6 Keutamaan Puasa Syawal Enam Hari

6 keutamaan puasa syawal enam hariSetelah bulan Ramadan berakhir, penting untuk memahami keutamaan puasa Syawal dengan baik. Hal ini dapat membantu fokus dan maksimal dalam persiapan ibadah di bulan Syawal. Puasa Syawal merupakan ibadah sunnah yang dilakukan selama enam hari berturut-turut di bulan tersebut. Berikut ini 6 keutamaan puasa Syawal enam hari tersaji dalam artikel dibawah ini.

Meskipun puasa Syawal bukan merupakan ibadah wajib seperti puasa Ramadan, manfaatnya dapat melengkapi puasa Ramadan yang telah dilaksanakan selama sebulan. Lebih dari itu, puasa Syawal memiliki nilai yang sangat besar, di mana ia dianggap setara dengan puasa sepanjang tahun dan memberikan ganjaran yang berkali-kali lipat.

Pastikan untuk melaksanakan puasa Syawal pada waktu yang tepat agar tidak sia-sia. Sebelum menjalankan puasa Syawal, sebaiknya selesaikan terlebih dahulu puasa qada Ramadan yang belum terlaksana. Menyelesaikan puasa qada Ramadan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang muslim, dan itu lebih penting daripada melaksanakan puasa enam hari Syawal.

Disarankan untuk menjalankan puasa Syawal selama enam hari secara berturut-turut, meskipun jika puasa dilakukan secara tidak berurutan pun masih dianggap sah selama berada dalam bulan Syawal. Melaksanakan puasa secara berurutan biasanya lebih mudah dilakukan dan membantu menjaga momentum keimanan kita agar tetap pada tingkat yang optimal.

Sering kali, jika puasa tidak dilakukan secara berurutan, dapat muncul rasa enggan untuk melanjutkannya. Menjalankan puasa Syawal secara berurutan juga dapat menjadi simbol semangat kita dalam berkompetisi dalam melakukan kebaikan sebagaimana yang diajarkan.

Baca juga : Pengertian Zakat Fitrah Dan Orang Yang Berhak Menerimanya

Keutamaan Puasa Syawal

Berikut ini terdapat enam keutamaan puasa Syawal setelah Ramadhan, yakni sebagai berikut :

  1. Puasa Setahun Penuh

Keistimewaan berpuasa selama enam hari di bulan Syawal terletak pada pahala yang dilipatgandakan, seakan-akan seseorang tersebut berpuasa sepanjang tahun. Meskipun hanya dilakukan selama enam hari, Allah SWT memberikan pahala seolah-olah seseorang itu berpuasa selama dua belas bulan.

  1. Pahala Berlipat Ganda

Keistimewaan berpuasa Syawal terletak pada ganjaran pahala yang berlipat. Jika seseorang menjalankan ibadah sunnah puasa selama enam hari pasca Idul Fitri, maka ia akan memperoleh pahala yang berlipat ganda.

  1. Menyempurnakan Ibadah

Kelebihan dari puasa syawal terletak pada kemampuannya untuk melengkapi ibadah. Hal ini mirip dengan salat sunnah yang berfungsi untuk mengisi kekurangan dan melengkapi ibadah wajib.

  1. Lebih Mendekatkan Diri kepada Allah SWT

Puasa Syawal memberi keutamaan berupa kedekatan dengan Allah SWT. Setiap muslim yang menjalankan puasa selama enam hari di bulan Syawal akan mendapatkan kedudukan yang mulia di hadapan Allah SWT. Di samping itu, aroma mulut orang yang berpuasa dianggap lebih wangi di hadapan Allah daripada minyak kasturi.

  1. Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh

Tidak hanya bermanfaat untuk sistem pencernaan, manfaat puasa syawal juga termasuk peningkatan sistem imun tubuh. Ketika seseorang berpuasa dan menahan lapar, hal ini akan merangsang sel-sel induk di dalam tubuh untuk menghasilkan sel-sel darah putih baru, yang membantu melindungi dari infeksi.

Sebuah studi dari University Southern California menemukan bahwa puasa berperan dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini terjadi karena pembentukan sel darah putih baru yang dapat meregenerasi sistem imun secara keseluruhan. Oleh karena itu, puasa syawal memiliki manfaat penting dalam melindungi tubuh dari berbagai serangan virus dan bakteri.

  1. Mencegah Gangguan Pencernaan

Manfaat puasa syawal termasuk membantu mencegah gangguan pencernaan. Hal ini dikarenakan setelah merayakan Idul Fitri, biasanya umat muslim kembali ke rutinitas makan tiga kali sehari, yang bisa menyebabkan gangguan pencernaan.

Dengan demikian, keutamaan puasa syawal bisa berfungsi sebagai cara untuk mengatur porsi makan. Ini membantu dalam mengatur transisi dari konsumsi makanan dalam jumlah banyak dan mencegah masalah pencernaan.

Tata Cara Puasa Syawal

  1. Puasa Syawal dilakukan 6 hari dibulan Syawal

Panduan pelaksanaan puasa Syawal yang pertama. Sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumnya, manfaat puasa Syawal dapat diperoleh dengan menjalankan puasa selama enam hari dalam bulan Syawal. Disarankan untuk melakukan puasa enam hari tersebut secara berturut-turut, meskipun tidak harus selalu demikian.

Selain itu, dianjurkan untuk melaksanakan puasa Syawal sehari setelah Idulfitri atau lebih awal. Akan tetapi, jika tidak segera dilakukan, puasa tersebut masih bisa dijalankan selama bulan Syawal untuk mendapatkan keutamaan puasa Syawal.

  1. Lebih diutamakan dilakukan sehari sesudah Idul Fitri, tetapi juga tidak masalah diakhirkan selama masih di bulan Syawal

Prosedur melaksanakan puasa Syawal yang kedua, melakukan puasa enam hari dalam bulan Syawal tidak sah jika dilakukan di bulan lain. Selain itu, lebih baik jika puasa Syawal dilakukan sehari setelah Idul Fitri.

Namun tidak masalah jika dilakukan pada hari lain, selama masih berada dalam bulan Syawal. Melaksanakan puasa Syawal pada hari kedua bulan Syawal merupakan tanda niat baik untuk segera melakukan kebaikan dan memperoleh keutamaan dari puasa Syawal.

  1. Lebih diutamakan secara berurutan, jika tidakpun tidak menjadi masalah

Cara melaksanakan puasa Syawal yang ketiga adalah lebih baik dilakukan secara berurutan selama 6 hari berturut-turut dalam bulan Syawal, namun boleh dilakukan secara tidak berurutan selama masih dalam bulan Syawal.

Melakukan puasa Syawal selama 6 hari berturut-turut menunjukkan komitmen umat Islam dalam mematuhi perintah Allah SWT dan mengejar keutamaan puasa Syawal.

  1. Mengganti puasa dahulu supaya mendapat keutamaan puasa Syawal

Apabila seorang umat Islam memiliki puasa Ramadan yang harus diganti karena berbagai hal yang dibolehkan pada bulan Ramadan, maka ia wajib mengganti puasa tersebut terlebih dahulu sebelum melaksanakan puasa Syawal keempat.

Agar waktu puasa Syawal dilakukan, maka keutamaan puasa Syawal akan diperoleh karena telah melengkapi puasa Ramadan. Mengutamakan puasa Ramadan lebih tinggi dari pada puasa enam hari di bulan Syawal, karena puasa Ramadan adalah wajib.

Jika seorang Muslim tidak menyelesaikan atau mengganti puasa Ramadhan yang batal sebelum melaksanakan puasa Syawal, maka dia tidak dapat mendapatkan keutamaan puasa Syawal. Tetaplah diingat bahwa segala ketentuan adalah hak prerogatif Allah SWT semata.

Itulah 6 keutamaan puasa Syawal enam hari setelah Idul Fitri yang dapat disetarakan dengan puasa selama satu tahun lamanya karena ganjaran yang didapatkan berlipat-lipat ganda.

Baca juga : 8 Golongan Orang Yang Boleh Meninggalkan Puasa

Pengertian Zakat Fitrah Dan Orang Yang Berhak Menerimanya

Pengertian Zakat Fitrah Dan Orang Yang Berhak MenerimanyaBulan Ramadhan sangat dinanti-nanti oleh umat Islam. Semua kegiatan yang dilakukan selama bulan ini mendapat pahala berlipat-lipat, MashaAllah. Selain berpuasa, membayar zakat fitrah juga merupakan kewajiban yang tak terpisahkan dalam setiap bulan Ramadhan. Dalam artikel berikut dibahas pengertian zakat fitrah dan orang yang berhak menerimanya.

Pengertian Zakat Fitrah

Zakat adalah harta pribadi yang disalurkan kepada yang berhak menerimanya dan merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Zakat fitrah merupakan kewajiban zakat yang harus diberikan oleh setiap individu muslim, baik pria maupun wanita, yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Zakat fitrah ini berupa makanan pokok sehari-hari, seperti beras atau jagung, dan harus dikeluarkan oleh setiap individu pada bulan Ramadhan menjelang Idul Fitri.

Zakat fitrah adalah ekspresi kepedulian umat Muslim terhadap individu yang kurang mampu, khususnya dalam memberikan makanan kepada masyarakat miskin. Kewajiban zakat fitrah berlaku bagi semua Muslim yang merdeka, termasuk anak-anak dan orang dewasa.

Mengeluarkan zakat fitrah bertujuan sebagai penyucian bagi yang membebaskannya, serta sebagai penghindaran dari amalan yang sia-sia selama bulan Ramadhan. Lebih dari itu, zakat fitrah juga merupakan wujud saling tolong-menolong kepada sesama yang membutuhkan, sehingga mereka juga dapat merasakan keberkahan makanan saat Idul Fitri. Dengan demikian, semua kalangan dapat merasa bahagia karena dapat menikmati hidangan seperti yang lainnya saat perayaan Idul Fitri.

Zakat fitrah harus disalurkan sebelum umat Islam menyelesaikan pelaksanaan Shalat Ied. Jika batas waktu pengeluaran zakat tersebut terlewat, sumbangan yang diberikan tidak lagi dianggap sebagai zakat fitrah, melainkan dianggap sebagai sedekah biasa.

Baca juga : 9 Golongan Orang Yang Boleh Meninggalkan Puasa

Syarat-syarat Dalam Mengeluarkan Zakat

Zakat yang diberikan oleh umat Islam disalurkan kepada penerima yang lebih berhak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tidak semua kekayaan wajib dikenakan zakat. Adapun syarat-syarat utama untuk pengeluaran zakat adalah:

  1. Beragama Islam
  2. Zakat merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh umat Islam, terutama pada bulan Ramadhan. Selain harus beragama Islam, seseorang yang membayar zakat haruslah merdeka, yang berarti tidak sedang dalam penindasan atau perbudakan seperti pada masa jahiliyah.
  3. Bertemu di dua waktu, antara bulan Ramadhan dan Syawal meskipun hanya sebentar.
  4. Orang yang berkewajiban mengeluarkan zakat harus memiliki kekayaan yang melebihi kebutuhan sehari-hari bagi dirinya dan orang-orang yang bergantung padanya saat hari raya maupun malamnya. Hal ini berarti bahwa mereka harus memiliki kecukupan harta agar tidak mengalami kelaparan atau kesulitan yang ekstrem.

8 Golongan Yang Berhak Menerima Zakat Fitrah

Manfaat yang dapat diperoleh dari kewajiban zakat fitrah adalah:

  • Zakat fitrah adalah bentuk zakat pribadi di mana Allah memberi umur yang panjang, memungkinkan seseorang bertahan dalam nikmat-Nya.
  • Zakat fitrah juga berfungsi sebagai bantuan bagi umat Islam, baik yang berkecukupan maupun yang membutuhkan, sehingga mereka dapat fokus sepenuhnya pada ibadah kepada Allah Ta’ala dan merasakan kebahagiaan atas segala karunia-Nya.
  • Hikmah terbesarnya adalah ungkapan syukur dari orang yang berpuasa kepada Allah atas nikmat ibadah puasa.

Secara prinsip, setiap muslim diwajibkan membayar zakat fitrah untuk dirinya sendiri, anggota keluarganya, serta orang lain yang menjadi tanggungan, termasuk orang dewasa, anak-anak, laki-laki, dan perempuan. Penerima zakat biasanya termasuk dalam 8 golongan yang telah ditetapkan. Ini adalah golongan-golongan atau individu yang berhak menerima zakat.

  1. Fakir

Fakir adalah orang pertama yang berhak menerima zakat. Mereka adalah individu yang memiliki sedikit harta tetapi sangat terbatas. Tanpa penghasilan yang cukup, mereka hampir tidak memiliki apa-apa untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup.

  1. Miskin

Orang yang berhak menerima zakat selanjutnya adalah golongan miskin, yang dalam hal kekayaan berada di atas fakir. Mereka memiliki beberapa harta namun jumlahnya sangat terbatas, sehingga mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok meskipun bekerja keras sepanjang waktu.

  1. Mualaf

Mualaf adalah istilah untuk mereka yang bukan muslim namun berharap masuk ke dalam agama Islam atau baru saja memeluk Islam. Mereka adalah penerima zakat yang sah.

alam Surah At-Taubah Ayat 60, dijelaskan bahwa para mualaf adalah penerima zakat yang sah. Mualaf, yang merupakan orang yang baru memeluk Islam, juga termasuk dalam golongan yang berhak menerima zakat. Hal ini bertujuan untuk memperkuat keyakinan mereka dalam Islam sebagai agama, keberadaan Allah sebagai Tuhan, serta kenabian Muhammad SAW.

  1. Amil

Keempat, orang yang berhak menerima zakat adalah amil. Amil adalah individu atau entitas yang melakukan segala proses terkait dengan zakat, termasuk pengumpulan, penyimpanan, pencatatan, dan distribusi kepada mereka yang membutuhkan.

  1. Gharim

Gharim dalam bahasa Arab merujuk kepada individu yang memiliki kewajiban hutang. Mereka ini berutang untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam menjaga kehormatan dan martabatnya. Tetapi, hak mereka untuk menerima zakat akan terhapus jika utang mereka berasal dari kegiatan yang melanggar agama, seperti perjudian, atau dari usaha bisnis yang gagal.

  1. Riqab

Seseorang yang juga memiliki hak untuk menerima zakat adalah riqab. Riqab adalah individu yang merupakan budak atau hamba sahaya yang ingin membebaskan dirinya. Riqab berhak menerima zakat; jika dia adalah mukatab, zakat digunakan untuk membantu pembayaran yang harus dia tunaikan kepada tuannya, dan jika dia bukan mukatab, zakat digunakan agar dia dapat menebus dirinya dari keadaan sebagai hamba sahaya sehingga dia menjadi merdeka.

  1. Ibnu Sabil

Orang yang berhak menerima zakat berikutnya adalah mereka yang termasuk dalam golongan Ibnu Sabil. Ibnu Sabil merujuk kepada individu yang kehabisan biaya selama perjalanan mereka dalam rangka ketaatan kepada Allah. Di samping itu, Ibnu Sabil juga mencakup musafir dan individu yang sedang melakukan perjalanan jauh, seperti pekerja dan pelajar, terutama di tanah perantauan.

  1. Fi Sabilillah

Mereka yang berhak menerima zakat adalah orang-orang yang berjuang di jalan Allah, seperti dalam kegiatan dakwah, menolak fitnah-fitnah, jihad, dan aktivitas sejenisnya. Contohnya adalah pengembang pendidikan, dakwah, kesehatan, panti asuhan, madrasah diniyah, dan lain sebagainya.

Itulah pengertian zakat fitrah dan orang yang berhak menerimanya, semoga artikel ini menambah wawasan dan banyak manfaat bagi kita khususnya umat muslim.

Baca juga : Keistimewaan 10 Hari Terakhir Bulan Suci Ramadhan

9 Golongan Orang Yang Boleh Meninggalkan Puasa

9 Golongan Orang Yang Boleh Meninggalkan PuasaPuasa Ramadhan merupakan kewajiban dalam Islam yang harus dilaksanakan oleh setiap umat Muslim. Jika seseorang meninggalkannya, maka ia akan berdosa. Namun ada 9 golongan orang yang boleh meninggalkan puasa, siapa sajakah mereka?

Beberapa situasi dapat menyebabkan umat Islam meninggalkan puasa Ramadhan dan menggantinya di hari lain di luar bulan Ramadhan, sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 184. Walau puasa Ramadhan merupakan kewajiban bagi umat Islam, ada situasi tertentu yang membebaskan mereka dari kewajiban tersebut.

Orang Yang Boleh Meninggalkan Puasa

Di bawah ini merupakan beberapa kelompok yang tidak diwajibkan berpuasa selama bulan Ramadhan :

  1. Orang Sakit

Orang yang sedang sakit tidak diwajibkan menjalankan puasa Ramadhan, namun tidak semua penyakit memungkinkan seseorang untuk meninggalkan puasa tersebut.

Penyakit yang bisa menyebabkan seseorang tidak bisa menjalani puasa Ramadhan adalah saat kondisi sakitnya bisa semakin parah jika dia tetap berpuasa. Meskipun diperbolehkan untuk meninggalkan puasa Ramadhan dalam kondisi tersebut, namun setelah sembuh dari sakitnya, dia harus mengganti puasanya di hari-hari lain di luar bulan Ramadhan.

  1. Wanita yang Sedang Haid

Wanita yang sedang haid tidak diwajibkan berpuasa. Mereka tidak hanya diizinkan untuk meninggalkan puasa Ramadhan, tetapi juga tidak diperbolehkan menjalankannya. Wanita yang sedang haid dan nifas tidak boleh berpuasa selama periode tersebut, tetapi mereka masih wajib mengqadha puasa di lain waktu.

Baca juga : Keistimewaan 10 Hari Terakhir Bulan Suci Ramadhan

  1. Musafir

Ayat 185 Surat Al-Baqarah menegaskan bahwa selain orang yang sedang sakit, orang yang tidak diwajibkan untuk berpuasa pada bulan Ramadhan adalah musafir atau mereka yang melakukan perjalanan jauh.

Oleh karena itu, seseorang yang melakukan perjalanan jauh saat berpuasa dapat diberi izin untuk tidak berpuasa jika kondisinya sulit dan berat. Tetapi, ia masih harus mengganti puasanya nanti.

  1. Wanita Hamil dan Menyusui

Wanita yang sedang hamil dan menyusui termasuk dalam kelompok yang diberi keringanan untuk tidak berpuasa selama bulan Ramadan. Jika mereka tidak mampu berpuasa, Allah SWT memberikan kemudahan dengan membolehkan mereka untuk tidak berpuasa dan menggantinya nanti.

Dalam hal fidyah bagi perempuan hamil dan menyusui, terdapat perbedaan pandangan di antara para ulama. Menurut pandangan Hambali dan Syafi’i, perempuan hamil dan menyusui diwajibkan membayar fidyah jika hanya khawatir terhadap anaknya. Namun, jika khawatir terhadap dirinya dan anaknya secara bersamaan, maka dia harus mengqadha puasa tanpa membayar fidyah.

Sedangkan Maliki berpendapat bahwa fidyah hanya diperlukan untuk wanita yang menyusui, bukan yang sedang hamil, sementara Hanafi berpendapat bahwa tidak wajib secara keseluruhan.

  1. Orang Lanjut Usia

Orang tua lanjut usia juga termasuk golongan yang diizinkan meninggalkan puasa pada bulan Ramadhan. Mereka harus membayar fidyah dengan memberi makan fakir miskin tiap kali tidak berpuasa.

Ukuran satu fidyah adalah setengah sho’, kurma, gandum, atau beras, yang setara dengan 1,5 kg beras. Golongan orang tua yang diizinkan meninggalkan puasa tentunya sudah umum diketahui.

  1. Lapar dan Haus yang Tak Teranggung

Seseorang yang merasa sangat lapar dan haus yang tidak dapat ditahan lagi juga diperbolehkan untuk meninggalkan puasa, dan kemudian menggantinya di hari lain di luar bulan Ramadhan.

Namun, perlu ditekankan bahwa rasa lapar dan haus yang dimaksud tidak sembarangan. Syaikhuna Al-Faqih Musthafa Abdunnabi mendefinisikan kondisi lapar dan haus yang tidak dapat ditahan, yakni sampai seseorang tidak dapat berdiri untuk melakukan salat. Bagi golongan ini, mereka harus mengganti puasanya di lain waktu.

  1. Melakukan Pekerjaan yang Berat

Melakukan pekerjaan yang membebani membuat seseorang kesulitan untuk menjalankan puasa. Salah satu contoh pekerjaan yang membutuhkan tenaga ekstra adalah profesi sebagai tukang bangunan, dimana pekerja tidak hanya harus mengangkut bahan bangunan tetapi juga harus bertahan dengan panasnya sinar matahari. Namun demikian, mereka tetap berkewajiban untuk mengganti puasanya jika sudah tidak lagi menjalankan pekerjaan tersebut.

  1. Dipaksa atau Terpaksa

Seseorang yang melakukan suatu tindakan karena terpaksa, di mana dia tidak memiliki kemampuan untuk menolaknya, tidak akan dikenai sanksi oleh Allah. Hal ini karena semua itu dilakukan tanpa niat dan keinginannya sendiri.

Orang yang berpuasa yang terpaksa untuk makan atau minum, atau melakukan hal lain yang mengakibatkan batalnya puasanya, termasuk dalam kategori ini. Risiko dari pemaksaan semacam itu adalah menghadapi bahaya serius seperti ancaman pembunuhan, penyiksaan, dan sejenisnya.

Dalam beberapa situasi, seseorang mungkin harus memutuskan untuk berbuka puasa, seperti dalam keadaan darurat seperti membantu dalam kebakaran, wabah, banjir, atau menyelamatkan seseorang dari tenggelam. Dalam konteks seperti itu, mereka diizinkan untuk membatalkan puasa, asalkan kesulitan dalam menjalankan puasa telah mencapai tingkat yang membenarkan untuk berbuka. Tetapi, ada tanggung jawab untuk mengganti puasa yang terlewatkan di hari lainnya.

  1. Orang Berpenyakit Kronis

Seseorang yang mengalami penyakit kronis diperbolehkan untuk tidak berpuasa Ramadhan. Karena penyakit tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh, maka dia tidak perlu mengqadha puasa, melainkan dapat membayar fidyah sebagai penggantinya.

Itulah 9 golongan orang yang boleh meninggalkan puasa di bulan Ramadhan ini, semoga menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Baca juga : 5 Golongan Orang Yang Merugi Di Bulan Suci Ramadhan

Keistimewaan 10 Hari Terakhir Bulan Suci Ramadhan

Keistimewaan 10 Hari Terakhir Bulan Suci RamadhanManfaat yang luar biasa dapat diperoleh dalam 10 hari terakhir bulan Ramadhan apabila kita tekun dalam beribadah. Bahkan, Nabi Muhammad SAW sendiri meningkatkan intensitas ibadahnya di malam-malam tersebut. Dalam artikel berikut diulas keistimewaan 10 hari terakhir bulan suci Ramadhan.

Selama 10 hari terakhir Bulan Ramadhan, Allah SWT akan memberikan pengampunan kepada hamba-Nya yang menjalankan puasa serta melindungi mereka dari siksa api neraka. Peristiwa ini terkait dengan penurunan Al-Qur’an dan malam Lailatul Qadar. Meskipun tanggal pasti malam Lailatul Qadar tidak diketahui, umat Islam dianjurkan untuk berusaha keras mencarinya selama 10 hari terakhir Ramadhan.

Keistimewaan 10 Hari Terakhir Ramadhan

  1. Terbebas dari Neraka

Setiap segmen dalam bulan Ramadhan memiliki keistimewaannya sendiri, sebagaimana yang disampaikan dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi berikut: “Permulaan bulan Ramadhan adalah anugerah, pertengahannya adalah pengampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka.” Nabi Muhammad SAW sangat menghargai 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan.

Nabi Muhammad SAW “memperketat ikat pinggangnya,” menunjukkan kesungguhan dalam ibadah dan menjauhi istri-istrinya. Di malam-malam sepuluh terakhir, beliau tidak berhubungan badan dengan mereka, melainkan sibuk dalam ibadah kepada Allah SWT.

  1. Malam Lailatul Qadar

Meskipun tidak dapat dipastikan kapan malam Lailatul Qadar akan tiba, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Ketika seseorang mencapai malam Lailatul Qadar, itu setara dengan mendapat pahala kebaikan selama seribu bulan.

Baca juga : 5 Golongan Orang Yang Merugi Di Bulan Suci Ramadhan

Amalan 10 Hari Terakhir Ramadhan

Adapun amalan-amalan yang dapat kita lakukan di 10 malam terakhir bulan suci Ramadhan adalah sebagai berikut :

  1. Memperbanyak Membaca Al Qur’an

Bagi Rasulullah SAW, membaca Al-Qur’an adalah cara untuk berdialog dan berkomunikasi dengan Allah SWT. Selain itu, melalui membaca Al-Qur’an, kita juga akan meraih berbagai keutamaan seperti kebahagiaan dalam hidup, perlindungan dari hisab di hari pembalasan, penerimaan rahmat Allah di hari penghakiman, serta mendapat petunjuk agar tidak tersesat.

Imam Nawawi mengatakan bahwa lebih baik membaca Al-Qur’an selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan pada akhir malam daripada pada awal malam. Beliau juga menyatakan bahwa membaca Al-Qur’an pada siang hari paling baik dilakukan setelah shalat subuh. Menurut Abu Bakar Syatha, membaca Al-Qur’an pada malam hari lebih disarankan daripada pada siang hari karena konsentrasi lebih terjaga.

  1. Mengerjakan Sholat Malam

Menjelang akhir bulan Ramadhan berikutnya, salah satu amalan penting adalah melaksanakan salat malam atau tahajud. Membangunkan diri di malam-malam Ramadan untuk melakukan qiyamul lail (salat malam), sebagaimana dicontohkan dalam hadis riwayat Aisyah, yang menyatakan, “Aku melihatnya beribadah sepanjang malam Ramadan hingga dekat fajar.”

Anda dapat melaksanakan salat tarawih setelah salat isya, kemudian menunda salat witir hingga setelah tahajud, karena salat witir adalah salat penutup. Ada juga kemungkinan untuk melakukan salat witir setelah tarawih, namun tidak dilanjutkan dengan witir setelah tahajud, sebagaimana dalam sabda Nabi, “Tidak ada dua witir dalam satu malam”.

  1. Bersedekah

Menurut syariat, sedekah adalah tindakan memberikan harta untuk tujuan tertentu. Sedekah memiliki cakupan yang luas karena tidak hanya terbatas pada benda materi, tetapi juga mencakup hal-hal non-materi seperti amar ma’ruf nahi munkar.

Selama 10 hari terakhir Ramadhan, memberikan sedekah adalah tindakan utama. Keutamaan ini tidak hanya dirasakan oleh para dermawan, tetapi juga oleh penerima sedekah. Ini menunjukkan bahwa sedekah tidak hanya menghubungkan kita dengan Allah, tetapi juga mempererat ikatan kita dengan sesama.

Maka tak mengherankan apabila saat ini semua orang berusaha dengan cepat menyediakan makanan dan minuman untuk sahur dan berbuka, memberikan bantuan kepada anak yatim piatu, serta memberikan sumbangan untuk kegiatan keagamaan lainnya.

Beberapa ulama juga menegaskan bahwa keutamaan sedekah tidak hanya terbatas pada 10 terakhir Ramadan. Tetapi berlaku untuk setiap harinya, bahkan dengan jumlah sedekah yang kecil. Karena yang lebih penting dalam sedekah bukanlah besarnya nominalnya, melainkan keberlanjutannya.

  1. I’tikaf

I’tikaf adalah praktek berdiam diri di dalam masjid dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berdasarkan berbagai riwayat hadis, Rasulullah secara rutin melaksanakan i’tikaf di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Praktik i’tikaf ini erat kaitannya dengan upaya menemukan malam Lailatul Qadar.

Demi meraih keutamaan 10 hari terakhir Ramadhan ini, i’tikaf bukanlah sekadar diam tanpa berbuat. Sesuai dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT, orang yang melakukan i’tikaf seharusnya mengisi waktu dengan berbagai amal ibadah.

Menyempurnakan i’tikaf adalah dengan melaksanakan amalan-amalan seperti shalat sunah, membaca Al-Qur’an, bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, istighfar, shalawat Nabi, serta memperbanyak doa dan tafakkur.

I’tikaf seperti ini sebaiknya dilakukan di masjid sebagai manifestasi dari syiar agama Allah. Tetapi, jika tidak memungkinkan untuk pergi ke masjid karena pembatasan keluar rumah, kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan saat i’tikaf dapat dilaksanakan di ruangan khusus seperti musola di rumah untuk beribadah.

Itulah keistimewaan 10 hari terakhir bulan suci Ramadhan, semoga kita dapat memaksimalkan di 10 hari terakhir pada bulan suci Ramadhan ini. Amin.

Baca juga : 9 Tips Agar Tubuh Tetap Fit Saat Berpuasa

Keutamaan 10 Hari Kedua Bulan Puasa Ramadhan

Keutamaan 10 Hari Kedua Bulan Puasa RamadhanKeutamaan sepuluh hari di pertengahan bulan Ramadhan sama besarnya dengan sepuluh hari pertama dan terakhir. Seperti yang diketahui, terdapat tiga fase dalam Ramadhan di mana Allah SWT memberikan pengampunan. Berikut ini keutamaan 10 hari kedua bulan puasa Ramadhan selengkapnya.

Tiga fase ini adalah 10 hari awal, 10 hari kedua, dan 10 hari terakhir. Pada permulaannya ada rahmat, di pertengahannya ada ampunan, dan pada akhirnya ada pembebasan dari api neraka. Jangan sia-siakan keistimewaan 10 hari pertengahan bulan Ramadhan ini, karena pada waktu ini Allah SWT membuka pintu ampunan sebesar-besarnya bagi umat-Nya yang berdoa dan memohon ampun.

Saat ini adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan doa dan meminta pengampunan atas kesalahan yang telah dilakukan. Selain berpuasa, disarankan untuk lebih banyak berzikir, membaca Al-Qur’an, bersedekah, dan melaksanakan amal-amal kebajikan lainnya.

Keutamaan 10 Hari Kedua Ramadhan

Selama 10 hari kedua Ramadan, terdapat beragam keutamaan yang tersimpan. Bagi mereka yang menjalankan puasa dengan konsistensi, dijamin akan merasakan keistimewaannya. Ini adalah beberapa keistimewaan yang terdapat pada 10 hari kedua Ramadhan:

  1. Sebagai Wujud Istiqomah

Banyak yang sering kita perhatikan bahwa beberapa orang mulai mengurangi intensitas ibadah mereka di bulan Ramadhan pada 10 hari kedua. Contohnya adalah penurunan dalam pelaksanaan shalat tarawih karena mungkin mereka sudah mulai sibuk membeli segala keperluan untuk lebaran, serta berkurangnya frekuensi mengaji atau membaca Al Qur’an dengan alasan yang sama, padahal di dalamnya terdapat banyak kebaikan yang sayang untuk dilewatkan.

Keutamaan istiqomah dalam beribadah di bulan Ramadhan sangat besar. Menjalankan rangkaian ibadah puasa Ramadan secara penuh selama 10 hari di tengah bulan Ramadhan menunjukkan keteguhan hati seseorang dalam istiqomah. Hal ini karena ibadahnya dilakukan semata-mata karena Allah dan dengan tujuan untuk akhirat, tanpa terpengaruh oleh kesibukan dunia sekitarnya. Orang yang demikian akan mendapatkan pahala ibadah istiqomah yang berkelanjutan dari Allah.

  1. Dijauhkan dari Godaan Duniawi

Melaksanakan serangkaian ibadah di 10 hari kedua bulan Ramadhan merupakan bukti nyata kemampuan seseorang untuk menahan diri dan menjauhi godaan dunia yang berlebihan. Berbeda dengan banyak orang yang menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman mereka, entah itu untuk berbuka puasa bersama atau karena menyiapkan keperluan lebaran, tindakan tersebut menunjukkan ketegasan dalam menjalankan kewajiban agama. Dalam Islam, dunia dianggap sebagai tempat ujian yang penuh dengan cobaan, oleh karena itu, kekuatan iman sangatlah penting bagi manusia.

Baca juga : 15 Hikmah Puasa Bulan Ramadhan

  1. Sukses Dalam Ibadah Ramadhan

Bukti kesuksesan dalam menjalankan ibadah Ramadhan dapat dilihat dari kemampuan seseorang menjalankan ibadah tersebut hingga 10 hari kedua. Ini adalah anugerah iman dan hidayah dari Allah, karena tidak semua orang mampu melakukannya. Kesuksesan dunia dan akhirat dalam pandangan Islam adalah kemampuan untuk mengutamakan kebahagiaan di akhirat, bukan hanya fokus pada kesuksesan duniawi semata.

  1. Dikabulkannya Doa-doa

Selama 10 hari kedua Ramadhan, merupakan waktu terbaik untuk berdoa memohon kebaikan di dunia dan akhirat, karena pada periode tersebut Allah melimpahkan berkah-Nya dengan mengabulkan doa-doa hamba-Nya. Puncak terkabulnya doa terjadi di bulan Ramadhan.

  1. Mempunyai Keimanan Lebih Dalam

Selama 10 hari kedua Ramadhan, ketekunan dan istiqomah dalam menjalankan ibadah akan menguatkan rasa iman seseorang secara mendalam.

  1. Mendapat Kemudahan Saat Ramadhan

Allah SWT memberi kemudahan kepada mereka yang beribadah di 10 hari kedua Ramadhan, memberikan kekuatan untuk menyelesaikan ibadah hingga akhir bulan Ramadhan. Pahala berdzikir di bulan Ramadhan dapat terus dilaksanakan hingga 110 hari kedua bulan tersebut dan hingga akhir Ramadan, sehingga mendapat kemudahan luar biasa dari Allah dalam segala aspek kehidupan dunia dan akhirat.

  1. Kemudahan di Dunia dan Akhirat

Menjalankan ibadah puasa Ramadhan pada 10 hari kedua akan menjadi lebih mudah bagi mereka yang bersikap ikhlas. Bagi yang tidak dapat melaksanakannya, mereka dapat menggantinya di hari-hari lain dan akan tetap menerima pahala yang setara dengan berpuasa di bulan Ramadhan.

  1. Jalan untuk Bersyukur

Bukti bahwa manusia bersyukur adalah karena tidak semua orang diberi nikmat untuk mencapai umur dan kesempatan menjalankan ibadah Ramadan pada 10 hari kedua.

  1. Mendapat Petunjuk di Tiap Ramadhan

Setiap malam dalam bulan Ramadan, orang yang beribadah pada hari ke-10 yang kedua akan diberi petunjuk oleh Allah, memungkinkannya untuk mengalami keindahan Ramadan dan diberi kekuatan untuk beribadah hingga akhir bulan. Dalam 10 hari kedua ini, mereka mendekati Lailatul Qadar, malam yang mulia, dengan penuh keimanan dan antisipasi.

  1. Jalan Kebaikan Lebih Luas

Beribadah di hari ke-10 Ramadan tentu merupakan suatu keberkahan, karena kita diberi kesempatan untuk melakukan amal kebaikan dan meraih pahala yang lebih besar, seperti melaksanakan shalat tarawih, berzakat, membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan lain sebagainya.

  1. Menguatkan Menjalani Ramadhan Sampai Akhir

Orang-orang yang saleh di masa lampau dan mereka yang menjalankan ibadah Ramadhan pada 10 hari kedua diberi kekuatan oleh Allah untuk menyelesaikan hingga akhir. Hal yang sama berlaku hingga saat ini, di mana mereka akan memperoleh pahala yang sama: kekuatan untuk menyelesaikan ibadah Ramadhan hingga akhir dengan berkah penuh.

  1. Mendapat Kemudahan Jika Kesulitan

Adalah jelas bahwa Allah memberikan kemudahan bagi mereka yang tidak dapat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan pada hari kedua karena alasan tertentu. Mereka dapat menggantinya di hari lain dan tetap mendapatkan pahala yang sama karena niat baik mereka. Orang yang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan pada 10 hari kedua akan merasakan keimanan yang lebih dalam karena telah menjalani hampir setengah dari bulan Ramadhan. Mereka telah mengalami dan menerima banyak kebaikan dari Allah, sehingga mereka menjadi semakin bertaqwa dan mulia di hadapan-Nya.

  1. Mengikuti Teladan Rasul

Para Rasul beserta para sahabat dan semua orang mukmin pada masa lalu telah melaksanakan ibadah puasa Ramadhan pada hari ke-10 dengan penuh kesungguhan. Oleh karena itu, orang yang mempraktikkannya juga akan mendapatkan pahala yang besar karena mengikuti contoh teladan Rasul yang dicintai oleh Allah.

  1. Mencegah Maksiat

Adalah nyata bahwa beribadah di sepuluh hari kedua Ramadan akan menjadi sarana untuk menghindari perbuatan dosa dengan banyak berbuat kebajikan.

  1. Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

Menjadi individu yang mampu melaksanakan ibadah Ramadhan di sepuluh hari pertengahan adalah suatu berkah yang besar, karena kesanggupannya dalam konsistensi menjalankan amal ibadah tersebut akan menjadikannya lebih dekat dengan Allah dan meningkatkan kualitas kepribadiannya. Akibatnya, di hari-hari setelah Ramadan, ia akan terus menerus melakukan perbuatan baik dan merindukan keberkahan bulan Ramadan. Hal ini sungguh merupakan nikmat karena petunjuk dari Allah tidaklah selalu diberikan kepada setiap orang. Sebagai umat Islam yang mendapat petunjuk, penting bagi setiap individu untuk senantiasa mengisi hidupnya dengan perbuatan baik.

Itulah beberapa keutamaan 10 hari kedua bulan puasa Ramadhan, semoga kita dapat menjalani ibadah puasa ini hingga akhir dengan khusyuk.

Baca juga : Keistimewaan 10 Hari Pertama Bulan Suci Ramadhan

Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh Dalam Islam

keutamaan puasa ayyamul bidh dalam islamPuasa Ayyamul Bidh ialah praktik yang dilaksanakan oleh sebagian besar umat Islam di berbagai belahan dunia. Ayyamul Bidh menandai tiga hari penting dalam kalender Hijriyah, yaitu tanggal ke-13, 14, dan 15 di bulan Hijriyah. Pada artikel berikut ini akan diulas keutamaan puasa ayyamul bidh dalam Islam.

Umat Islam yang melaksanakan ibadah ini akan mendapatkan pahala yang berlipat-lipat. Puasa Ayyamul Bidh secara harfiah diterjemahkan sebagai “hari-hari cerah.” Tetapi sebenarnya, Ayyamul Bidh merujuk pada hari-hari di mana malam sebelumnya terang benderang karena cahaya bulan.

Umat Muslim dianjurkan untuk melaksanakan puasa Ayyamul Bidh karena terdapat banyak keutamaan yang dapat diperoleh oleh mereka yang menjalankannya.

Ketika membaca niat puasa Ayyamul Bidh, umat Islam dianjurkan untuk mengucapkannya dengan lisan, bukan hanya dibaca dalam hati. Anda dapat memulai niat ini mulai dari malam hari hingga sebelum waktu zawal, ketika matahari mulai condong ke arah barat. Namun, penting dicatat bahwa saat itu belum ada makanan atau minuman yang dikonsumsi sejak fajar hingga niat dilakukan.

Sebelum menjalankan puasa ayyamul bidh, disarankan untuk melakukan sahur sebelum waktu Subuh atau sebelum imsak. Ketika waktu Maghrib tiba, adalah sunnah bagi umat Muslim yang berpuasa ayyamul bidh untuk segera berbuka.

Awal Mula Ayyamul Bidh

Terdapat berbagai keutamaan yang diperoleh ketika seseorang melaksanakan ibadah puasa putih setiap bulan. Meskipun demikian, masih banyak yang belum mengetahui asal mula dari praktik puasa putih ini. Puasa ini berhubungan dengan kisah turunnya Nabi Adam AS ke bumi.

Ketika Nabi Adam AS turun ke bumi, tubuhnya tiba-tiba terkena terik matahari dan mengalami perubahan menjadi berwarna hitam. Kemudian, Allah SWT memberi perintah kepada Nabi Adam AS agar menjalankan ibadah puasa selama tiga hari, yang dimulai dari tanggal 13 hingga 15.

Baca juga : Cerita Nabi Ismail AS Singkat

Ketika Nabi Adam AS memulai puasa pada hari pertama, sepertiga tubuhnya tiba-tiba berubah menjadi putih. Pada hari kedua, sepertiga bagian tubuhnya juga berubah menjadi putih. Sama halnya dengan hari ketiga, sepertiga bagian tubuhnya mulai kembali putih. Setelah puasanya selesai, tubuhnya kembali normal seperti semula.

Ada beberapa orang yang berpendapat bahwa puasa Ayyamul Bidh diberi nama tersebut karena langitnya cerah dengan bulan yang terang di malam itu. Bulan terus-menerus memperlihatkan wajahnya mulai dari matahari tenggelam hingga terbit kembali.

Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh

Mengerjakan puasa sunnah memiliki keutamaan sama seperti ibadah sunnah lainnya dan akan mendapatkan ganjaran. Ibadah sunnah secara khusus merujuk pada ibadah yang dikerjakan dengan baik, namun jika ditinggalkan, tidak menjadi masalah. Setelah mengetahui beberapa keutamaannya, tentu saja kita akan berupaya melaksanakan ibadah ini.

Berikut ini beberapa keutamaan puasa ayyamul bidh dalam Islam :

  • Memperoleh pahala yang berlipat ganda

Allah SWT sendiri akan memberikan dua kebahagiaan langsung. Kebahagiaan pertama terjadi saat berbuka puasa dan saat berjumpa dengan Rabbnya. Selain itu, mulut orang yang berpuasa memiliki aroma yang lebih segar dibandingkan dengan bau minyak kasturi.

Buku Pintar Puasa Wajib dan Sunnah, yang dikarang oleh Nur Solikhin, menjelaskan bahwa puasa Ayyamul Bidh merupakan jenis puasa yang tetap dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW, seperti yang terdokumentasikan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Muslim.

Hadis ini mengungkapkan pesan Rasulullah SAW agar kita tidak melupakan tiga hal yang beliau tidak pernah meninggalkannya. Praktik pertama adalah melakukan shalat witir sebelum tidur, melaksanakan shalat Dhuha dua rakaat, dan berpuasa selama 3 hari setiap bulannya.

  • Menjaga sabar dan emosi

Puasa Ayyamul Bidh bukan hanya membawa keberkahan, tetapi juga melatih umat Muslim untuk mengendalikan emosi dan mengembangkan kesabaran. Analoginya adalah menahan diri dari hawa nafsu selama berpuasa. Salah satu bentuk menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan dosa adalah dengan menghindari ghibah atau berbicara tentang keburukan orang lain.

Selama berpuasa, hal itu tidak boleh dilakukan karena pahalanya bisa habis. Penjelasan lebih lanjut tentang hal ini dapat ditemukan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Rasulullah SAW. Hadis tersebut mengatakan, “الصوم نصف الصبر” yang berarti puasa merupakan bagian dari rasa sabar.

Terdapat tiga jenis kesabaran, dimana yang pertama adalah kesabaran terhadap hal-hal buruk dan yang dilarang oleh Allah SWT selama menjalankan ibadah puasa. Sebagai seseorang yang berpuasa, sudah seharusnya untuk menjauhi perbuatan dosa.

Sabar kedua dalam menjalankan puasa Ayyamul Bidh adalah menunjukkan kesabaran saat melaksanakan perintah Allah SWT. Sabar ketiga berarti tetap tabah menghadapi kepahitan dalam kehidupan, tanpa menyalahi nilai-nilai agama ketika menghadapi musibah.

  • Mendapatkan Tiket Surga

Orang yang berpuasa putih tidak hanya akan mendapatkan pahala, tetapi juga tiket menuju surga Ar Rayyan. Pada akhirnya, mereka yang menjalankan puasa putih akan memasuki surga Ar Rayyan melalui pintu yang disediakan khusus.

Hanya orang-orang yang tekun berpuasa dapat memasuki Ar Rayyan, sebuah surga yang hanya dapat dijangkau oleh mereka yang menjalankan ibadah puasa dengan sungguh-sungguh.

  • Dilindungi Dari Api Neraka

Salah satu keutamaan lain dari puasa putih adalah perlindungan dari api neraka. Puasa berfungsi sebagai benteng bagi mereka yang berpuasa untuk terhindar dari api neraka. Para ulama berpendapat bahwa bagi mereka yang melaksanakan puasa, diri mereka sebenarnya dilindungi dari api neraka.

Jika kita membayangkan, orang yang berpuasa akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dan dilindungi dari panas neraka. Allah SWT telah menjamin bahwa orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh akan memperoleh dua kali kebahagiaan.

Melakukan puasa adalah bentuk ibadah yang cukup mudah, hanya dengan menahan diri untuk tidak makan dan minum serta menjaga hawa nafsu dari saat fajar menyingsing hingga matahari terbenam. Puasa dapat dilakukan di rumah namun pahalanya sangatlah besar.

Itulah beberapa keutamaan puasa ayyamul bidh dalam Islam, semoga bermanfaat dan menambah wawasan.

Baca juga : 11 Keistimewaan Hari Jumat Dalam Islam

Butuh Bantuan ?