehari-hari, dengan memegang teguh ajaran yang dianggap paling murni.

Setiap negara memiliki cara tersendiri dalam menunjukkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Dan meskipun perayaan di Arab Saudi mungkin terlihat berbeda, esensi dari perayaan ini tetap ada: mengenang kehidupan, ajaran, dan teladan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat manusia.

Adakah Perayaan Maulid Nabi di Arab Saudi? Jadi, meskipun Anda mungkin tidak menemukan parade besar atau perayaan meriah di jalan-jalan Makkah dan Madinah pada hari Maulid Nabi, jangan lupakan bahwa di hati setiap Muslim di Arab Saudi, rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW tetap hidup. Ini adalah perbedaan yang indah dalam kesatuan iman yang menyatukan seluruh umat Islam di dunia.

Baca juga : Mengungkap Keistimewaan Hajar Aswad

7 Peristiwa Besar Saat Kelahiran Rasulullah SAW

7 Peristiwa Besar Saat Kelahiran Rasulullah SAWMaulid Nabi adalah momen penting bagi umat Islam, yakni kelahiran Nabi Agung Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Gajah, yang bersamaan dengan tanggal 22 April 571 Masehi. Berbarengan dengan kejadian itu ternyata ada 7 peristiwa besar saat kelahiran Rasulullah SAW, apa saja itu, simak dalam artikel berikut ini.

Menyelenggarakan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW telah menjadi tradisi yang berlangsung selama berabad-abad, dilakukan oleh ulama salaf dan komunitas Muslim di seluruh dunia, termasuk di Nusantara. Hingga saat ini, perayaan Maulid Nabi selalu diadakan dengan penuh semangat oleh umat Islam.

Pada hari itu, lahir seorang manusia mulia yang kelak akan membawa perubahan besar pada peradaban manusia. Dia adalah Nabi Akhir Zaman dan menjadi sumber rahmat bagi seluruh alam. Oleh karena itu, setiap tahun tanggal 12 Rabiul Awwal dirayakan dengan sukacita yang besar.

Maulid Nabi biasanya dirayakan di Indonesia di dalam Masjid atau Musholla. Pemimpin agama memandu umat Muslim dalam bersama-sama membaca Sholawat, membacakan Barzanji, sebuah kitab yang menceritakan kelahiran, perjuangan Nabi, dan keutamaan Nabi Muhammad dibandingkan dengan Nabi lainnya. Acara tersebut diakhiri dengan doa dan pemberian shodaqoh berupa makanan dan hidangan lainnya.

Tindakan ini menunjukkan betapa besar rasa cinta dan penghormatan umat Islam terhadap Nabi mereka, Nabi Muhammad SAW, serta hasrat yang kuat untuk berada bersama Rasulullah pada hari kiamat. Dengan merayakan Maulid Nabi, umat Muslim dengan antusias berharap dapat berkumpul dengan Nabi Muhammad SAW di akhirat nanti.

Di samping menjadi hari yang agung dan dirayakan oleh mayoritas umat Islam di seluruh dunia, peristiwa kelahiran Nabi Muhammad 1.448 tahun yang lalu juga diiringi oleh beberapa peristiwa besar yang melebihi pemahaman manusia. Ini menunjukkan bahwa Nabi terakhir dan rahmat bagi seluruh alam telah tiba di dunia. Berikut adalah beberapa peristiwa besar yang menjadi tanda kenabian Nabi Muhammad SAW:

  1. Hancurnya Pasukan Gajah Abrahah

7 Peristiwa Besar Saat Kelahiran Rasulullah SAW-Kisah mengenai kehancuran pasukan bergajah yang dipimpin oleh Raja Abrahah adalah cerita yang telah menjadi familiar di kalangan umat Islam. Sejak masa kecil, cerita ini telah diceritakan secara turun-temurun sebagai simbol pentingnya peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Raja Abrahah berasal dari negeri Yaman dan pada tahun 571 Masehi, ia memasuki kota Mekah dengan niat untuk menghancurkan Ka’bah. Tindakan ini dipicu oleh rasa cemburu Raja Abrahah terhadap Ka’bah, yang lebih sering dikunjungi oleh orang-orang dari berbagai daerah daripada Kuil Suci di Yaman.

Baca juga : Kisah Nabi Ilyasa AS Dan Mukjizatnya

Banyaknya pengunjung yang datang berziarah ke Ka’bah telah menggerakkan perkembangan ekonomi Kota Mekah melebihi Negara Yaman. Karena rasa iri sosial ini, Raja Abrahah dan pasukannya yang dilengkapi gajah memutuskan untuk menyerang Mekah dan merusak Ka’bah yang berdiri di dalamnya.

Ketika mereka mencapai Kota Mekah, Raja Abrahah dan pasukannya diserang oleh sekelompok burung ababil yang Allah perintahkan membawa batu-batu dari neraka. Dengan kehancuran Raja Abrahah dan pasukannya yang membawa gajah, Allah SWT menyelamatkan Kota Mekah dan Ka’bah.

Kisah serangan Raja Abrahah terhadap Ka’bah tercantum pada ayat 1-5 dalam Surat Al-Fiil.

Dalam suatu catatan, disebutkan bahwa pasukan Raja Abrahah terdiri dari 60.000 prajurit dan 13 gajah. Semua pasukan itu dihancurkan oleh Allah, sehingga mereka menjadi seperti daun-daun yang dimakan ulat.

  1. Singgasana Raja Kisra Runtuh

Ketika Nabi Muhammad SAW dilahirkan, terjadi peristiwa luar biasa selain dari kehancuran pasukan Raja Abrahah. Peristiwa tersebut adalah guncangan hebat yang mengguncang Istana Raja Kisra Persia, sehingga singgasana Raja tersebut roboh. Tidak hanya itu, akibat guncangan yang dahsyat tersebut, 14 balkon istana juga runtuh.

Raja Kisra merupakan salah satu dari para penguasa dalam Kerajaan Persia kuno. Pada masa itu, Raja dan penduduk Persia mengikuti ajaran Zoroaster atau Majusi, sebuah kepercayaan kuno yang meyakini bahwa Tuhan semesta alam bermanifestasi dalam bentuk api.

  1. Api Sesembahan Kaum Majusi Padam

Peristiwa besar sebelum kelahiran Nabi Muhammad yang ketiga adalah pemadaman api suci yang disembah oleh para pengikut Majusi di Kuil Zoroaster Persia. Saat itu, pengikut Majusi sangat kagum dengan peristiwa pemadaman api tersebut karena api tersebut telah menyala selama ribuan tahun dan belum pernah padam sebelumnya.

Padamnya api sesembahan kaum Majusi itu mengindikasikan kelahiran manusia terpilih yang membawa ajaran tauhid dan membersihkan kepercayaan kepada Allah di dunia.

  1. Danau Sawa Surut dan Tenggelamnya Tasik Savah

Dalam buku “Khatamun Nabiyyin” halaman 105 karya Abu Zahrah, disebutkan bahwa menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW, sebuah danau yang dihormati oleh masyarakat Persia mengalami penurunan airnya dan hampir mengalami kekeringan. Selain itu, Tasik Savah juga tenggelam sehingga permukaannya tidak terlihat. Tasik Savah adalah nama semenanjung yang dianggap sakral oleh penduduk Persia kuno, selain Danau Sawa dan Api Suci di Kuil Zoroaster.

  1. Ketenangan yang dialami Aminah sebelum melahirkan

Beberapa hari sebelum Nabi Muhammad dilahirkan, ibu Nabi Muhammad, Aminah, merasa dikelilingi oleh kedamaian dan ketenangan. Selain itu, Imam Ibnu Katsir dalam bukunya yang berjudul Qishasul Anbiya, menceritakan bahwa selama mengandung Nabi Muhammad SAW, Aminah sering bermimpi bertemu dengan para Nabi terdahulu.

Pada malam kedua dan ketiga dalam bulan tersebut, Aminah menerima wahyu dari Allah SWT mengenai anugerah yang akan Dia berikan kepadanya, yaitu kelahiran seorang nabi besar dari rahimnya. Mengenai peristiwa ini, Ibnu Hisyam juga mencatat dalam Sirah Nabawiyah bahwa malaikat datang kepada Aminah dan memberitahunya bahwa ia tengah mengandung seorang pemimpin bagi umat manusia.

Malaikat menegaskan kepada Aminah, ketika bayi itu dilahirkan, berdoa memohon agar Allah melindungi bayi tersebut dari segala kejahatan dan orang-orang yang iri hati. Malaikat juga menunjukkan kepada Aminah untuk memberi nama bayi tersebut Muhammad.

Kemudian, An-Ni’matul Kubra ‘Alal ‘Alam menjelaskan bahwa pada malam keempat, Aminah mendengar dengan jelas suara dzikir Malaikat. Satu hari setelahnya, pada malam kelima Rabi’ul Awwal, Aminah bermimpi bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s. Dalam mimpinya tersebut, Nabi Ibrahim memberitahu Aminah untuk bersukacita karena mengandung Nabi Muhammad.

Di malam keenam, Aminah melihat cahaya memenuhi seluruh alam semesta, mengusir kegelapan. Sehari berikutnya, ia menyaksikan sekelompok malaikat yang datang ke rumahnya dengan membawa kabar gembira bahwa waktu kelahiran Rasulullah semakin mendekat.

Ketika malam kedelapan Rabi’ul Awwal tiba, Aminah mendengar kabar tentang seruan yang menyaput seluruh alam semesta, mengajak semua makhluk untuk bersukacita menyambut kelahiran Nabi yang semakin mendekat. Pada malam sembilan Rabi’ul Awwal, Aminah merasakan kedamaian yang lebih dalam. Tidak ada lagi rasa gelisah atau kekhawatiran yang menghantui dirinya.

Pada malam kesepuluh, Aminah melihat tanah Mina dan Khaif turut merasa gembira menyambut kelahiran Rasulullah. Sama halnya, pada malam kesebelas, ia melihat penduduk setempat begitu bahagia menyambut detik-detik kelahiran Nabi.

Pada malam 12 Rabi’ul Awwal, Aminah melihat langit begitu cerah, tidak ada awan yang menghalangi sinar bulan. Di saat itu, Aminah menangis karena ia berada seorang diri di rumah. Sementara itu, Abdul Muthalib, kakek Rasulullah, tengah berdoa di Ka’bah, menantikan kelahiran bayi yang agung.

  1. Halimatus Sadiah Mendapat Keberkahan

Selain pasukan Raja Abrahah yang hancur dan Semenanjung Sava yang tenggelam di Persia, Halimatus Sadiah, yang merupakan ibu susuan Nabi Muhammad SAW, juga mengalami peristiwa menakjubkan lainnya. Dalam Sirah Ibnu Hisyam yang berjudul Makhtabah Syirakh Al-Bab Al-Halabi, disebutkan bahwa saat mencari bayi persusuan untuk mendapat imbalan, Halimah Sadiah tidak menemukan bayi lain di Mekah selain Bayi Muhammad SAW.

Tak disangka, saat penutupnya dibuka dan sang bayi diterima, Halimah Sadiah dengan penuh kekaguman melihatnya. Wajah Bayi Muhammad bersinar, dan Halimah Sadiah merasa kagum karena menemukan bayi yang luar biasa.

Selain wajah bercahaya dari bayi Muhammad, Halimah Sadiah juga mengalami keajaiban luar biasa lainnya. Salah satunya adalah air susunya yang mengalir dengan deras, serta unta-unta tunggangannya yang awalnya kurus menjadi gemuk dan kuat saat menempuh perjalanan jauh.

  1. Jin Tidak Bisa Mengintip Berita dari Langit

Sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, para jin dan iblis memiliki kemampuan mendengar berita-berita dari langit, seperti ketika iblis mendengar seruan Allah kepada Nabi Adam A.S dan Hawa agar tidak mendekati pohon buah Khuldi. Namun, setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW, Allah SWT mencabut kemampuan mereka untuk mendengar berita dari langit, yang dijelaskan dalam Al-Quran QS. Al-Jin ayat 8-9.

Demikianlah 7 peristiwa besar saat kelahiran Rasulullah SAW. Selain itu, ada banyak peristiwa luar biasa lainnya yang menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW, seperti jatuhnya berhala di Ka’bah hingga membentuk posisi bersujud, burung-burung yang bersahutan seperti memberi salam, dan terdengarnya suara-suara dari dalam Ka’bah. Semua ini menunjukkan bahwa alam semesta menyambut kedatangan Nabi Akhir Zaman, yang merupakan rahmat bagi seluruh alam.

Baca juga : Pengertian Fasik Dalam Agama Islam

7 Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW

7 Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAWSetiap bulan Rabiul Awal, umat Islam merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pada tahun ini, tanggal 12 Rabiul Awal 1444 Hijriah bertepatan dengan Kamis, 28 September 2023. Setidaknya ada 7 hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW yang kita peringati setiap tahunnya.

Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi adalah suatu peristiwa yang sangat penting bagi umat Islam, dan dari setiap peristiwa ini, terdapat banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil oleh seluruh umat Islam.

Pada peristiwa tersebut, umat Islam sering mengadakan beragam kegiatan Islami yang mendidik dan menarik, mulai dari pesantren, sekolah, hingga dalam komunitas mereka.

Maulid Nabi sering kali melibatkan berbagai aktivitas Islami seperti perlombaan, pengajian umum, dan tabligh akbar.

Maulid ini diadakan dengan tujuan mengingat, memahami, dan mengambil teladan dari akhlak agung Rasulullah SAW.

Walaupun ada pandangan hukum yang menyatakan bahwa acara Maulid ini diperbolehkan (mubah), banyak umat Islam yang menganggapnya sebagai kesempatan untuk bersyukur dan menguatkan rasa cinta mereka kepada Nabi Muhammad SAW.

Kapan Maulid Nabi Pertama Kali?

Terdapat beberapa pandangan mengenai kapan pertama kali peringatan Maulid Nabi SAW diperingati. Salah satu pandangan menyebutkan bahwa perayaan Maulid Nabi SAW pertama kali diadakan oleh Bangsa Arab pada tahun kedua Hijriah. Pandangan ini berdasarkan catatan Ahmad Sauri yang mengacu pada kitab “Wafa’ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa” karya Nuruddin Ali.

Di samping itu, dalam catatan tersebut disebutkan bahwa pada masa Dinasti Abbasiyah di bawah kepemimpinan Khalifah al-Mahdi bin Mansur al-Abbas, istrinya yang bernama Khaizuran (170 H/786 M) memerintahkan penduduk Mekah dan Madinah untuk merayakan Maulid Nabi SAW.

Pendapat kedua, didukung oleh sejumlah ahli sejarah seperti Imam Al-Suyuthi, Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, serta yang lainnya, sepakat bahwa Sultan Al-Mudhaffar Abu Sa`id Kukburi ibn Zainuddin Ali bin Baktakin adalah tokoh yang pertama kali mengadakan peringatan Maulid Nabi.

Baca juga : Kisah Nabi Sulaiman AS Dan Mukjizatnya

Saat itu, Sultan Al-Mudhaffar merayakan peringatan Maulid Nabi dengan penuh kegembiraan. Ia mengundang semua rakyatnya untuk bergabung dalam perayaan tersebut, dan juga menghormati kehadiran para ulama dari berbagai bidang. Para ulama yang menyaksikan perayaan Maulid Nabi yang diselenggarakan oleh Sultan Al-Mudhaffar tersebut sepakat dan menyetujui dengan tulus.

Pendapat ketiga menyatakan bahwa Sultan Salahuddin Al-Ayyubi adalah orang pertama yang mengadakan peringatan Maulid Nabi SAW. Tindakan ini bertujuan untuk menghidupkan semangat jihad di tengah umat Muslim selama masa Perang Salib.

Namun, gagasan yang diusulkan oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi ini tidak mendapat persetujuan dari ulama karena pada masa Nabi SAW sendiri, tidak ada peringatan semacam itu.

Walaupun demikian, Salahuddin kemudian memohon izin kepada Khalifah An-Nashir di Baghdad, dan akhirnya khalifah tersebut menyetujui usulan Salahuddin mengenai peringatan Maulid Nabi.

Hikmah Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW

Maulid Nabi SAW merupakan sebuah peringatan yang sarat dengan banyak hikmah yang dapat kita ambil pelajaran darinya. Beberapa dari hikmah Maulid Nabi ini mencakup hal-hal berikut.

  1. Peringatan Hari Lahir Nabi Muhammad SAW

Pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam Tahun Gajah, Nabi Muhammad SAW lahir. Beliau adalah contoh yang sempurna yang Allah SWT pilih sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta.

Dalam Husnul Maqshid fi Amalil Maulid, Jalaluddin As-Suyuthi mengatakan bahwa Allah SWT benar-benar bermaksud untuk mengagungkan Nabi Muhammad SAW pada saat dan tanggal kelahirannya.

Hal tersebut disebabkan jika Nabi lahir pada saat bulan yang telah terpilih, maka masyarakat akan menduga bahwa kemuliaan Nabi Muhammad SAW sepenuhnya bergantung pada bulan yang istimewa tersebut.

  1. Perbanyak Sholawat

Peringatan Maulid Nabi selalu menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk mengirimkan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Ini memberikan dorongan kepada umat Islam untuk mengamalkan sholawat dalam kehidupan sehari-hari, dengan harapan mendapatkan syafaat dari Nabi.

  1. Meningkatkan Rasa Syukur

Masih merujuk kepada Jalaluddin As-Suyuthi dalam Husnul Maqshid fi Amalil Maulid, manfaat dari peringatan Maulid Nabi pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah sangatlah besar. Salah satu kebaikannya adalah ketika Allah SWT menciptakan berbagai jenis pepohonan, yang terjadi pada hari Senin.

Oleh karena itu, hari itu mengajarkan kita untuk bersyukur kepada Sang Maha Pencipta yang telah memberikan rezeki sebagai anugerah yang menyenangkan bagi hati manusia.

  1. Hari yang mulia

Merayakan Maulid Nabi berarti dengan sukacita merayakan kedatangan sosok yang agung dan sempurna, yakni Nabi Muhammad SAW, serta menghormati figur teladan umat Islam, sesuai dengan yang dinyatakan dalam Surat Al-Ahzab ayat 21.

  1. Bukti cinta kepada Nabi

Hikmah peringatan Maulid Nabi adalah waktu yang penting untuk memperkuat kembali cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW dan untuk mengikuti ajarannya. Mencintai Nabi Muhammad SAW adalah bagian dari cinta kita kepada Allah SWT, dan hal ini dijelaskan dalam makna dari ayat 31 surat Ali Imran.

  1. Mengamalkan sifat terpuji Nabi Muhammad SAW

Penting untuk diingat bahwa merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW bukanlah sekadar seremoni semata. Peringatan ini tidak memiliki peraturan khusus, tetapi tujuannya adalah untuk meningkatkan amal kebaikan.

Memperingati Maulid Nabi sama dengan mengenang dan mengamalkan sifat-sifat terpuji yang dimiliki oleh Rasulullah. Misalnya, dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah, menghindari perbuatan tercela, bersikap jujur, adil, penyayang, dan tidak sombong.

  1. Melanjutkan perjuangan Rasulullah

Menjalankan ajaran yang terkandung dalam Alquran dapat menjadi pedoman untuk meningkatkan keislaman seseorang. Ini karena tujuan utama Nabi Muhammad SAW adalah mengikuti semua petunjuk Alquran dan tindakan sunahnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perayaan Maulid Nabi mengajak kita, umatnya, untuk terus berjuang mengikuti teladan Nabi dan memperkuat iman kepada Allah SWT.

Demikianlah 7 hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW, selamat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Baca juga : Kisah Nabi Daud AS Dan Mukjizatnya

 

Butuh Bantuan ?